Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan Gambaran Umum Penerimaan PPN Restitusi PPN

e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Hilir 4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV Waskon IV a. Kelurahan Sicanang b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli III

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

F. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode Desember 2012 berjumlah sebanyak 44.120 Wajib Pajak, yang terdiri dari : Universitas Sumatera Utara Tabel 1 No Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahim 2012 Jumlah 1 Orang Pribadi 42.430 2 Badan 1.609 3 Bendaharawan 171 Jumlah 44.120 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah : Tabel 2 No. Jenis Pajak Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Bruto SPMKP Realisasi Penerimaan Netto 1 PPhNon Migas 199.639.820.000 175.275.145.652 127.128.773 175.148.016.879 2 PPNdan PPnBM -28.995.120.000 249.957.840.513 141.701.200.836 108.256.639.677 3 Total 170.664.700.000 425.232.986.165 141.828.329.609 283.404.656.556 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Penerimaan Tahun 2012 Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer petugas security yang dibiayai dana DIP A sebanyak 4 orang. Universitas Sumatera Utara Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksibagiankelompok adalah sebagai berikut: Tabel 3 No SeksiBagian Jumlah Pegawai 1 Sub Bagian Umum 8 2 Pengolahan Data dan Informasi PDI 9 3 Pelayanan 11 4 Penagihan 3 5 Pemeriksaan 4 6 Ekstensifikasi Perpajakan 4 7 Pengawasan dan Konsultasi I 6 8 Pengawasan dan Konsultasi II 6 9 Pengawasan dan Konsultasi III 6 10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6 11 Fungsional 10 Jumlah 73 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Universitas Sumatera Utara

G. Gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK P AJAK

A. KETENTUAN UMUM 1. Pengertian Pajak

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai PPN terlebih dahulu kita mengetahui arti pajak yang sebenamya. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adrian Waluyo, 2009: 2 adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Mardiasmo, 2009: ladalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa imbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Universitas Sumatera Utara Dan yang terakhir berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan unutk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi Waluyo, 2009 : 6, terdapat adanya 2 dua fungsi pajak yaitu: a. Fungsi Penerimaan Budgetair Pajak berfiingsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukkannya pajak sebagai salah satu sumber dana Anggaran Pendapatan Belanja Negeri APBN penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur Regulerend Pajak digunakan sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh : Universitas Sumatera Utara i. Pemberian insentif pajak misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat dalam rangka meningkatkan in vestas baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. ii. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. iii. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewar untuk produk-produk impor dalam rangka melindungi produk- produk dalam negeri.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak Waluyo, 2009: 17 dibagi menjadi 3 tiga yaitu: A. Official Assesment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assesment System adalah sebagai berikut: • Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. • Wajib Pajak bersifat pasif. • Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. Universitas Sumatera Utara B. Self Assesement System Sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya : • Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. • Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. • Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. C. Withholding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: • Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara

B. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai PPN

Menurut Mulyo Agung dalam bukunya Perpajakan Indonesia Seri PPN Dan PPnBM Teori Dan Aplikasi:2011 Agung, 2011 : 4 Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri di dalam Daerah Pabean baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Menurut Erly Suandy dalam bukunya Hukum Pajak:2008 Suandy, 2008 : 57 Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan. Dari pengertian Pajak Pertambahan Nilai di atas, ada beberapa hal yang melekat pada Pajak Pertambahan Nilai Agung, 2011 : 6 yaitu : a Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Objektif Artinya pemungutan PPN ini berdasarkan objek tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. b PPN sebagai Pajak Tidak Langsung Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Namun dari segi yuridis tanggung Universitas Sumatera Utara jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak pemikul beban. c PPN dipungut dengan menggunakan Faktur Pajak Metode yang digunakan adalah Credit Method atau Metode Kredit di mana Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan PPN. Namun sejak 1 April 2013 dengan adanya PENG-04PJ.092013 tentang Tata Cara Penomoran Faktur Pajak 1 April 2013 maka sekarang Kantor Pelayanan Pajak yang , bertugas untuk menerbitkan Faktur Pajak. d PPN sebagai Pajak Konsumsi PPN sebagai Pajak Konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri dalam daerah Pabean.

2. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN

a. Subjek Pajak Pertambahan Nilai PPN Subjek PPN ada 2 dua yaitu Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak PKP. Pengusaha menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor Universitas Sumatera Utara barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari Luar Daerah Pabean. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini. Untuk mencari siapa subjek pajak tersebut dari masing-masing objek PPN tersebut Agung, 2011 : 9, terdapat pihak yang paling dekat dengan objek PPN tersebut. No. Objek PPN Pihak Yang Dekat Dengan Objek PPN Subjek Pajak Keterangan 1 Penyerahan BKP Penjual pembeli Penjual PKP Pilihan UU PPN Pasal 1 Angka 15 2 Penyerahan JKP Penjual pembeli Penjual PKP 3 Penyerahan Aktiva Bekas Pasall6DUUPPN Penjual pembeli Penjual PKP 4 EksporBKP Eksportir pembeli di Luar Negeri LN Eksportir PKP Penjual ada di LN, di luar yurisdiksi Universitas Sumatera Utara 5 Impor BKP Importir penjual di LN Importir PKPNon PKP perpajakan Indonesia 6 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar DaerahPabean Pihakyang memanfaatkan di Dalam Negeri DN dan penjual BKP tidak berwujud di LN Pihak yang memanfaatkan diDN PKPNon PKP 7 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean Pihak yang memanfaatkan di DN penjual JKP di LN Pihak yang memanfaatkan diDN PKPNon PKP 8 Kegiatan membangun sendiri oleh Orang PribadiBadan tidak dalam kegiatan usahapekerjaannya Pihak yang membangun sendiri baik OPBadan Pihak yang membangun sendiri baik OPBadan PKPNon PKP Satu-satunya pihak yang paling dekat dengan Objek Universitas Sumatera Utara b. Objek Pajak Pertambahan Nttai Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai ada 2 yaitu Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini atau lebih tepatnya barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, dan Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini atau lebih tepatnya setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN PPnBM. Untuk lebih lengkapnya di dalam Pasal 4 Undang-Undang No.42 Tahun 2009 PPN dikenakan atas : • penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; • impor Barang Kena Pajak; Universitas Sumatera Utara • penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; • pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; • pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; • ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; • ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan • ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak c. Pengecualian Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN Berdasarkan Undang-Undang No.42 Tahun 2009 barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai PPN adalah: • Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; • Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; • Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, waning, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik Universitas Sumatera Utara yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan • Uang, emas batangan, dan surat berharga Sedangkan jasa yang tidak dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini adalah: • jasa pelayanan kes9hatan medis; • jasa pelayanan social; • jasa pengiriman surat dengan perangko; • jasa keuangan; • jasa asuransi; • jasa keagamaan; • jasa pendidikan; • jasa kesenian dan hiburan; • jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; • jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara di luar negeri; • jasa tenaga kerja; • jasa perhotelan; Universitas Sumatera Utara • jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menajalankan pemerintahan secara umum; • jasa penyediaan tempat parkir; • jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; • jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan • jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

3. Dasar Pengenaan PPN, Tarif dan Tata Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PPN

a. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Dasar pengenaan PPN Agung, 2011 : 30 meliputi: • Harga Jual, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. • Penggantian, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pemberi Jasa karena Universitas Sumatera Utara penyerahan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. • Nilai Impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam pertauran perundang-undangan untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurtrt UU ini. • Nilai Ekspor, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 sepuluh persen. Sedangkan tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0 nol persen. Pengenaan tarif 0 nol persen bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan Mardiasmo, 2009: 279. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5 lima persen dan setinggi-tingginya 15 lima belas persen dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal Mardiasmo, 2009 : 280. Universitas Sumatera Utara

c. Tata Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai dihitung dengan cara Djuanda, 2011 :98 PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak Namun tata cara perhitungan ini dapat dibagi 2 yaitu: • Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka jumlah PPN yang dipungut adalah 10110 bagian dari jumlah pembayaran. DPP = Tarif Pajak PPN 100 +Tarif PPN x Harga Kontrak • Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, di samping terutang PPN juga terutang PPnBM, maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut adalah sebagai berikut: DPP = Tarif Pajak PPN + Tarif PPnBM 100 + Tarif PPN +Tarif PPnBM x Harga Kontrak Universitas Sumatera Utara

C. RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN 1. Dasar Hukum Restitusi PPN

a. Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang mengatur restitusi dapal dilihat pada pasal 11 yang berbunyi: 1 Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D dikembalikan, dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. 2 Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Penetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung Universitas Sumatera Utara diperhitungkan untuk melunasi utang terlebih dahulu utang pajak tersebut. 3 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan paling lama 1 satu bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pembayarn pajak diterima sehubungan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana diirfaksud dalam pasal 17 ayat 1, atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 dan pasal 17B, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17C atau Pasal 17D, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatlan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, atau sejak diterimanya Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. 4 Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 satu bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar 2 dua persen per bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak batas waktu sebagaimana Universitas Sumatera Utara dimaksud pada ayat 2 dua berkahir sampai dengan saat dilakukan pengembalian kelebihan. 5 Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. b. Undang-UndangNo.42Tahun2009 1 Apabila dalam suau Masa Pajak terdapat kelebihan pajak maka atas kelebihan pajak tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi pada akhir tahun buku, kecuali Wajib Pajak tertentu yang secara mekanisme PPN akan mengalami lebih bayar seperti: a Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; c Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut; d Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; Universitas Sumatera Utara e Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; danatau f Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi 2 Dengan pertimbangan untuk membantu likuiditas, memberikan pelayanan yang lebih baik dan mendorong kepatuhan sukarela Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya self assessment, Wajib Pajak tertehtu yang memiliki resiko rendah, dapat diberikan restitusi derigan pengembalian pendahuluan tanpa melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan kemudian bila diperlukan. Sanksi yang dikenakan lebih rendah dari Undang- Undang KUP yaitu 2 dua person perbulan, kecuali terdapat indikasi tindak pidana perpajakan maka sanksi yang berlaku sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam UU KUP c. Tata Cora Pengembalian Keleblhan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PMKNomor 72PMK.032010 Tanggal 31 Maret 2010.

2. Pengertian Restitusi

Agar kita dapat memahami tentang pengajuan restitusi dan masalah-masalah yang berkaitan dengan restitusi maka terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian restitusi. Universitas Sumatera Utara Restitusi PPN adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluaran dalam suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali restitusi sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat 4 UU Pajak Pertambahan Nilai Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 atas perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Sedangkan defmisi lain menyebutkan restitusi adalah hak bagi Wajib Pajak manakala berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan adanya kelebihan pembayaran pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB yang diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa adalah wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak Djuanda, 2011 : 90. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya demikian bunyi Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72PMK.032010 Tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, menjelaskan Universitas Sumatera Utara secara umum kondisi yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai.

3. Alasan Restitusi

Sebenarnya alasan restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran PPN diatur dalam UU No.42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat 4, yang menyatakan : Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukanyang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Selama ini, hanya Pengusaha Kena Pajak PKP yang berhubungan dengan Pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak PKP Eksportir saja yang dapat meminta pengembalian kelebihan .pembayaran pajak setiap Masa Pajak. Selain itu, kepada Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberikan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tanpa diadakan pemeriksaan terlebih dahulu Djuanda, 2011 : 100. Contoh : 1 Masa Pajak April 2013 Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00 Pajak Masukan Yang Dikreditkan = Rp 5.000.000,00 Pajak Lebih Bayar = Rp 3.000.000,00 Universitas Sumatera Utara Pajak yang lebih bayar tersebut dapat diminta kembali atau dikompensasi pada Masa Pajak Mei 2013. 2 Masa Pajak Mei 2013 Pajak Keluaran =Rp 6.000.000,000 Pajak Masukan =Rp 5.000.000,00 Pajak Kurang Bayar =Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebitf dibayar dari Masa Pajak April 2013 dikompensasikan ke Mei 2013 = Rp 3.000.000,00 Pajak Lebih Bayar Mei 2013 = Rp 2.000.000,00 Berdasarkan Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PMK Nomor 72PMK.032010 Tanggal 31 Maret 2010 dapat diajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada setiap masa pajak oleh: a Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; Universitas Sumatera Utara c Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut; d Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; e Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak, danatau; f Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2a UU PPN. Selanjutnya permohonan restitusi kelebihan Pajak Masukan dilakukan dengan menggunakan: a. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak dengan cara mengisi kolom Dikembalikan restitusi; atau b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom Dikembalikan restitusi dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak. Selanjutnya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Masukan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Universitas Sumatera Utara Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dan ditentukan 1 satu permohonan untuk 1 satu Masa Pajak. Dalam mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah: a. Melampirkan Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang dimintakan pengembalian. b. Dalam hal ekspor Barang Kena Pajak dilampirkan: • Pemberitahuan Ekspor Barang PEB yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Pajak; • Bill Of Lading BL; • Wesel ekspor atau bukti transfer c. Dalam hal impor Barang Kena Pajak BKP dilampirkan : • Pemberitahuan Impor Barang PIB; • Surat Setoran Pajak SSP atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; • Laporan Pemeriksaan Surveyor LPS sepanjang termasuk impor Barang Kena Pajak yang wajib LPS. d. Dalam hal penyerahan BKP danatau JKP kepada Pemungut PPN, dilampirkan: Universitas Sumatera Utara • Kontrak dan Surat Perintah Kerja • Surat Setoran Pajak SSP e. Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi kelebihan pembayaran akibat kompensasi Masa Pajak sebelumnya, maka yang dilampirkan meliputi seluruh dokumen yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan. Syarat lain yang perlu diketahui sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Restitusi PPN adalah: a. Permohonan bila dalam bentuk surat tersendiri, ditujukan kepada Kepala KPP di mana PKP yang bersangkutan terdaftar. b. Permohonan Restitusi PPN hanya diperkenankan satu permohonan untuk satu Masa Pajak untuk setiap Masa Pajak. Setelah menerima permohonan restitusi PPN secara lengkap, Kantor Pelayanan Pajak akan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 satu bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai. Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam pada ayat 1 meliputi: Universitas Sumatera Utara • Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; • Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izi untuk mengansgur atau menunda pembayaran pajak; • Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selamri 3 tiga tahun berturut-turut; dan • Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir. Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan kriteria tertentu setelah dilakukan penelitian harus diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 satu bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1, ayat la, dan ayat 6. Permohonan dapat disampaikan dengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau dengan surat tersendiri. Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan setelah Direktorat Jenderal Pajak melakukan konfirmasi kebenaran kredit pajak. Universitas Sumatera Utara b. Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 satu bulan sejak pennohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah: • Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; • Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; • Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau • Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu. c. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaaan atas permohonan pengembalian kelebihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 dua Universitas Sumatera Utara belas bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pajak diterima. Jangka waktu 12 dua belas bulan tidak berlaku dalam hal Pengusaha Kena Pajak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan. Contoh: a Tanggal 20 April 2012 diterima permohonan restitusi PPN atas kelebihan PPN Masa Pajak sejak April 2012 sampai dengan Maret 2013, jangka waktu penerbitannya Surat Keputusan Pengembalian Lebih Bayar SKPLBnya paling lambat 20 April 2013. Penerapan jangka waktu penyelesaian permohonan restitusi PPN tersebut di atas dimaksudkan agar petugas pajak tidak melalaikan tugasnya, sehingga untuk menjamin adanya kepastian hukum berdasarkan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP Pasal 17B ayat 2 ditegaskan bahwa apabila setelah jangka waktu tersebut di atas Kepala KPP atas nama Direktorat Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, maka permohonan restitusi PPN yang diajukan oleh PKP dinaggap dikabulkan dan paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir, Dirjen Pajak harus menerbitkan SKPLB. Selanjutnya pada Pasal 17B ayat 3 diingatkan, Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud Universitas Sumatera Utara pada ayat 2, kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2 persen per btdan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sampai dengan saat diterbitkan Surat Keputusan Pajak Lebih Bayar. Namun DJP dapat melakukan pemeriksaan PKP Kriteria Tertentu dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, setelah melakukan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Dan apabila hasil pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 100 persen dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi PPN

Ketentuan tentang tata cara pengajuan restitusi PPN pada dasarnya berlaku bagi seluruh Kantor Pelayanan Pajak di Indonesia. Di bawah ini penulis membahas bagaimana tahapan mengajukan restitusi PPN berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04PJ.022007 Tentang Penegasan Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN yaitu: 1 Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang disampaikan oleh Pengusahan Kena Pajak melalui: a Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Universitas Sumatera Utara pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom Dikembalikan restitusi, atau b Surat permohonan tersendiri apabila kolom Dikembalikan restitusi dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 2 Permohonan pengembalian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. 3 Permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 atau huruf a ditentukan 1 satu permohonan untuk 1 satu Masa Pajak. 4 Bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang harus disampaikan dalam rangka permohonan pengembalian adalah: a Dalam hal penyerahanperolehanpenerimaan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak serta pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, yaitu Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran pajak yang dimintakan pengembalian termasuk dokumen-dokumen pendukung yaitu: Universitas Sumatera Utara • Faktur pajak penjualanfaktur pajak pembelian, apabila Faktur Pajak dibuat berbeda dengan penjualan atau faktur pajak pembelian; • Bukti pengirimanpenerimaan barang; dan • Bukti penerimaanpembayaran uang atas pembelianpenjualan barangjasa. b Dalam hal impor Barang Kena Pajak, yaitu: • Pemberitahuan Impor Barang PIB dan Surat Setoran Pajak atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut; • Laporan Pemeriksaan Surveyor LPS, sepanjang termasuk dalam kategori wajib lapor; dan • Surat kuasa kepada atau dokumen lain dari Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan PPJK untuk pengurusan barang impor, dalam hal pengurusan dikuasakan kepada PPJK. c Dalam hal ekspor Barang Kena Pajak, yaitu: • Pemberitahuan Ekspor Barang PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berwenang dan dilampiri dengan faktur penjualan Universitas Sumatera Utara yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pajak tersebut. • Instruksi pengangkutan melalui darat, udaralaut, ocean BL atau Master BL, atau Airway Bill dalam hal ocean BL atau Master BL tidak ada, maka BL harus dilampiri dengan fotokpi ocean BL atau Master BL yang telah dilegalisasi oleh yang menerbitkannya, dan packing list; • Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari Bank, yang telah dilegalisasi oleh bank yang bersangkutan atau fotokopi LC yang telah dilegalisasi oleh bank koresponden, dalam hal ekspor menggunakan LC; • Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi Barang Kena Pajak yang diekspor dalam hal Barang Kena Pajak yang diekspor diasuransikan; dan • Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti kedutaan besar negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya sertifikasi. d Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, yaitu: Universitas Sumatera Utara • Kontrak atau Surat Perintah Kerja SPK atau surat pesanan atau dokumen sejenis lainnya; dan • Surat Setoran Pajak. e Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi pengembalian kelebihan pembayaran pajak akibat kompensasi dari Masa Pajak sebelumnya, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang 7 disampaikan meliputi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen pada huruf a sampai dengan huruf d di atas yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran pajak Masa Pajak yang bersangkutan. 5. Dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 angka 6, bukti-bukti atau dokumen-dokumen pada ayat 1 huruf a sampai dengan d tidak wajib disampaikan. 6. Dalam hal atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdapat kompensasi kelebihan pembayaran pajak dari Masa-masa Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu dilakukan pemeriksaan, maka Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu wajib melengkapi bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a sampai dengan huruf d. Universitas Sumatera Utara 7. Bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian permohonan pengembalian, atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian. 8. Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaiman dimaksud pada Pasal 3 ayat 1 disusulkan, maka Pengusaha Kena Pajak harus melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut paling lama 1 satu bulan sejak saat diterimanya permohonan. 9. Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen disusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Surat Permintaan bukti atau dokumen kepada Pengusaha Kena Pajak. 10. Dalam hal Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat permintaan bukti atau dokumen kepada Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 3, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disusulkan tetap harus dilengkapi seluruhnya paling lambat 1 satu bulan sejak diterimanya permohonan. 11. Apabila sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam permohonan Universitas Sumatera Utara pengembalian, maka permohonan pengembalian tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima. 12. Dalam hal permohonan pengembalian diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 5, Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan Surat Pemberitahuan kepada Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, paling lambat pada saat penyampaian pemberitahuan hasil pemeriksaan. 13. Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat 1 disusulkan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berakhir, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut merupakana data yang tidak diperhitungkan pada saat pemeriksaan, pada saat keberatan, maupun pada saat banding. 14. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus menerbitkan Surat Ketetapan Pajakn paling lambat: a. 2 dua bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 yang memiliki risiko rendah. Universitas Sumatera Utara b. 4 empat bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. 12 dua belas bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh: • Pengusaha Kena Pajak selain Pengusaha Kena Pajak dengan kriteria tertentu dan Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; atau • Pengusaha Kena Pajak, termasuk Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a yang semula memiliki resiko rendah berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak sebelumnya ternyata diketahui memliki resiko tinggi, dilakukan pemeriksaan lengkap baik satu, beberapa, maupun seluruh jenis pajak. 15. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 6, harus menerbitkan Surat Universitas Sumatera Utara Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajakpaling lambat 1 satu bulan sejak saat diterimanya permohonan. 16. Saat diterimanya permohonan secara lengkap sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat 1 adalah saat dimana permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 telah dilengkapi dengan seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang harus disampaikan Pengusaha Kena Pajak dalam rangka permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1. 17. Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 4 ayat 4 berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam hal permohonan pengembalian, maka saat diterimanya permohonan secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 adalah saat berakhirnya jangka waktu 1 satu sejak saat permohonan diterima. 18. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu yang memiliki resiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai danatau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan : Universitas Sumatera Utara a. Produsen; b. Perusahaan terbuka; atau c. Perusahaan yang pemegang sahamnya terbesarnya adalah Pemerintah Pusat atau daerah. 19. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai danatau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan produsen sebagaiman dimaksud pada ayat 1 adalah Pengusaha Kena Pajak yang paling sedikit 75 tujuh puluh lima persen dari jumlah penyerahan tahun sebelumnya merupakan produksi yang dihasilkan dari mesin danatau peralatan pabrik yang dimiliki sendiri. 20. Pemeriksaan dan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pemeriksaan. 21. Untuk kepentingan pemeriksaan, pemeriksa dapat meminjam buku-buku, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan permohonan pengembalian. 22. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan, maka permohonan pengembalian yang diajukan dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Keputusan Universitas Sumatera Utara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak hams diterbitkan paling lambat 1 satu bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. 23. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat melakukan pemeriksaan yang meliputi semua jenis pajak terhadap Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5. 24. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 1 angka 6 dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. 25. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak di tarn bah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat 5 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. 26. Untuk permohonan pengembalian yang telah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak atau disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak ke Kantor Universitas Sumatera Utara Pelayanan Pajak sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak I berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal Surat Ketetapan Pajak-nya belum diterbitkan maka permohonan pengembalian hams diselesaikan berdasarkan ketentuan yang diatur dalm Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-160PJ.2001 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai danatau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, paling lambat 12 dua belas bulan sejak Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan; b. Dalam hal Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak-nya belum diterbitkan maka permohonan pengembalian harus diselesaikan paling lambat 1 satu bulan sejak Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan.

5. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

a. Pajak Masukan Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak BKP karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemnfaatan BKP tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean dan atau Universitas Sumatera Utara impor BKP Agung, 2011 : 87. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh PKP diatur dalam: • Undang-Undang No.42 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 24; Pasal 9 ayat 2, 2a, 5, 6, 7, 8, 9; Pasal 16B ayat 2 dan 3 UU PPN. • Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 143 Tahun 2000. • Peraturan Menteri Keuangan No.74PMK.032010 tanggal 31 Maret 2010; 78PMK.032010 tanggal 5 April 2010; 79PMK.032010 tanggal 5 April 2010, Nomor SE-63PJ2010 Tanggal 11 Mei 2010. Pengkreditan Pajak Masukan dapat dilakukan sebagai berikut: • Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk pajak yang sama Pasal 9 ayat 2 UU PPN. • Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan danatau impor barang modal dapat dikreditkan. • Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 dan ayat 9. Universitas Sumatera Utara • Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. • Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. • Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud di atas, dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku. Termasuk dalam pengertian akhir tahun buku dalam ketentuan ini adalah Masa Pajak saat Wajib Pajak melakukan pengakhiran usaha bubar. Sedangkan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Mardiasmo, 2009 : 293: • Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; • Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; • Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; Universitas Sumatera Utara • Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; • Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 atau ayat 9 atau tidak mencatumkan nama, alamat, dan Nombr Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; • Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6; • Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; • Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan • Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat 2a. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Gambaran Umum Penerimaan PPN Restitusi PPN

Gambaran Realisasi Penerimaan Dan Restitusi PPNdan PPnBM di KPP Pratama Medan Belawan Tahun Pada 2012 di sajikan Dalam Bentuk Tabel Di Bawah Ini: Jenis Pajak Realisasi Penerimaan Pajak Penerimaan Bruto Restitusi Penerimaan Netto PPN Dalam Negeri 247.372.153.970 -142.115.514.293 105.256.639.700 PPN Impor 34.984.647.365 34.984.647.365 Total 282.356.801.335 -142.115.514.293 140.241.287.042 Rincian Restitusi PPN Dalam Negeri Berdasarkan SPMKP pada KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012 Dapat Dilihat Pada Tabel Di Bawah Ini Berdasarkan Pengajuan Restitusi PPN Yang Diajukan Oleh PKP No. Kode Kanwil Kode KPP Kode MAP SPMKP Nomor Tanggal Rupiah 1 020 112 411211 80001 1912012 61.514.134.421 2 020 112 411211 80002 1912012 414.313.457 3 020 112 411211 80003 1912012 5.628.530.253 4 020 112 411211 80004 2512012 558.698.373 5 020 112 411211 80005 2512012 571.599.981 Universitas Sumatera Utara 6 020 112 411211 80006 2512012 35.448.680 7 020 112 411211 80010 14022012 8.634.338.024 020 112 411211 80011 2422012 3.767.999.435 9 020 112 411211 80012 1232012 26.685.826.967 10 020 112 411211 80014 1432012 28.697.899.017 11 020 112 411211 80015 2632012 4.183.087.970 12 020 112 411211 80017 1042012 741.211.214 13 020 112 411211 80018 1342012 2.066.826 14 020 112 411211 80019 1342012 3.206.471 15 020 112 411211 80021 1342012 639.105.165 16 020 112 411211 80022 152012 22.753.527 17 020 112 411211 752012 15.294.512 TOTAL 142.115.514.293

B. Pelaksanaan Pengajuan Proses Permohonan Restitusi PPN