TINJAUAN DESAIN INTERIOR VEGETARIAN CLUB CENTER DI SURAKARTA

F. TINJAUAN DESAIN INTERIOR VEGETARIAN CLUB CENTER DI SURAKARTA

1. Organisasi Ruang

a. Terpusat

(Gambar 2.9. Organisasi Ruang Terpusat)

(Francis D.K Ching, 2000)

1) Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang di

sekitarnya.

2) Ruang sekitar mempuntai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan

ruang lain.

3) Ruang sekitar berbeda satu dengan yang lain, baik bentuk, ukuran

maupun fungsi.

b. Linier

(Gambar 2.10. Organisasi Ruang Linier)

(Francis D.K Ching, 2000)

1) Merupakan deretan ruang-ruang.

2) Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya

memanjang.

3) Masing-masing ruang berhubungan secara langsung.

4) Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tetapi yang

berfungsi penting diletakan pada deretan ruang.

c. Radial

(Gambar 2.11. Organisasi Ruang Radial)

(Francis D.K Ching, 2000)

1) Merupakan kombinasi dari organisasi yang terpusat dan linier.

2) Organisasi terpusat mengarah ke dalam sedangkan organisasi

radial mengarah keluar.

3) Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada

kebutuhan dan fungsi ruang.

d. Mengelompok

(Gambar 2.12. Organisasi Ruang Mengelompok) (Francis D.K Ching, 2000)

1) Organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi.

2) Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi.

e. Grid

(Gambar 2.13. Organisasi Ruang Grid)

(Francis D.K Ching, 2000)

1) Organisasi yang terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya

tersusun dengan pola grid (3 dimensi).

2) Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh

fungsi posisi dan sirkulasi.

2. Hubungan Antar Ruang

a. Ruang di dalam ruang

(Gambar 2.14. Hubungan Antar Ruang di Dalam Ruang)

(Francis D.K Ching, 2000 : 180)

Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain yang lebih kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan kontinuitas ruang di antara kedua ruang tersebut dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi ruang yang lebih kecil sangat tergantung pada ruang yang besar dalam hubungannya dengan linkungan eksterior. (Francis D.K Ching, 2000 : 180)

b. Ruang-ruang yang saling berkaitan

(Gambar 2.15. Hubungan Antar Ruang-ruang yang Saling Berkaitan)

(Francis D.K Ching, 2000 : 180)

Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan dihasilkan dari overlapping dua daerah ruang dan membentuk suatu daerah ruang yang bersama. Jika dua buah ruang membentuk volume berkaitan seperti ini, masing-masing ruang mempertahankan identitasnya dan definisinya sebagai suatu ruang. Tetapi hasil konfigurasi kedua ruang yang saling berkaitan akan tergantung kepada sejumlah penafsiran. (Francis D.K Ching, 2000 : 182) Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan dihasilkan dari overlapping dua daerah ruang dan membentuk suatu daerah ruang yang bersama. Jika dua buah ruang membentuk volume berkaitan seperti ini, masing-masing ruang mempertahankan identitasnya dan definisinya sebagai suatu ruang. Tetapi hasil konfigurasi kedua ruang yang saling berkaitan akan tergantung kepada sejumlah penafsiran. (Francis D.K Ching, 2000 : 182)

(Gambar 2.16. Hubungan Ruang-ruang yang Bersebelahan)

(Francis D.K Ching, 2000 : 180)

Bersebelahan adalan jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi yang jelas dan untuk masing- masing ruang menjadi jelas terhadapfungsi dan persyaratan simbolisnya. Tingkat kontinuitas visual maupun ruang yang terjadi antara dua ruang yang berdekatan akan tergantung pada sifat alami bidang yang memisahkan sekaligus menghubungkan keduanya.

Bidang pemisah dapat :

1) Membatasi pencapaian visual maupun fisik diantara dua ruang yang bersebelahan, memperkuat individualitas masing-masing ruang dan menampung perbedaan-perbedaan yang ada.

2) Muncul sebagai suatu bidang yang berdiri sendiri dalam volume

ruang tunggal.

3) Menjadi pembatas berupa baris kolom-kolom yang memberikan tingkat kontinuitas visual serta kontinuitas ruang yang tinggi diantara dua buah ruang.

4) Seolah terbentuk dengan sendirinya dengan adanya perubahan ketinggian lantai atau material permukaan atau teksturnya di antara kedua ruang.

(Francis D.K Ching, 2000 : 184)

d. Ruang-ruang yang terkait dengan ruang umum

(Gambar 2.17. Hubungan Ruang-ruang Terkait Dengan Ruangan

Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hubungan visual dan hubungan dan hubungan ke ruanganantara kedua ruang tergantungpada sifat ruang ketiga digunakan bersama-sama.

Ruang perantara dapat berbeda dalam bentuk dan orientasi dari kedua ruanglainnya untuk menunjukkan fungsinya sebagai penghubung. (Francis D.K Ching, 2000 : 186)

3. Sistem Sirkulasi

a. Unsur-unsur Sistem Sirkulasi Pencapaian bangunan dapat dibagi menjadi:

1) Pencapaian langsung

Yaitu pencapaian yang langsung mengarah ke suatu tempat melalui sebuah jalan segaris dengan sumbu bangunan. Secara visual mempunyai tujuan pengakhiran yang jelas.

2) Pencapaian tersamar

Yaitu pencapaian yang secara samar-samar mempertinggi perspektif dan bentuk suatu bangunan. Jalur dapat berubah-ubah sesuai urutan pencapaian.

3) Pencapaian berputar

Yaitu berupa sebuah jalan berputar dan memperpanjang pencapaian, mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan ketika bergerak mengelilinginya. (Francis D.K Ching, 2000 : 231)

b. Konfigurasi Alur Gerak / Pola Sirkulasi

1) Sirkulasi Linear

(Gambar 2.18. Pola Sirkulasi Linear)

(Francis D.K Ching, 2000) (Francis D.K Ching, 2000)

2) Sirkulasi Grid

(Gambar 2.19. Pola Sirkulasi Grid)

(Francis D.K Ching, 2000)

Mempunyai karakteristik yang dapat memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan

3) Sirkulasi Radial

(Gambar 2.20. Pola Sirkulasi Radial)

(Francis D.K Ching, 2000)

Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang titik- titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung.

4) Sirkulasi Organik

(Gambar 2.21. Pola Sirkulasi Organik)

Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak, kadang- kadang dengan mengorbankan fungsi atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadapnya user.

5) Sirkulasi Network

(Gambar 2.22. Pola Sirkulasi Network)

(Francis D.K Ching, 2000)

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.

4. Unsur Pembentuk Ruang

Dalam setiap pembahasan desain interior tidak lepas dari pengertian tentang ruang. Adapun yang dimaksud ruang adalah bentuk atau kondisi yang terwujud atau terjadi akibat adanya susunan bidang atau susunan material atau komponen. (Rahmanu Widayat, 2010 : 128)

Yang termasuk unsur pembentuk ruang antara lain adalah:

1) Lantai Seperti juga bidang permukaan tanah, bentuk bidang lantai juga dapat dibuat bertangga atau bertingkat untuk memperkecil skala suatu ruang sesuai dengan dimensi manusia serta menciptakan tempat untuk duduk-duduk, menikmati pemandangan, ataupun untuk pementasan. Lantai tadi dapat ditinggikan untuk menunjukkan tempat yang disucikan atau dihormati. Dengan membuat suatu permukaan lantai yang netral, keberadaan benda-benda lain dapat ditonjolkan. (Francis D.K Ching, 2000 : 21)

a) Fungsi Lantai Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan untuk aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan sebagai alas dari suatu ruang.

b) Sifat Lantai Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya. Dimana lantai dapat membentuk sifat/ daerah dalam ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun semi permanen.

c) Konstruksi Lantai Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang manyangga aktivitas interior dan perabot kita, lantai harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman, dan permukaannya harus cukup kuat untuk menahan penggunaan dan aus yang terus menerus. (Francis D.K Ching, 1996 : 162)

d) Karakter Lantai (1) Lantai kayu

Lantai kayu dikagumi karena berkesan hangat, tampak alami, dan menyatu dengan daya tarik kenyamanan, kelenturan dan durabilitasnya. Lantai kayu juga mudah perawatannya dan jika rusak, dapat diperbaiki kembali atau diganti. Material lantai kayu tersedia dalam bentuk papan atau dalam bentuk blok dan panel sintetis.

(Francis D.K Ching, 1996 : 168) (2) Lantai Tegel

Material lantai tegel dan batu biasanya padat dan kuat. Tergantung pada bentuk masing masing unit dan motiv dimana material tersebut dipasang. Material lantai ini dapat menghasilkan kesan sejuk, resmi atau rasa santai pada suatu ruang.

Tegel keramik yang biasa dignakan untuk lantai adalah mozaik. Ukurannya relatif kecil berupa unit unit modul yang terbuat dari tanah liat atau campuran porselin.

Tegel quarry dan pengeras permukaan jalan (paver) adalah material antai dalam bentuk modul. Tegel quarry tidak berglazur, terbuat dari tanah liat yag dibakar sehingga keras sedangkan paver mirip dengan tegel mozaik dan keramik. Keduanya bersifat kedap terhadap kelembaban, kotoran dan noda-noda.

(Francis D.K Ching, 1996 : 170) (3) Lantai batu

Material lantai dari batu memberi kesan padat, permanen, sangat awet pada permukaan lantai warnanya bermacam macam, pola acak tegel batu memberi kesan informal. Lantai marmer membuat suasana menjadi resmi dan anggun.

Beton juga dapat digunakan sebagai permukaan akhir lantai jika halus dan rata. Beton harus diberi lapisan penutup pori porinya agar tahan terhadap noda dan minyak, dapat di cat, diberi warna, atau diberi campuran warna pada saat di cor. (Francis D.K Ching, 1996 : 170)

2) Dinding Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk ruang-ruang di dalam bangunan. Dinding sebagai pembatas ruang, baik visual maupun akustik amat berhubungan dengan pemilihan bahan. Sedangkan dinding sebagai pemikul beban dari atas berhubungan dengan konstruksi/ teknik. Dan sebagai pelindung menghadapi alam luar, hal ini sangat penting bagi kebutuhan keamanan kesehatan dalam ruang.

3) Langit-langit (ceiling) Langit langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang dibawahnya. Ketinggian langit langit mempunyai pengaruh besar terhadap skala ruang. Langit langit yang tinggi 3) Langit-langit (ceiling) Langit langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang dibawahnya. Ketinggian langit langit mempunyai pengaruh besar terhadap skala ruang. Langit langit yang tinggi

( Francis D.K. Ching, 1996 : 192 ) Fungsi dari ceiling disebutkan sebagai berikut :

a) Ceilng berfungsi sebagai peredam suara/akustik, dengan ditunjang oleh lantai dan dinding. Misalnya pada teather, dengan pemasangan bidang-bidang gema dapat meningkatkan pemantulan yang secara langsung.

b) Ceiling merupakan ruang atau rongga untuk pelindung berbagi instalasi, ducting AC, kabel listrik, gantungan armature, loundspeaker dan lain-lain. (Gemaniar Gindaru, 2010)

Dalam merencanakan langit-langit atau ceiling perlu diperhatikan beberapa hal antara lain yaitu:

a) Penentuan Ketinggian Penentuan ketinggian harus ditentukan dengan pertimbangan atas kepentingan proporsi ketinggian ruang, konstruksi, maupun kebutuhan ducting di atasnya. Terlebih lagi jika dibuat suatu penurunan langit-langit misalnya drop ceiling, kanopi, pergola, dan lain-lain.

b) Penentuan Bentuk Penyelesaian Bentuk penyelesaian adalah bagaimana langit-langit itu diselesaikan. Contohnya : rata atau polos, grid atau berkotak- kotak, bergaris-garis, berpola, structural (memperlihatkan struktur), penyelesaian terkait dengan elemen estetis seperti lukisan, ornament, dan sebagainya.

c) Konstruksi Pemasangan Konstruksi langit-langit perlu diperhitungkan bagaimana langit- langit itu terpasang. Dalam hal ini bertalian dengan bahan dan penyelesaian konstruksinya, yaitu kayu, baja, atau digantung c) Konstruksi Pemasangan Konstruksi langit-langit perlu diperhitungkan bagaimana langit- langit itu terpasang. Dalam hal ini bertalian dengan bahan dan penyelesaian konstruksinya, yaitu kayu, baja, atau digantung

d) Pengaturan Lampu

Pengaturan lampu adalah bagian tugas merancang pencahayaan, lampu sebagai sumber cahaya buatan. Pengaturan cahaya atau lampu yang berkualitas dapat digunakan sebagai elemen penciptaan suasana, atmosfir, dan sebagainya.

e) Pengaturan Elemen Mekanikal Elemen mekanikal yang ditempatkan pada langit-langit contohnya : diffuser AC, air return grille, fire-ex tinguisher, dan lain-lain. (Rahmanu Widayat, 2010 : 89)

4) Elemen Pengisi Ruang Pengunaan perabot selalu menunjuk pada kegiatan

pemakainya. Dan kegiatan disini merupakan titik awal perencanaan interior, hal ini menunjukkan bahwa pengisi ruang yang utama adalah perabot/ furniture, sedang pelengkap lainnya hanya sebagai tambahan pengisi ruang.

Perabot adalah barang-barang perlengkapan, dalam interior seperti meja, kursi dan sebagainya. (Rahmanu Widayat, 2010 : 89)

5. Warna

Warna seperti juga rupa bentuk dan tekstur, adalah sifat dasar visual yang dimiliki oleh semua bentuk. Kita dikelilingi oleh warna dalam tatanan lingkungan. Meskipun demikian warna yang tampak pada benda bersumber pada cahaya yang menyinarinya sehingga memperlihatkan adanya bentuk dan ruang. Tanpa cahaya warna tidak akan ada. (Francis D.K. Ching, 1996 : 160)

a) Pengertian warna Warna menurut ahli fisika adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata. Warna menurut ilmu bahan adalah berupa pigmen.

b) Fungsi warna (1) Fungsi praktis, berfungsi untuk mengarahkan ke suatu jurusan, member instruksi, memperingatkan yang pada dasarnya lebih ditujukan untuk suatu keperluan umum.

(2) Fungsi artistik, berhubungan dengan bentuk, yaitu perpaduan

yang serasi antara bentuk dengan warna. (3) Fungsi simbolik, sperti makna dari warna bendera merah putih (merah : keberanian, putih : kesucian ) (Rahmanu Widayat, 2010 : 155-156)

c) Sifat khusus warna Dari masing-masing warna, masing-masing mempunyai sifat seperti yang dijelaskan oleh Goadhear Willcox dalam Painting and Decorations adalah sebagai berikut:

(1) warna panas; yaitu kuning, kuning orange, orange merah, merah

violet. (2) warna dingin; yaitu violet, violet biru, biru, hijau, hijau kuning. (3) warna ringan; yaitu putih, merah, merah orange, orange kuning,

kuning hijau. (4) warna ringan ; yaitu hitam, merah violet, violet,violet biru, hijau. (5) warna jauh ; yaitu violet, violet biru, hijau, putih.

d) Pengaruh psikologis warna Secara psikologis warna memiliki pengaruh terhadap perasaan manusia. Seperti dijelaskan dalam The Use Colour In Interior adalah: (1) Warna biru

Warna biru bersifat baik, dingin dan tenang, akan tetapi tidak dapat dipandang secara pandang lalu, karena terlalu banyak warna biru akan mengakibatkan sifat melankolis.

(2) Hijau warna Memberikan pengaruh menyejukkan serta dapat mengurangi ketegangan hidup.

(3) Warna kuning Adalah warna yang merangsang dan menarik perhatian, kunig adalah warna yang paling bercahaya.

(4) Warna merah Menyenangkan, merangsang otak, menimbulkan sifat agresif dan memberikan kesan kemewahan serta keebahagiaan.

(5) Warna abu-abu Dapat memberikan efek dingin seperti warna coklat. (6) Warna orange Memiliki efek merangsang dan dapat menimbulkan rasa sakit serta kejenuhan.

(7) Warna coklat Warna ini akan memberikan pengaruh segar, tenang dan hangat. Tetapi dalam pemakaian harus dikombinasikan dengan warna orange, kuning atau warna emas.

(8) Warna putih Warna ini dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan dengan warna-warna emas.

(9) Warna hitam Cenderung memberi pengaruh seperti menekan. Apabila digunakan dengan warna lain akan berfungsi menunjang intensitas warna tersebut.

6. Sistem Interior

Untuk menciptakan ruang yang diinginkan, maka diperlukan unsur-unsur sistem. Sebuah teori mengatakan bahwa interior sistem

adalah “tata cahaya, tata hawa, dan tata suara yang masing-masing bertujauan untuk mencapai kenikmatan bagi para pemakai ruang.

a. Pencahayaan

Cahaya adalah faktor utama yang menghidupkan ruang interior. Tanpa cahaya tidak akan ada bentuk, warna atau tekstur, tidak juga Cahaya adalah faktor utama yang menghidupkan ruang interior. Tanpa cahaya tidak akan ada bentuk, warna atau tekstur, tidak juga

Sebagai tujuan adanya sumber cahaya didalam ruang, dijelaskan sebagai berikut.

1) Cahaya memungkinkan penghuni bergerak dan berjalan secara

mudah dan aman.

2) Cahaya menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat .

3) Cahaya menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan

berpengaruh baik terhadap prestasi. Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan buatan.

1) Pencahayaan Alam (Natural lighting)

Yang dimaksud penerangan alami disini adalah pencahayaan yang berasal dari alam seperti, sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber lain dari alam (fosfor, dan sebagainya). Namun pada umumnya sumber cahaya alami yang biasa digunakan dalam pencahayaan ruang adalah sinar matahari. Cahaya alam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Pencahayaan langsung: pencahayaan yang berasal dari sinar matahari secara langsung melalui atap, jendela, genting kaca dan lain-lain.

b) Pencahayaan tidak langsung: cahaya yang diperoleh dari sinar matahari secara tidak langsung, sistem pencahayaan tersebut di biaskan melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain- lain.

2) Pencahayaan buatan (Artificial lighting) Cahaya buatan (artificial lighting) adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia, seperti cahaya lilin, 2) Pencahayaan buatan (Artificial lighting) Cahaya buatan (artificial lighting) adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia, seperti cahaya lilin,

Contoh sumber cahaya buatan antara lain adalah:

a) Lampu Pijar (incandescent)

Merupakan jenis lampu yang lebih dulu diciptakan daripada jenis lampu yang lain. Dinamakan lampu pijar karena memiliki pemijaran yaitu cahaya timbul karena adanya panas. Pada umumnya lampu pijar memiliki cahaya berwarna kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantic, dan akrab. Beberapa tipe lampu pijar antara lain :

(1) Bohlam bening (2) Lampu argenta (3) Lampu superlux (4) Bohlam buram (5) Bohlam berbentuk lilin (6) Lampu luster (7) Lampu halogen

( Saptono Istiawan, 2006 : 16-19 )

b) Lampu Berpendar/ Fluorescent

Umumnya disebut lampu neon, pada dunia industri lebih dikenal dengan sebutan lampu TL. Beberapa contoh jenis lampu berpendar antara lain : lampu TL, lampu PL ecotone, lampu PL essential, lampu PL tornado, Lampu SL. Cahaya lampu neon berwarna putih, sedangkan lampu SL dan PL selain putih juga memiliki tipe warna kuning dan putih kebiruan. ( Saptono Istiawan, 2006 : 20 ) Umumnya disebut lampu neon, pada dunia industri lebih dikenal dengan sebutan lampu TL. Beberapa contoh jenis lampu berpendar antara lain : lampu TL, lampu PL ecotone, lampu PL essential, lampu PL tornado, Lampu SL. Cahaya lampu neon berwarna putih, sedangkan lampu SL dan PL selain putih juga memiliki tipe warna kuning dan putih kebiruan. ( Saptono Istiawan, 2006 : 20 )

Cahaya yang diperoleh adalah cahaya kontinu (tidak putus) di sekeliling obyek. Didapatkan dipasaran dalam satuan meter. Contoh : click strip, lampu selang. ( Saptono Istiawan, 2006 : 21 )

b. Penghawaan Penghawaan mempunyai peranan penting pada kebutuhan udara yang optimal dalam ruangan termasuk kelembaban udara dalam ruang. Penghawaan merupakan pengaturan keadaan udara pada suatu ruangan, bail melalui udara alami maupun buatan. (Rahmanu Widayat, 2010 : 110)

1) Penghawaan alami dengan ventilasi Ventilasi adalah suatu usaha pembaharuan udara dalam suatu bangunan atau ruang dengan jalan memasukkan sejumlah udara segar/ bersih dari luar untuk menggantikan udara yang kotor di dalam ruangan dengan menggantikan faktor-faktor kelembapan agar dapat memenuhi unsur kenyamanan bagi si pemakai.

2) Penghawaan buatan atau ventilasi buatan Pengertian dari ventilasi buatan adalah penghawaan yang

diperoleh secara buatan atau mengalami proses mekanisme. Ventilasi buatan ini terdiri dari dua macam :

a) Exhoust yaitu mekanisme dari kipas angin dengan sisitim menggerakkan udara denagan tidak mengurangi kelembapan udara alam.

b)

A.C yaitu sisitim mekanisme memasukkan udara segar dengan termperatur maupun kelembapan tertentu. A.C. dipakai apabila

ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan; polusi udara, polusi suara, dan apabila ingin mendapatkan kelembapan udara yang konstan. Jenis AC antara lain :

(1) Window unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistim mekaniknya terdapat pada satu unit yang kompak.

(2) Split unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan untuk satu atau beberapa ruang, sedangkan perlengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang.

(3) Package Unit yaitu Jenis AC yang dipergunakan dalam satu ruang yang cukup luas seperti restoran, super market dan sebagainya.

(4) Central Unit yaitu, jenis yang dipergunakan untuk ruang yang luas sekali seperti restoran pekantoran, gedung teater, shopping center.

c. Akustik

Sistem akustik ruang yang baik adalah ruang yang mampu menjawab kebutuhan dari salah satu faktornya yaitu mengenai gangguan seperti bising, gema, gaung dan sebagainya.

Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik.

Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu bunyi langsung, bunyi pantul dan bunyi serap.

1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang berjalan langsung mencapai pendengaran.

2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang pantul.

3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena

material absorbsi. (Gemaniar gindaru, 2010)

7. Sistem Keamanan

Keamanan yang dimaksud adalah keamanan fisik manusia, fisik bangunan, serta lingkungan, untuk sistem ini diperlukan :

a) Satuan pengamanan atau biasa disebut satpam

b) Tanda petunjuk arah (exis signs)

c) Alat pengunci (hardware locking)

d) Tanda bahaya (alarm)

e) Keamanan terhadap bahaya kebakaran Untuk mendeteksi dan mengatasi adanya kebakaran diperlukan alat seperti :

a) Fire damper Alat ini untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa- pipa tersebut.

b) Smoke dan head ventilating Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir ke luar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.

c) Vent dan exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi mengisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Atau dapat juga dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga.

d) Hidran kebakaran Hidran kebakaran adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan memakai alat bantu air.

e) Sprinkler Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani e) Sprinkler Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani

f) Halon Pada daerah yang penanggulangan pemadam kebakarannya tidak diperbolehkan menggunakan air, seperti pada ruang yang penuh peralatan-peralatan elektronik atau ruang arsip, ruang tersebut harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran halon.