KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

3.1.1 KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006, bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) meliputi aspek Pendapatan dan aspek Belanja serta aspek Pembiayaan. Aspek Pendapatan terdiri dari Pendapatan Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan yang Sah lainnya. Adapun aspek Belanja terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Selanjutnya untuk aspek Pembiayaan terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

A. PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan yang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Pendapatan daerah dibagi kedalam tiga komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Pada dasarnya pendapatan daerah diproyeksikan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya seiring peningkatan perekonomian nasional dan daerah yang pada gilirannya akan semakin membuka peluang potensi pendapatan negara maupun daerah. Hal ini terutama dari kenaikan komponen dana perimbangan, di samping juga yang berasal dari kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD diharapkan tetap meningkat sebagai wujud kemandirian daerah. Kenaikan PAD dilaksanakan melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan penuh kehati-hatian untuk dapat mempertahankan kondisi di daerah tetap kondusif terutama pada saat perekonomian sedang lesu. Pendapatan Pemerintah Kabupaten Malang masih tergantung dari Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bagi hasil pajak dan bukan pajak serta dana perimbangan lainnya. Hal inilah yang menjadi persoalan yang penting bagi penerimaan daerah.

Perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Malang tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:

TABEL 3.1 Realisasi Dan Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015

Rata-rata Nomor

per tahun

I PENDAPATAN DAERAH

1.1 Pendapatan Asli Daerah

29.71 1.1.1 Pendapatan Pajak daerah

170.108.822.450,00 36.02 1.1.2 Hasil Retribusi daerah

40.403.196.760,00 7.57 1.1.3 Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan

18.340.914.239,20 24.89 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah

9.62 1.2.1 Bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

1.2 Dana Perimbangan

126.719.045.923,00 - 1.2.2 Dana alokasi umum

1.613.161.777.000,00 10.96 1.2.3 Dana alokasi khusus

Lain-Lain Pendapatan

1.3 Daerah yang Sah

19.994.558.900,00 - 1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Prov & Pemda lainnya

213.897.330.963,00 20.08 1.3.4 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus

581.206.056.000,00 31.78 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda lainnya

Sumber : DPPKA Kabupaten Malang

III-4

Berdasarkan tabel 3.1, realisasi pendapatan daerah Kabupaten Malang selama tahun 2010-2015, mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2010, total penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Malang adalah Rp1.665.125.923.967,92 sedangkan tahun 2015 mencapai Rp3.471.281.006.610,73 dengan persentase kenaikan rata-rata pertahun sebesar 15,86 persen. Berikut Gambar 3.1 yang merupakan grafik Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Malang dan tingkat pertumbuhannya :

Gambar 3.1

Grafik Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Malang dan Tingkat

Pertumbuhannya Tahun 2010 -2015

Salah satu komponen utama dari Pendapatan Daerah, adalah Pendapatan Asli Daerah atau disingkat PAD. Perolehan PAD Kabupaten Malang terus mengalami peningkatan secara progresif selama kurun waktu tahun 2010-2015. Pada tahun 2010 nilai PAD Kabupaten Malang berjumlah Rp130.465.915.601,92 sedangkan pada tahun 2015 telah mencapai Rp461.887.704.824,73. Persentase kenaikan rata-rata PAD Kabupaten Malang sebesar 29,71 persen pertahun. Pertumbuhan atas perolehan PAD yang signifikan ini menunjukkan bahwa optimalisasi sumber-sumber PAD oleh Pemerintah Kabupaten Malang cukup efektif. Usaha untuk menekan potensi kebocoran PAD dan perluasan sumber- sumber pendapatan asli daerah baru menjadi upaya penting untuk memaksimalkan perolehan PAD. Peningkatan dan pertumbuhan PAD Kabupaten Malang dapat dilihat pada grafik 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Grafik Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang dan tingkat pertumbuhannya Tahun 2010 – 2015

Komponen dana perimbangan dalam struktur pendapatan daerah Kabupaten Malang, nilainya juga mengalami peningkatan. Perlu diketahui, sub komponen Dana Perimbangan terdiri atas; Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada tahun 2010, jumlah dana perimbangan

Malang sebesar Rp1.204.222.084.704,-. Sedangkan pada tahun 2015 nilainya meningkat

dengan rata-rata peningkatan pertahun mencapai 9,62 persen. Besaran transfer oleh pemerintah dalam bentuk dana perimbangan, menunjukkan bahwa dukungan pemerintah pusat terhadap penyelengaraan pembangunan di Kabupaten Malang cukup tinggi. Peningkatan dana perimbangan juga mengindikasikan kinerja pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Malang semakin baik, mengingat aspek kinerja tata kelola keuangan daerah menjadi bahan pertimbangan utama bagi pemerintah pusat untuk menetapkan besaran dana perimbangan yang diterima masing-masing Kabupaten/Kota. Terbaru, pada tahun 2015 ini Pemerintah Kabupaten Malang memperoleh penghargaan sebagai daerah berprestasi dalam pengelolaan keuangan dari Kementrian Keuangan RI dan memperoleh Dana Insentif Daerah sebesar

menjadi

Rp1.893.231.262.923,-

Rp.41 Milyar. Gambaran Peningkatan dan pertumbuhan dana perimbangan Kabupaten Malang dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut:

Gambar 3.3

Grafik Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Malang dan Tingkat Pertumbuhannya Tahun 2010 – 2015

Komponen ketiga pada struktur Pendapatan Daerah adalah Lain-Lain Pendapatan Daerah. Kontribusi komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dalam enam tahun terakhir di Kabupaten Malang cukup signifikan. Perlu diketahui, sub komponen dari Lain-Lain Dana Perimbangan yang sah terdiri atas; Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, serta Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya. Tahun 2010 penerimaan Lain-lain Pendapatan yang sah nilainya hanya Rp330.437.923.656,- sedangkan pada tahun 2015 mencapai Rp1.116.162.038.863,-. Salah satu sub-komponen dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Dalam sub-komponen Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terdapat nomenklatur Dana Desa yang peranannya cukup startegis bagi penyelenggaran Otonomi Desa sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Transfer Dana

Desa yang diperuntukkan bagi 378 Desa Se-Kabupaten Malang dialokasikan mulai tahun 2015 sebesar Rp109.423.772.000,-.

pertumbuhan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.4 Grafik Realisasi Lain –lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Malang dan Tingkat pertumbuhannya Tahun 2010 –2015

Penyumbang terbesar PAD Kabupaten Malang terletak pada sub-komponen Pajak Daerah, di mana sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 pertumbuhannya mencapai rata-rata mencapai 36,02 persen, Hal ini selain disebabkan oleh adanya kebijakan pendaerahan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga kegiatan intensifikasi pajak oleh dinas terkait cukup berhasil. Gambaran Peningkatan dan pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut:

Gambar 3.5 Grafik Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Malang dan Pertumbuhannya Tahun 2010 -2015

B. BELANJA DAERAH

Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan didasarkan atas pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta mempercepat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

Terdapat tiga elemen penting yang saling bersentuhan untuk diperhatikan dalam menentukan belanja daerah yaitu: masyarakat sebagai penerima manfaat pembangunan, pemerintah sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan pembangunan serta DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dibidang penyusunan peraturan daerah, penyusunan anggaran dan pengawasan. Hakekat anggaran belanja daerah adalah sebagai perwujudan dari amanah rakyat kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan untuk kesejahteraan rakyat. Namun demikian anggaran belanja daerah hingga saat ini masih dirasakan sangat terbatas, sehingga diperlukan skala prioritas dalam penggunaannya. Secara garis besar kendala utama dalam menyusun belanja daerah adalah tajamnya perbedaan antara kebutuhan pembiayaan program dan kegiatan pembangunan yang harus ditangani dengan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan strategi dalam penyusunan Anggaran Belanja Daerah yaitu:

1. Penajaman skala prioritas pada kebutuhan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap capaian tingkat kesejahteraan;

2. Prioritas pada urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan arahan perencanaan baik RPJMD maupun RKPD; dan

3. Memperhatikan aspek politik dan sosial kemasyarakatan baik berskala daerah, regional maupun nasional. Untuk memperjelas

penggunaannya, anggaran belanja dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan guna mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.

Realisasi komponen belanja daerah Kabupaten Malang pada tahun 2010 mencapai Rp1.666.033.426.890,45 dan pada tahun 2015 meningkat sebesar

Rp3.538.276.305.821,74 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 16.34 persen. Walaupun nilai belanja daerah meningkat pesat dan rata-rata pertumbuhannya memiliki trend positif, namun laju pertumbuhan tahunannya bersifat fluktuatif. Pada Rp3.538.276.305.821,74 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 16.34 persen. Walaupun nilai belanja daerah meningkat pesat dan rata-rata pertumbuhannya memiliki trend positif, namun laju pertumbuhan tahunannya bersifat fluktuatif. Pada

TABEL 3.2 Realisasi Dan Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015

Rata-rata Nomor

(Rupiah) per tahun (%)

1 BELANJA DAERAH

1,844,417,080,236.00 9.85 1.1.1 Belanja pegawai

1.1 Belanja Tidak Langsung

1,403,342,366,775.00 8.59 1.1.2 Belanja Bunga

- - - - - 1.1.4 Belanja hibah

96,318,501,178.00 13.11 1.1.5 Belanja Bantuan Sosial

20,105,658,000.00 (1.33) 1.1.6 Belanja Bagi Hasil

30,630,076,536.00 25.62 Belanja Bantuan

288,968,291,977.00 - Keuangan

1.1.8 Belanja Tidak Terduga

5,052,185,770.00 75.26 Belanja Transfer

- - Pemerintah Desa

1.1. Keuangan kepada

1.2 Belanja Langsung

1,693,859,225,585.74 27.46 1.2.1 Belanja Pegawai

163,203,501,885.26 25.13 1.2.2 Belanja Barang dan Jasa

816,558,658,477.29 37.16 1.2.3 Belanja Modal

Sumber : DPPKA Kabupaten Malang

III-12

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, dapat diketahui bahwa realisasi belanja tidak langsung Pemerintah Kabupaten Malang selama periode 2010-2015, setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 9,85 persen. Belanja langsung Pemerintah kabupaten Malang selama periode 2010-2015, setiap tahunnya juga mengalami kenaikan dengan peningkatan rata-rata pertahun sebesar 27,46 persen.

Jika ditinjau berdasarkan perbandingan target dan realisasi belanja daerah Kabupaten Malang selama periode 2010-2015, dapat diketahui bahwa realisasi belanja daerah belum dapat mencapai 100 persen setiap tahunnya atau sesuai dengan target yang ditetapkan. Persoalan ketidaktuntasan serapan anggaran belanja daerah tersebut, lebih didominasi oleh hambatan struktural seperti perencanaan anggaran, khususnya Dana Perimbangan, pada saat penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan KUA-PPAS belum dapat dipastikan besarannya karena harus menunggu keputusan Pemerintah Pusat menjelang akhir tahun, proses penyelenggaraan lelang seringkali mengalami

memperpanjang waktu penyelesaian pekerjaan yang pada gilirannya berakibat menumpuknya pencairan anggaran pada akhir tahun, inefektivitas alokasi anggaran untuk mendukung kegiatan prioritas dan keterbatasan untuk pengembangan instrumen teknis perencanaan anggaran belanja yang berorientasi pada kinerja. Target dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015 dapat dilihat pada tabel

Tabel 3.3 Target Dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015

No. Tahun

Selisih Persentase 1 2010

Rata-rata Prosentase Realisasi Belanja Daerah 92.91

Sumber : DPPKA Kabupaten Malang

Dari gambaran tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa trend target Belanja Daerah dalam 5 (lima) tahun terakhir dilihat dari perbandingan antara target dari tahun ke tahun maupun

III-13 III-13

Pos Belanja Pegawai pada sub komponen Belanja Tidak Langsung memiliki alokasi anggaran terbesar pada skema Belanja Daerah Kabupaten Malang. Pertumbuhannya pun mengalami peningkatan secara signifikan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Secara rinci target realisasi belanja pegawai Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Target Dan Realisasi Belanja Pegawai Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015

Nomor Tahun

Target

Realisasi

Selisih Persentase

Rata-rata Prosentase Realisasi Belanja pegawai 91,91

Sumber: DPPKA Kabupaten Malang

Berdasarkan Tabel 3.4 di atas, dapat diketahui bahwa besarnya belanja pegawai selama periode 2010-2015, setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan sebesar 91,91 persen. Realisasi pencapaian belanja daerah yang belum mencapai 100 persen tersebut, dikarenakan adanya pegawai yang purna tugas dan atau

meninggal pada tahun anggaran berjalan, sehingga mempengaruhi penyerapan anggaran belanja pegawai. Sementara di dalam pengalokasian anggaran belanja pegawai harus penuh sesuai dengan kebutuhan dalam satu tahun anggaran.

Sebagai ikhtisar kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Malang, ditampilkan pula perhitungan rasio pendapatan dan belanja dalam tahun berjalan pada tahun anggaran 2010-2015. Secara rinci gambaran rasio Pendapatan dengan Belanja dalam tahun Berjalan dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:

III-14

Tabel 3.5

Rasio Realisasi Pendapatan Dengan Realisasi Belanja Dalam Tahun Berjalan

Tahun Anggaran 2010-2015

Tahun

No Uraian 2010

Sumber : DPPKA Kabupaten Malang (diolah)

Berdasarkan data tersebut di atas, Tahun 2010 besaran belanja sebanyak 100,05 persen dari pendapatan Tahun Berjalan; tahun 2011 sebesar 98,73 persen; tahun 2012 sebesar 100,15 persen; tahun 2013 sebesar 96,47 persen, tahun 2014 sebesar 93,65 persen dan tahun 2015 sebesar 98,10 persen. Jika besaran belanja daerah lebih kecil dari pendapatan daerah dalam tahun berjalan berarti terjadi surplus. Sebaliknya, jika besaran belanja daerah melebihi realisasi pendapatan pada tahun berjalan, sebagaimana pada tahun anggaran 2010 dan 2012 terjadi defisit. Defisit tersebut ditutupi dari SILPA tahun lalu.

C. PEMBIAYAAN DAERAH

Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun

tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah merupakan transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Malang mulai tahun 2010 sampai dengan 2015 dan rata-rata perkembangan realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut:

III-15

TABEL 3.6 Perkembangan Realisasi Pembiayaan Daerah APBD

Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2010-2015

No. Uraian

(Rupiah) 1 PEMBIAYAAN DAERAH

1.1 Penerimaan Pembiayaan

1.1.1 Penggunaan SILPA (tahun lalu)

390.957.110.050,91 1.1.2 Pencairan Dana Cadangan

36.204.086.221,76 Penerimaan Kembali

1.1.3 Pemberian Pinjaman

1.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

1.515.584.449,05 Penyertaan Modal

1.2.2 (Investasi) Pemerintah

1.2.3 Pembayaran Pokok Utang

PEMBIAYAAN NETTO

Sumber : DPPKA Kabupaten Malang

III-16

Berdasarkan tabel realisasi pembiayaan, dapat diketahui bahwa penerimaan selalu lebih besar dari pengeluaran. Penerimaan masih didominasi oleh komponen SiLPA tahun lalu. Besaran SiLPA pada pembiayaan daerah kabupaten Malang cenderung mengalami fluktuasi. SiLPA yang progresif bukan disebabkan penyusunan perencanaan pembangunan yang buruk, melainkan capaian atas pelampauan dari target penerimaan, penghematan belanja program dan pendapatan tidak terduga yang belum dianggarkan dalam tahun berkenaan.

Pada aspek pengeluaran pembiayaan daerah, masih didominasi pada komponen penyertaan modal khususnya pada tahun 2012. Dengan demikian, pengeluaran yang dimaksud bersifat produktif akan memperkuat kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten Malang di PT. Bank Jatim dan meningkatkan kemampuan operasional perusahan daerah.