MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG

4.1 MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG

Tujuan otonomi daerah adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Disamping itu, melalui otonomi secara luas, terlebih pada konteks global, pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

masyarakat

melalui

Pada perjalanannya, implementasi otonomi daerah di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Salah satu persoalan krusial dalam penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia adalah tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat dalam hal pembiayaan pembangunan. Rasio antara Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan (Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus) terhadap total pendapatan daerah disparitasnya cukup lebar. Sehingga, Pemerintah Daerah berusaha untuk mendayagunakan keuangan daerah secara optimal dan efisien guna menjalankan prioritas-prioritas pembangunan.

Dalam konteks Kabupaten Malang saat ini dan ke depan, terdapat tiga masalah (dan sekaligus potensi) pembangunan yang harus menjadi titik perhatian. Pertama adalah masalah kemiskinan, di mana dari data BPS 2014 di Kabupaten Malang angka kemiskinan masih tercatat sejumlah 11,07% dari total jumlah penduduk yang ada. Sehingga hal ini harus mendapatkan penanganan yang serius mengingat jumlahnya yang masih besar. Kedua adalah dari sisi geografis dan historis, Kabupaten Malang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa besar. Sehingga, optimalisasi potensi ini menjadi sangat diperlukan, utamanya untuk mengangkat popularitas dari lokasi-lokasi wisata tersebut baik ke tingkat nasional maupun internasional, serta memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada masyarakat sekitar lokasi wisata. Ketiga adalah terkait dengan isu lingkungan hidup. Secara geografis pula, Kabupaten Malang Dalam konteks Kabupaten Malang saat ini dan ke depan, terdapat tiga masalah (dan sekaligus potensi) pembangunan yang harus menjadi titik perhatian. Pertama adalah masalah kemiskinan, di mana dari data BPS 2014 di Kabupaten Malang angka kemiskinan masih tercatat sejumlah 11,07% dari total jumlah penduduk yang ada. Sehingga hal ini harus mendapatkan penanganan yang serius mengingat jumlahnya yang masih besar. Kedua adalah dari sisi geografis dan historis, Kabupaten Malang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa besar. Sehingga, optimalisasi potensi ini menjadi sangat diperlukan, utamanya untuk mengangkat popularitas dari lokasi-lokasi wisata tersebut baik ke tingkat nasional maupun internasional, serta memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada masyarakat sekitar lokasi wisata. Ketiga adalah terkait dengan isu lingkungan hidup. Secara geografis pula, Kabupaten Malang

Penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Malang dalam lima tahun terakhir telah menunjukkan capaian yang positif. Walaupun demikian, sasaran pembangunan daerah yang kompleks dan wilayah yang luas belum mampu memenuhi seluruh kehendak publik. Selain itu identifikasi masalah dilakukan dengan penelaahan terhadap RPJMN dan RPJMD daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Malang.

Kabupaten Malang merefleksikan gagasan revolusi mental untuk kemudian dijadikan kacamata dalam analisis permasalahan. Selain itu, terhadap RPJMD Kab/Kota yang berbatasan Pemerintah Kabupaten Malang telah melakukan identifikasi dengan menghasilkan prioritas berupa kerja sama antar daerah, seperti misalnya dalam hal jasa transportasi. Beberapa masalah pembangunan Kabupaten Malang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penempatan tenaga pendidik (guru) belum dilakukan secara merata, masih terdapat kesenjangan baik dari sisi jumlah maupun kualitas antara kawasan pedesaan dan perkotaan;

2. Mengantisipasi adanya eksodus siswa SMA/SMK/MA ke kota karena tingkat APK jenjang pendidikan ini yaitu 60,23% pada tahun 2015;

3. Belum tertampungnya siswa penyandang disabilitas di lembaga pendidikan luar biasa dan sedikitnya jumlah sekolah inklusif.

4.1.2 Kesehatan

1. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 72,22 per seratus ribu kelahiran hidup (30 Ibu meninggal) pada tahun 2015, dan Angka Kematian bayi (AKB) sebesar 5,95 per seribu kelahiran hidup (247 Bayi meninggal) pada tahun 2015;

2. Masih tingginya kasus balita gizi buruk dengan Prevalensi Balita Gizi Buruk 5,89% (9.996 Balita);

3. Masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif dari target 80%, tahun 2015 : 64,92%;

4. Biaya pemeriksaan layanan HIV-AIDS dan IMS bagi sasaran program belum diatur dalam Peraturan Daerah maupun BPJS kesehatan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP);

5. Masih tingginya angka kejadian tuberkulosis (kasus baru TB) BTA Positif usia di atas 15 tahun per 100.000 penduduk hasil survey prevalensi tahun 2013 sebesar 257 Per 100.000 penduduk dibanding tahun 2007 107 per 100.000 penduduk;

6. Masih belum semua kasus TB terdeteksi dalam program DOTS tercapai 35% dari target 70% Tahun 2015;

7. Perlunya Peningkatan standar pelayanan Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam Jaminan Kesehatan Nasional agar dapat meningkatkan mutu secara berkesinambungan;

8. Masih banyak beredar makanan, dan makanan jajanan anak sekolah yang tidak aman akibat masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti tentang sertifikasi Produksi Industri Rumah Tangga Pangan (IRT-P);

9. Pelaksanaan Pembagunan Kesehatan mengedapankan pendekatan Pembangunan Berbasis Desa melalui Desa Siaga perlu peningkatan meliputi peningkatan kwantitas dan kwalitas UKBM Desa siaga, Posyandu, dan lainnya yang belum berjalan optmal, Keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan kesehatan masih rendah, pembangunan selama ini masih pada pembangunan kesehatan bebasis sektoral dan sedikit melibatkan masyarakat, sehingga pembangunan sulit dicapai tanpa dukungan peran serta masyarakat;

10. Jaminan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Malang dalam Program JKN BPJS Kesehatan belum mencapai progres yang signifikan;

11. Akses air minum masyarakat masih dibawah 70% akibat Sumber air bersih yang didistribusikan badan pengelola air bersih desa ke masyarakat banyak yang belum dilindungi dari resiko pencemaran. Sehingga masyarakat masih belum mendapatkan akses air bersih memenuhi syarat kesehatan;

12. Ketersediaan Petugas kesehatan di Puskesmas yang profesional meliputi tenaga Medis, Paramedis keperawatan, Paramedis non keperawatan dan administrasi medis masih kurang, dan tidak ada tenaga pengganti pensiun;

13. Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP-I) masih belum terakreditasi;

14. Puskesmas di Kabupaten Malang belum semua pengelolaan BLUD Unit Kerja;

15. Puskesmas di Kabupaten Malang belum berstandar ISO;

16. Belum adanya Unit Pengelolaan Limbah di Kabupaten Malang;

17. Belum adanya Unit Kalibrasi Alat Kesehatan di Kabupaten Malang;

18. UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten Malang belum terakreditasi;

19. Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan tingkat lanjut di Kabupaten Malang;

20. Belum adanya pengembangan pelayanan obat tradisional di Puskesmas.

4.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Tingginya laju tingkat kerusakan jalan per tahun di Kabupaten Malang karena pembebanan lalu lintas yang melebihi kapasitas pembebanan rencana/excessive overloading; kondisi geografis pada beberapa wilayah memiliki stabilitas dan daya dukung tanah yang rendah; kondisi topografi yang bergunung-gunung memiliki potensi rawan bencana, erosi, dan longsor; kapasitas sistem drainase jalan yang belum memadai; serta umur teknis jalan yang sebagian besar memang telah melampaui batas optimalnya;

2. fungsi jaringan irigasi dan bangunan pelengkapnya mengalami penuruan;

3. Pembaharuan data base irigasi tidak berjalan optimal;

4. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung

sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah;

5. Kurangnya pemahaman SDM dalam penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Operasional dan Pemeliharaan (AKNOP);

6. Meningkatnya daya rusak air diantaranya berupa banjir di beberapa kawasan pada musim penghujan;

7. Belum adanya Peta Skema Konstruksi (PSK) dan Peta Skema Operasi (PSO) di wilayah kerja HIPPA sebagai tindaklanjut atas Keputusan Menteri RI Nomor: 293/KPTS/M/2014 tentang Daerah Irigasi;

8. Mayoritas Bagunan Gedung milik pemerintah maupun swasta belum mampu memenuhi ketentuan GSP dan GSB yang ditetapkan,

9. Berlarut-larutnya proses persetujuan substansi Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Sosio Kultural Kecamatan Singosari- Lawang;

10. Kurangnya SDM sebagi tenaga staf teknis dalam proses

penanganan perizinan terkait, seperti Rekomendasi IPPT.

4.1.4 Perumahan Rakyat dan kawasan Pemukiman

1. Kesenjangan pemenuhan kebutuhan perumahan (backlog);

2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya rumah dan lingkungan sehat;

3. Rendahnya alokasi anggaran bantuan sosial untuk peningkatan kualitas maupun pembangunan baru perumahan swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR);

4. Kurang optimalnya penyediaan rumah murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR);

5. Belum adanya program pelestarian rumah khas malangan;

6. Keterbatasan pengembang yang memenuhi kriteria teknis program Bantuan PSU Perumahan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 38/PRT/M/2015 Tentang Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum untuk Perumahan Umum;

7. Keterbatasan lokasi atau lahan untuk pengembangan perumahan baru yang sesuai dengan rencana penyediaan rumah murah karena mahalnya harga tanah. Akibatnya, harga jual rumah sederhana di wilayah Kabupaten Malang melebihi harga jual yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu sebesar Rp 116.500.000,- (Tahun 2016) sesuai dengan lampiran Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 113/PMK.03/2014 Tentang Perubahan ke IV atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007 Tentang Batasan Rumah Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar serta Perumahan lainnya, yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai, sehingga program Bantuan PSU maupun DAK dari Pemerintah Pusat tidak dapat diberikan bagi perumahan tersebut;

8. Belum tersedia data base tentang rumah di Kabupaten Malang;

9. Terdapat kawasan dan permukiman kumuh di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan;

10. Belum adanya serah terima asset oleh pelaku pembangunan di

bidang perumahan kepada Pemerintah Kabupaten Malang;

11. Belum adanya pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

4.1.5 Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat

1. Kondisi geografis Kabupaten Malang yang luas merupakan kendala bagi Satuan Polisi PP dan Linmas untuk melakukan pemantauan secara maksimal. Disamping itu, sarana untuk kegiatan penertiban khususnya pembongkaran masih terbatas;

2. Kabupaten Malang merupakan daerah rawan bencana, seperti kekeringan, tsunami, erosi, tanah longsor dan banjir;

3. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kondisi geografis yang beragam di Kabupaten Malang tidak sebanding dengan jumlah prasarana dan sarana pemadaman dan pencegahan bahaya kebakaran sehingga tingkat pemadaman dan pencegahan bahaya kebakaran menjadi belum optimal;

4. Terjadinya degradasi dalam masyarakat terhadap nilai nilai luhur budaya bangsa;

5. menurunnya rasa kebersamaan dalam masyarakat akibat pengaruh globalisasi.

4.1.6 Sosial

1. Ketersediaan data base PMKS yang valid masih jauh dari yang diharapkan, sehingga jumlah PMKS yang tertangani masih sangat terbatas;

2. Jumlah populasi anak terlantar dari tahun ke tahun di Kabupaten Malang semakin meningkat;

3. Cakupan pelayanan program kesejahteraan sosial yang masih terbatas, sebagai dampak melemahnya fungsi koordinasi dan komunikasi pada berbagai sektor dan level.

4.1.7 Tenaga Kerja

1. Rendahnya kualitas angkatan kerja sehingga melemahkan daya saing pada dunia kerja;

2. Tingginya konflik ketenagakerjaan dalam penentuan UMK dan masih rendahnya perlindungan bagi tenaga kerja;

3. Ketersediaan Informasi pasar kerja belum optimal.

4.1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

1. Belum optimalnya pencapaian kualitas hidup perempuan dan peran perempuan dalam pembangunan;

2. Terbatasnya akses sumber daya pembangunan karena pendekatan pembangunan pemberdayaan perempuan masih mengabaikan isu kesetaraan dan keadilan;

3. Lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan pengarusutamaan hak anak.;

4. Penyelenggaraan pemenuhan hak anak sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak sangat perlu untuk dioptimalkan;

5. Ketersediaan data terpilah terbatas dan data terpilah belum menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan;

6. Masih banyaknya kekerasan terhadap ibu dan anak dalam rumah

tangga (KDRT) yakni sebanyak 85 kasus dalam tahun 2013.

4.1.9 Pangan

1. Tingginya ketergantungan penduduk pada bahan pangan beras;

2. Orientasi pengembangan bisnis pangan masih berskala rumah tangga dan bersifat tradisonal, belum menuju pada pengembangan agroindustri pangan skala UMKM;

3. Pola kemitraan dalam pengelolaan dan pemasaran hasil olahan belum terbentuk sepenuhnya;

4. Kurangnya informasi pasar bagi petani, sehingga memiliki daya tawar yang rendah;

5. Peran Tim Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) belum optimal dalam penyediaan data olahan analisis bulanan situasi pangan dan gizi dari lintas sektor;

6. Belum meratanya pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sebagai pendukung cadangan pangan di tingkat rumah tangga.

4.1.10 Pertanahan

1. Proses pensertifikatan tanah aset milik Pemerintah Kabupaten Malang berlangsung lama dan berbelit, apalagi beberapa permasalahan tanah seringkali membutuhkan intervensi keputusan pemerintah pusat;

2. Tingginya kompleksitas sengketa pertanahan milik negara di Kabupaten Malang;

3. Banyaknya SKPD yang membutuhkan tanah belum melakukan perencanaan pengadaan tanah atau menyusun dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah untuk penerbitan Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan sebagai dasar pengadaan tanah;

4. Adanya penghentian proses perizinan di bidang kehutanan terkait tukar menukar kawasan hutan.

4.1.11 Lingkungan Hidup

1. Tingginya laju kerusakan lingkungan, berakibat pada peningkatan luasan lahan yang perlu dikonservasi;

2. Peran serta sektor swasta masih tergolong rendah dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup;

3. Lemahnya validitas informasi dan data base kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Malang;

4. Cakupan titik pemantauan lingkungan yang seharusnya dilakukan tidak sebanding dengan kemampuan anggaran maupun ketersediaan aparatur serta kurangnya sarana mobilitas;

5. Belum adanya kajian teknis tentang efisiensi, efektifitas dan keamanan penggunaan "prototipe" pemanfaatan gas methane sampah;

6. Belum sebandingnya jumlah kegiatan yang harus diawasi dalam upaya pengendalian pencemaran lingkungan dengan jumlah tenaga teknis yang melakukan pengawasan;

7. Konservasi yang dilakukan pada daerah sumber air berupa penanaman pohon belum bisa mencakup secara keseluruhan luasan daerah sumber air;

8. Jumlah prasarana dan sarana yang tersedia belum sebanding dengan besarnya jumlah timbulan sampah dan luasnya daerah pelayanan kebersihan;

9. Kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah sejak dari sumbernya (3R; reuse, reduse and recycle);

10. Tuntutan konversi lahan dan adanya degradasi kualitas lingkungan, akibat alih fungsi lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek ekologis;

11. Penurunan kuantitas dan kualitas RTH di kawasan perkotaan yang dapat mengurangi kenyamanan dan keindahan;

12. Kondisi kualitas lingkungan khususnya air badan air di wilayah Kabupaten Malang masih belum dapat memenuhi baku mutu.

4.1.12 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

1. Masih

penerbitan dokumen kependudukan terutama dalam perekaman biometrik KTP elektronik, penerbitan akta kematian dan penerbitan akta kelahiran;

2. Sarana dan prasarana yang belum memadai dalam rangka peningkatkan pelayanan dokumen administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, karena cakupan jangkauan wilayah Kabupaten Malang yang sangat luas.

4.1.13 Pemberdayaan Masyarakat Desa

1. Lemahnya up-dating data profil desa/kelurahan sebagai data dasar untuk perencanaan pembangunan desa/kelurahan;

2. Belum terbentuknya lembaga ekonomi secara menyeluruh di tiap- tiap desa yang berguna untuk meningkatkan PADes;

3. Masih adanya BUMDes yang kurang sehat bahkan tidak aktif;

4. Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah desa dalam memahami regulasi.

4.1.14 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

1. Tingginya pernikahan usia muda (<20 Tahun) dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);

2. Tingginya Unmet Need (Pasangan Usia Subur yang belum terlayani KB);

3. Rendahnya Pasangan Usia Subur (PUS) ber KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP);

4. Rendahnya kualitas IMP (PPKBD dan sub PPKBD) sebagai ujung tombak pengelola program Keluarga Berencana;

5. Rendahnya kuantitas dan kualitas kelompok Bina Keluarga (BKB, BKR, BKL, dan UPPKS;

6. Rendahnya akurasi data base keluarga dan KB.

4.1.15 Perhubungan

1. Dalam perjanjian kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pemerintah Kota Malang tentang Pengelolaan Terminal Landungsari belum mencapai target disebabkan belum adanya proses kesepakatan perpanjangan perjanjian kerja sama pengelolaan Terminal Landungsari setelah masa berlakunya berakhir tanggal 8 Agustus 2012;

2. Retribusi Terminal Bakroto Ampelgading tidak mencapai target disebabkan tingkat kedatangan orang dan barang berkurang serta pengaruh jumlah hari pasaran di Pasar Bakroto;

3. Addendum perjanjian kerja sama pengelolaan bandara sipil Abdulrachman Saleh hingga tahun 2012 belum selesai karena masih dalam proses pembahasan untuk mencarikan solusi tentang sistem pengelolaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang;

4. Masih banyaknya fasilitas perlengkapan jalan yang hilang diakibatkan kurang sadarnya masyarakat untuk ikut menjaga dan mengerti arti serta pentingnya keberadaan rambu-rambu lalin tersebut;

5. Kurang memadainya kondisi perkerasan jalan sehingga mengakibatkan daya rekat marka jalan tidak maksimal;

6. Sulitnya kalibrasi dilakukan hingga mendekati 100 persen pada alat uji rem, alat uji kesejajaran vertikal dan horisontal roda depan (kincup) dan alat uji emisi.

4.1.16 Komunikasi dan Informatika

1. Belum terciptanya sinergitas hubungan antar lembaga di bidang informasi, karena menguatnya angapan bahwa kehumasan bukan kinerja individual akan tetapi kinerja kolektif (organisasi);

2. Fasilitas sarana kerja utama khususnya main frame server sebagian besar sudah saatnya untuk di recycle dan diremajakan;

3. Minimnya peralatan pendukung pada Radio Kanjuruhan, sehingga kualitas dan jangkuan siaran relatif terbatas;

4. Minimnya jumah telecentre di Kabupaten Malang, sedangkan luas wilayahnya cukup luas dan banyaknya penduduk yang antusias dengan adanya telecentre untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki; dan

5. Belum semua desa di Kabupaten Malang terjangkau jaringan internet, baik menggunakan sarana kabel maupun wifi.

4.1.17 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

1. Penilaian kesehatan bagi KSP/USP/UJKS belum seluruhnya dapat dilaksanakan karena terbatasnya sarana dan prasarana dan SDM;

2. Terbatasnya data base UKM berpotensi yang dapat dipromosikan pada pasar luas;

3. Belum optimalnya penguatan daya saing UMKM terhadap perkembangan industri di Kabupaten Malang yang telah ditunjang dengan data peran sektor industri dan sektor perdagangan dalam perekonomian Kabupaten Malang yang cukup dominan. Tahun 2011 kontribusi kedua sektor ini sebesar 49,33 persen terdiri dari sektor industri 21,48 persen, dan sektor perdagangan 27,85 persen;

4. Sistem pengelolaan usaha ritel/toko koperasi yang masih tradisional serta banyaknya usaha ritel yang merajalela yang mempengaruhi usaha ritel koperasi;

5. Kurangnya promosi dan pameran produk-produk usaha KUMKM;

6. Koperasi/KUD belum memanfaatkan secara optimal GLK, RMU dan lantai jemur dalam mendukung program peningkatan produktifitas usaha serta kemudahan pelayanan bagi KUMKM;

7. Belum maksimalnya kerja sama usaha koperasi yang mengelola sapi perah dan usaha pertanian;

8. Sering terjadinya keterlambatan dalam pengembalian dana bergulir,

9. Kurangnya pengetahuan

UKM dalam menciptakan lapangan usaha baru industri rumah tangga; dan

dan keterampilan

10. Kurangnya permodalan pada UPTD-PPK BLUD Dana Bergulir, sehingga realisasi ajuan bantuan dana bergulir masih menunggu angsuran dari penerima modal bergulir.

4.1.18 Penanaman Modal

1. Kurangnya data potensi unggulan daerah, sebagai basis peta potensi wilayah Kabupaten Malang;

2. Kurang optimalnya komunikasi antara instansi pemerintah dan dunia usaha;

3. Lemahnya koordinasi dan fasilitasi lintas sektoral dengan SKPD- SKPD lainnya;

4. Rendahnya

PMA/PMDN yang menyampaikan LKPM.

kesadaran

perusahaan

4.1.19 Kepemudaan dan Olah Raga

1. Belum optimalnya pembinaan secara kontinyu kepada para atlet serta belum memadainya sarana dan prasarana olahraga yang ada;

2. Belum maksimalnya informasi yang diterima masyarakat terkait pameran prestasi hasil karya pemuda serta masih minimnya pembekalan untuk peserta yang lolos pada kegiatan dimaksud;

3. Rendahnya minat olahraga dikalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat;

4. Rendahnya frekuensi pembinaan dan pelatihan baris berbaris, kedisiplinan dan wawasan kebangsaan bagi siswa ditingkat sekolah,

5. Banyaknya pemuda yang berpotensi tidak sebanding dengan upaya pembinaan yang telah dilakukan;

6. Masih kurangnya minat terhadap keikutsertaan pada kegiatan lomba olahraga khususnya penyandang cacat;

7. Luasnya cakupan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana olahraga yang tersedia.

4.1.20 Statistik

1. Tidak adanya kesepakatan terkait penggunaan sumber data yang tunggal;

2. Belum optimalnya kualitas Sumber Daya manusia yang memahami pengetahuan yang berkaitan dengan metode, teknik atau cara mengumpulkan,

menganalisa serta menginterprestasikan data untuk disajikan secara lengkap dalam bentuk yang mudah dipahami oleh pengguna;

mengolah,

3. Dalam proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi 3. Dalam proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi

4. Data yang tersaji bukan tahun berjalan, tapi tahun lalu; hal ini karena sistem pengumpulan data di Badan Pusat Statistik (BPS) adalah tahun yang lalu;

5. Adanya perbedaan data yang dipublikasikan BPS Kabupaten dengan BPS Provinsi.

4.1.21 Persandian

1. Lemahnya kelembagaan persandian daerah.

4.1.22 Kebudayaan

1. Rendahnya minat generasi muda terhadap kesenian lokal;

2. Belum seluruh wilayah koordinator mempunyai paguyuban organisasi kesenian yang ada di Kabupaten Malang, dari 7 eks pembantu bupati hanya wilayah eks Pembantu Bupati di Pujon yang memiliki Paguyuban Seni Budaya Malang Barat (MALABAR);

3. Keterbatasan sarana prasarana dinas pada urusan kebudayaan untuk mempermudah cakupan koordinasi maupun kegiatan pembinaan kepada kelompok seni budaya yang tersebar pada 33 kecamatan;

4. Belum tersedianya sarana prasarana panggung (amphitheater) yang representatif untuk pertunjukan seni sekaligus menjamu pengunjung/tamu secara layak.

4.1.23 Perpustakaan

1. Kurangnya minat dan budaya baca masyarakat;

2. Terbatasnya koleksi buku di perpustakan, baik perpustakaan umum maupun desa;

3. Masih belum optimalnya penyediaan fasilitas ruang perpustakaan di kewilayahan sebagai sasaran pembinaan;

4. Kurangnya sarana operasional berupa Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) saat ini yang ada baru tersedia 1 unit.

4.1.24 Kearsipan

1. Keterbatasan tenaga arsiparis yang tersedia, sehingga perlu adanya penambahan tenaga fungsional arsiparis;

2. Rendahnya pengetahuan tentang tata kearsipan pada aparatur pemerintah desa sehingga penataan berkas/arsip belum tertib baik arsip aktif, in aktif maupun statis;

3. Masih belum tertatanya semua arsip daerah sesuai dengan peraturan yang ada.

4.1.25 Kelautan dan Perikanan

1. Semakin menjauhnya posisi fishing ground dari pantai mengakibatkan populasi ikan menjauh dari perairan pantai dan cenderung berpindah ke arah rumpon yang ditempatkan pada alur migrasi ikan pelagis besar dengan jarak 50 s.d 100 mil laut;

2. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, dimana masih banyakditemukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan yang dilarang;

3. Masih terbatasnya ketersediaan benih dan induk ikan unggul yang

menjadi faktor kunci keberhasilan usaha budidaya ikan;

4. Rendahnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat;

5. Maraknya kegiatan illegal and unregulated fishing di pesisir;

6. Produksi ikan nila khususnya pada budidaya di waduk mengalami penurunan yang disebabkan adanya bencana alam erupsi Gunung Kelud pada bulan Februari 2014 dan adanya musim kemarau panjang, sehingga perlu memacu alih usaha budidaya ikan di lokasi pasca dampak erupsi Gunung Kelud;

7. Terbatasnya sumber daya manusia kelautan dan perikanan yang sesuai standar kompetensi kelautan dan perikanan;

8. Pengelolaan sumberdaya perikanan belum optimal yang diakibatkan oleh masih banyaknya skala usaha yang bersifat tradisional serta pemahaman pelaku usaha perikanan terhadap teknologi pengelolaan perikanan tepat guna dan ramah lingkungan yang masih rendah.

4.1.26 Pariwisata

1. Promosi kepariwisataan belum dilakukan secara optimal, khususnya dalam ranah internasional;

2. Masyarakat sekitar obyek wisata belum berperan secara aktif dalam pengembangan obyek wisata setempat;

3. Lemahnya akurasi data kepariwisataan secara komprehensif, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan potensi pariwisata;

4. Materi atau bahan pameran produk unggulan dari para pelaku jasa usaha pariwisata masih terbatas;

5. Pengembangan sektor pariwisata belum berpadu sehingga pengembangannya

ditempat/stagnan, utamanya sarana dan fasilitas yang mendukung.

1. Terbatasnya jumlah petani ahli Pengendali Hama Terpadu berwawasan agribisnis;

2. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat petani untuk melakukan pemeliharaan jaringan irigasi desa dan jaringan irigasi usaha tani;

3. Pengawasan dan evaluasi pendistribusian terhadap subsidi pertanian, khsusunya pupuk belum dilakukan secara insentif;

4. Sulitnya mendapatkan bakalan kereman untuk penggemukan sapi guna mencukupi kebutuhan bakalan potong ternak sapi potong;

5. sulitnya mendapatkan bibit sapi perah yang baik;

6. Dampak pencemaran limbah peternakan yang berdampak terhadap lingkungan masyarakat;

7. Rendahnya kualitas produk peternakan dan nilai tambah yang diterima peternak dalam usaha peternakannya;

8. kurangnya pengetahuan pelaku usaha dibidang pertanian serta masyarakat, tentang bahayanya penggunaan bahan kimia berbahaya dan produk pertanian yang tidak memenuhi persyaratan keamanan mutu pangan;

9. Adanya kecenderungan alih ungsi lahan pertanian produktif menjadi non produktif.

4.1.28 Kehutanan

1. Lemahnya kelembagaan kelompok pengelola hutan rakyat;

2. Belum tertibnya pelaporan jumlah dokumen angkutan kayu rakyat kepada Dinas Kehutanan oleh pelaku usaha perorangan ataupun industri primer hasil hutan yang belum berizin (penggergajian keliling) sehingga menyebabkan jumlah produksi kayu rakyat yang 2. Belum tertibnya pelaporan jumlah dokumen angkutan kayu rakyat kepada Dinas Kehutanan oleh pelaku usaha perorangan ataupun industri primer hasil hutan yang belum berizin (penggergajian keliling) sehingga menyebabkan jumlah produksi kayu rakyat yang

4.1.29 Energi dan Sumber Daya Mineral

1. Rendahnya Rasio Elektrifikasi Kabupaten Malang tercermin dari banyaknya dusun yang belum teraliri listrik;

2. Pemahaman masyarakat tentang konsepsi Desa Mandiri Energi (DME) belum memadai;

3. Belum seimbangnya pengambilan/recharge dan pengisian kembali/discharge air tanah;

4. Masih banyak penambangan liar yang mengambil sumber daya alam seperti pasir, batuan, tanah urug yang lokasinya jauh dipelosok/pedalaman dan dekat dengan jembatan (kurang dari 100m).

4.1.30 Perdagangan

1. Belum optimalnya pembenahan infrastruktur pasar;

2. Para pelaku importir dan eksportir belum optimal dalam melaporkan hasil realisasi impor ekspornya, sehingga perlu diusulkan kepada Kementerian Perdagangan RI untuk merevisi regulasi yang telah diterbitkan berkaitan dengan SKA (Surat Keterangan Asal).

4.1.31 Perindustrian

1. Terbatasnya kualitas dan kuantitas produksi industri rumah tangga;

2. Tingginya tingkat ketergantungan produk dari bahan baku impor;

3. Rendanya daya saing, kualitas dan design produk lokal;

4. Hambatan peningkatan efisiesi produksi;

5. Efisiensi biaya transaksi relatif masih rendah.

4.1.32 Transmigrasi

1. Belum optimalnya informasi tentang transmigrasi yang dapat diterima oleh masyarakat;

2. Rendahnya keterampilan yang dimiliki oleh calon transmigran.

Uraian tentang masalah-masalah pembangunan di kabupaten Malang tersebut diatas selanjutnya dirangkum dalam beberapa point berikut:

1. Kondisi pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Malang belum setara, khususnya keterbatasan akses terhadap layanan pendidikan berkualitas bagi warga miskin, penyandang disabilitas dan wilayah pedesaan terpencil;

2. Pelayanan kesehatan dasar kurang memadai, ditandai dengan angka kematian bayi dan ibu melahirkan yang relaitif masih tinggi;

3. Kualitas infrastruktur masih menjadi persoalan, khususnya untuk mendukung peningkatan aktivitas perekonomian Kabupaten Malang pada sektor pariwisata, pertanian, perkebunan, kelauatan dan perikanan;

4. Rendahnya kualitas angkatan kerja dan kesempatan kerja di Kabupaten Malang. Ditambah, semangat berwirausaha bagi angkatan kerja semakin menurun;

5. Produktivitas pertanian belum maksimal, khususnya tanaman pangan yang berfungsi untuk menjamin ketersediaan pangan masyarakat;

6. Kinerja birokrasi dan layanan publik belum optimal akibat lemahnya profesionalisme aparatur, rendahnya pemanfaatan Teknologi Informasi, dan regulasi yang mengikat;

7. Pemenuhan pelayanan dasar dan jaminan sosial bagi masyarakat miskin terutama kecukupan energi, air bersih dan kesehatan lingkungan terutama di dusun terpencil dan sentra kemiskinan belum terealisaskan secara menyeluruh.