T idak terjaminnya ekonomi Rumah Tangga Petani (RTP) membuat petani menjual tanah
T idak terjaminnya ekonomi Rumah Tangga Petani (RTP) membuat petani menjual tanah
garapannya untuk dijadikan perkebunan, pertambangan maupun bangunan seperti pab- rik, hotel dan jalan. Harian Kompas pernah menerbitkan bahwa ditahun 1992-2002 terjadi konversi lahan pertanian 110.000 ha per tahun dan mengalami peningkatan sejak 2002-2006 menjadi 145.000 ha. Jadi bisa disimpulkan dalam kurun waktu 15 tahun terjadi penyusutan lahan pertanian seluas 1,935 juta ha atau 120.000 ha per tahun. Jika kondisi ini tidak ada per- ubahan maka 65 tahun mendatang luas lahan pertanian Indonesia akan hilang 7,75 ha.
40 Edisi X/Maret-Mei 2014
Untuk mencegah semakin luasnya kon- Pengan Berkelanjutan. Lahirnya UU ten- versi lahan pertanian di Indonesia maka tang Perlindungan Lahan Pertanian Pengan Badan Pertanahan Negara (BPN) melaku- Berkelanjutan disebabkan oleh dua hal, ya- kan riset terhadap dinamika dan peluang pe- itu semakin kritisnya lahan pertanian yang ngendalian ahli fungsi tanah sawah. Hal ini berproduksi di sektor pangan dan semakin diakerenakan jumlah konversi lahan pertani- tingginya jumlah produk impor yang masuk an lebih besar dibandingkan dengan jumlah ke Indonesia. pencetakan sawah baru, yaitu luas konver-
Menurut Dewi kartika, Wakil Sekjend si lahan pertanian 120.000 ha per tahun, se- Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), dangkan luas lahan sawah yang dicetak da- yang hadir sebagai narasumber mengata- lam setahun hanya 60.000 ha.
kan bahwa dalam pelaksanaannya, UU ten- Penelitian BPN ini bertujuan untuk tang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan menganalisis dinamika perubahan tanah sa- Berkelanjutan memiliki beberapa kendala. wah menjadi non-pertanian, penyebab kon- Kendalanya yaitu, pertama rendahnya sub- versi lahan pertanian, dampak konversi la- sidi kepada petani, seperti pupuk, teknologi han pertanian terhadap petani dan strategi dan penyebaran pengetahuan untuk mening- kebijakan untuk mencegah konversi lahan katkan produksi pertanian. Mahalnya bia- pertanian. Sebelum melakukan penelitian la- ya produksi pertanian tentu sejalan dengan pangan, BPN melakukan konsinyering pada tingginya harga jual di pasar dan inilah mem- tanggal 2-4 April di Hotel Oria untuk menyu- buat produk pertanian dalam negeri kalah sun desain dan instrument penelitian. Dalam saing dengan produk luar yang harganya le- pertemuan tersebut BPN menyampaikan bih murah. Bahkan desakan dari WTO yang bahwa pengurangan lahan pertanian sejalan dikenal dengan “Paket Bali” mengharuskan dengan menurunnya produksi pertanian dan semua Negara anggota WTO harus mengah- meningkatnya jumlah produk impor.
apus subsidi, termasuk di sektor pertanian. Indonesia sebenarnya mempunyai UU
Kedua, Indonesia yang sangat bergan- yang bertujuan untuk mencegah konver- tung kepada investasi, khususnya yang dari si lahan pertanian, yaitu UU No.41/2009 luar menjadi ancaman terhadap hilangnya tentang Perlindungan Lahan Pertanian lahan pertanian berskala kecil. Ekonomi ru-
mah tangga petani yang tidak mengalami
“ Indonesia di masa datang mau menjadi peningkatan, bahkan cenderung mengalami
negeri yang makmur, supaya rakyatnya penurunan akan membuat petani berinisiatif dapat serta pada kebudayaan dunia dan
menjual tanah-tanahnya. Kemudian mereka ikut serta mempertinggi peradaban.
akan bekerja menjadi buruh pabrik di kota, Untuk mencapai kemakmuran rakyat di
menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau masa datang, politik perekonomian mes-
merambah ekonomi informal, seperti tukang tilah disusun di atas dasar yang ternyata
ojek, supir angkot dll.
sekarang, yaitu Indonesia sebagai negeri Melakukan sertifikasi tanah tanpa diser- agraria. Oleh karena tanah faktor produk-
si yang terutama, maka hendaklah pera- tai program pendukung, disektor pertanian
turan milik tanah memperkuat keduduk- akan mempercepat proses penyusutan lahan an tanah sebagai sumber kemakmuran
pertanian. Dengan sertifikat yang sah, me- bagi rakyat umumnya”. (Drs.Mohammad
mudahkan petani berskala kecil untuk men- Hatta).
jual tanahnya. AGP.
Suara Pembaruan Agraria 41
Meninjau Kembali Sistem Kemitraan Perkebunan Inti Rakyat