Suara Pembaruan Agraria Edisi X Maret Me

K ontestasi pimpinan nasional telah menyeret perhatian publik pada kampanye hitam yang

menghias dominan di arus pemberitaan berbagai media. Substansi metode pelaksanaan ide para kontestan tergeser, sehingga luput dari perbincangan sehari-hari. Kampanye hitam membuat pendidikan politik publik mandeg. Alhasil, publik terlewat menilai apa-apa saja yang akan dikerjakan pemimpin baru hasil Pilpres 2014.

Visi-Misi memang telah dirancang, dengan pengemasan narasi yang menawan mena- warkan janji. Setidaknya apa yang dituliskan para kandidat mencerminkan suasana batin dan semangat politik yang ada. Dari situ kita dapat menilai apa yang hendak dilakukan pasca pil- pres, termasuk soal kehendak menjalankan reforma agraria.

Dokumen visi misi resmi para kandidat merupakan ukuran awal sejauh mana kesung- guhan niat menjalankan reforma agraria ke depan. Namun, sayangnya reforma agraria hanya diposisikan penambal-sulam dalam teks. Persoalan penguasaan kekayaan alam, khususnya tanah bagi rakyat tak menjadi sorotan utama para kandidat pimpinan nasional. Calon-calon pimpinan nasional hanya meneropong program di ruang populer dengan harapan muluk- muluk dalam ilusi kemegahan angka pertumbuhan ekonomi.

Lilis Mulyani, Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI berpan- dangan, bahwa kedua kandidat belum menempatkan agenda Landreform atau Reforma Agraria sebagai prioritas agenda yang diusung. “Hal ini terlihat misalnya di Visi Misi Jokowi- JK hanya ditempatkan di agenda No. 5 dari Nawacita atau 9 Agenda Prioritasnya, sementara Prabowo-Hatta malah menempatkan di agenda prioritas terakhir, yaitu nomor 8,” jelas Lilis.

“Dalam teks visi-misi dan debat kandidat kedua calon pimpinan tidak secara terang men- jelaskan tata cara maupun metode implementasi dari program ini secara rill dan strategis di da- lam kenyataannya nanti,” tambah lilis.

Masalah agraria menjadi isu penting, karena Indonesia dihadapkan pada persoalan agra- ria yang kronis. Masalah penguasaan kekayaan alam oleh segelintir orang menempatkan 56 persen asset berupa tanah, perkebunan dan properti hanya dikuasai oleh 0,2 persen penduduk.

4 Edisi X/Maret-Mei 2014

Suara Pembaruan Agraria 5

Ketimpangan itu telah nyata menggerogoti keadilan sosial di Indonesia. Lebih parah lagi, kenyataan bahwa indeks gini tanah secara na- sional mencapai 0.72 yang menunjukan ke- timpangan penguasaan tanah semakin lebar.

Harapan pertumbuhan ekonomi yang da- pat meneteskan kesejahteraan kepada rakyat bawah masih menjadi kegemaran para kan- didat. Padahal, klaim pertumbuhan ekono- mi oleh rezim 2004-2014 yang tinggi, nyata- nyata membuat ketimpangan makin lebar. Angka indeks gini hingga 0,413 memuncul- kan potensi kerawanan sosial di Indonesia. Kenyataannya, pembangunan nasional yang berparadigma pertumbuhan ekonomi tidak selalu berkolerasi pada pemerataan. Hal itu dikarenakan fondasi pertumbuhan ekono- mi disandarkan pada hutang serta investasi asing yang penuh spekulasi.

Masalah angka pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan serta pengang- guran yang dihitung berdasarkan basis eks- por-import dan kenaikan investasi, hanya didominasi oleh sekitar 10% penduduk. Jika kita telaah dari angka kemiskinan rumah tangga di pedesaan, sampai sekarang, besar orang miskin bertempat menetap di pedesa- an dan mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani. Dari total 28 juta Rumah Tangga Petani (RTP) yang ada di Indonesia, terda- pat 11,1 juta RTP yang tidak memiliki lahan sama sekali. Sedangkan bagi mereka yang pu- nya lahan, rata-rata pemilikan lahannya ha- nya 0,36 hektar. Jadi dengan kata lain saat ini terdapat sekitar 32 juta jiwa petani Indonesia adalah buruh tani, dan 90 juta jiwa adalah pe- tani subsisten. Yang selama ini luput adalah analisa pergeseran 5,04 juta rumah tangga petani menjadi buruh dan pekerja informal di perkotaan dan luar negeri.

Lilis mengatakan bahwa yang terpen- ting dalam melaksanakan Landreform atau Reforma Agraria sebagaimana hasil kaji- an LIPI adalah di level negara, “diperlukan

pembenahan menyeluruh dari mulai kebijak- an hingga kelembagaan pengelola sumber daya agraria yang masih sangat sektoral, untuk itu, saya mengkritisi kedua kandidat karena tidak menyentuh masalah ini sama sekali. Dalam visi misi Prabowo-Hatta yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Reformasi pengelolaan Sumber Daya Alam yang dijanji- kan justru bertujuan meningkatkan nilai tam- bah SDA. sehingga tujuannya masih fokus di produktivitas (peningkatan nilai ekonomi) be- lum pada aspek keadilan ataupun keberlanjut- an,” jelas Lilis.

Kontradiksi Dalam Teks Visi-Misi Jokowi-JK

Para kandidat pemimpin baru, visi-misinya berbeda tipis namun, harus diakui masih mi- nim secara sistematika metodologi. Bahkan, yang tampak adalah kontradiksi atau perten- tangan nilai dalam isinya. Dalam visi misi res- minya, Jokowi-JK berniat memperjelas kepe- milikan dan kemanfaatan tanah dan sumber daya alam melalui penyempurnaan terhadap UU Pokok Agraria.

Patut dicurigai bahwa niatan perubahan UUPA 1960 sejalan dengan amanat MP3EI yang selama ini ditentang oleh gerakan rakyat pengusung reforma agraria. Pada hal 179 do- kumen MP3EI 2011-2025 dalam pelaksana- an dan tata kelola MP3EI di bagian perbaikan regulasi dan perizinan, MP3EI menghendaki “pengkajian ulang (UU & PP Keagrariaan) untuk memasukkan status tanah ulayat seba- gai bagian dari komponen investasi, sehingga memberikan peluang kepada pemilik tanah ulayat untuk menikmati pertumbuhan eko- nomi di daerahnya (terkait realisasi MIFEE)”. Publik harus jeli melihat kehendak perom- bakan ini.

UUPA yang selama ini menjadi ben- teng konstitusi reforma agraria namun di- petieskan, tidak relevan untuk direvisi ka- rena kuatnya liberalisasi undang-undang UUPA yang selama ini menjadi ben- teng konstitusi reforma agraria namun di- petieskan, tidak relevan untuk direvisi ka- rena kuatnya liberalisasi undang-undang

infrastruktur akan semakin meningkatkan Tuntutan gerakan akan reforma agraria konflik agraria dan melebarkan ketimpangan sebenarnya telah meluas dilakukan oleh se- di Indonesia. rikat tani di seluruh wilayah tanah air. KPA

Iwan Nurdin, Sekjend KPA menambah- setidaknya melansir seluruh provinsi di kan bahwa Jokowi-JK lebih banyak berenca- Indonesia terjadi konflik agraria dan terjadi na pada aspek regulasi. “Misalnya dalam hal pergolakan rebutan tanah secara struktural, memberdayakan desa, Jokowi-JK menyiap- baik antara rakyat dengan negara maupun kan dan menjalankan kebijakan regulasi baru antara rakyat dengan perusahaan swasta pe- untuk membebaskan desa di kantong-kan- megang konsesi.

tong hutan dan perkebunan, begitu juga da- Berikutnya adalah, klausul komitmen lam akses dan hak desa mengelola SDA ber- Jokowi-JK untuk implementasi reforma agra- skala lokal, mengatasi konflik agraria tanpa ria melalui “akses dan aset reform pendistri- memastikan kelembagaan yang bertugas me- busian asset terhadap petani melalui distribusi laksanakan konsepnya,” jelas Iwan. Peraturan hak atas tanah petani melalui land reform dan dalam melaksanakan reforma agraria itu su- program kepemilikan lahan bagi petani dan dah banyak, namun UU sektoral-lah yang buruh tani; menyerahkan lahan sebesar 9 juta justru merintangi pelaksanaan UUPA 1960. Ha.” Hal ini menimbulkan pertanyaan lama “Kondisinya krisis agraria sudah berat, aki- yang muncul kembali ke permukaan, bah- batnya sangat dalam, sehingga memerlukan wa tanah siapa dan dimanakah seluas 9 Juta kecepatan dan ketepatan pemimpin baru nan- Ha tersebut?

ti,” tegas Iwan.

Sementara paradigma pembangunan in-

frastruktur di atas ketimpangan menjadi pi- Prabowo-Hatta

lihan Jokowi-JK dengan “akan membangun Kandidat Prabowo-Hatta dalam visi misi res- infrastruktur jalan baru sepanjang 2.000 Km, minya mencantumkan “akan meningkatkan membangun 10 pelabuhan baru, 10 kawasan pendapatan perkapita penduduk dari 35 juta industri baru dan membangun 1 juta Ha la- menjadi minimal 60 juta dengan pertumbuh- han sawah baru di luar Jawa”. Hal ini tentu an ekonomi mencapai 7 persen pertahun me- berlawanan dengan semangat anti alih fung- nuju pertumbuhan di atas 10 persen, dengan si lahan yang selama ini dipaparkan Jokowi strategi pertumbuhan ekonomi tinggi berku- karena akan membangun 10 kawasan indus- alitas melalui peningkatan pertumbuhan me- tri yang selama ini melibas lahan-lahan su- lalui sektor produksi, sehingga dicapai kese- bur pertanian.

imbangan optimal dengan pertumbuhan yang Sedangkan, niatan Jokowi-JK dalam me- dipicu konsumsi.” Niatan ini sebenarnya bu- ningkatkan daya saing akan meningkatkan kan konsep baru, karena ilusi pertumbuhan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi yang muluk-muluk nir pemerataan yakni industri manufaktur, industri pangan, telah nyata menempatkan industri ekstrak- sektor maritim dan pariwisata akan percu- tif sumber daya alam yang merampas tanah ma jika tidak lebih dahulu menata ulang rakyat. Padahal, Prabowo-Hatta juga hen- penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan dak bermaksud meningkatkan mengurangi

6 Edisi X/Maret-Mei 2014 6 Edisi X/Maret-Mei 2014

bunan, kehutanan dan pertambangan, dan

Menyoal rencana Prabowo-Hatta, Dr menempatkan rakyat Indonesia menjadi te- Arya Hadi Dharmawan, Akademisi IPB me- naga kerja. MP3EI yang berorientasi pada ngatakan Program Pak Prabowo yang akan pertumbuhan ekonomi, berkolerasi dengan membuat 2 juta Ha sawah dalam 5 tahun itu menurunnya kesejahteraan rakyat. dari teori manapun tidak masuk dan tak bisa

MP3EI adalah pipa-pipa penghisap ke- diimplementasikan. Ia mengatakan “Silakan kayaan alam dengan menempatkan korpora- konsultasi ke Bakosurtanal, Kementan RI, si swasta dan asing serta dana hutang seba- Bappenas, Badan Pertanahan Nasional, gai lokomotif pelaksana penjarahan sumber Kementrian PU, Kemenko Perekonomian RI daya alam. Konsep MP3EI berlawanan de- sampai kepada para ahli pertanahan di IPB. ngan semangat kedaulatan pangan berba- Kemampuan RI dalam mencetak sawah de- sis keadilan sosial. Merauke Integrated Food ngan dana yang ada, dengan perangkat hu- and Energy Estate (MIFEE) di Merauke ada- kum yang ada dan dengan teknologi yang ada, lah contoh nyata dimana pembangunan are- serta clearness dalam hal kepastian hukum al pangan skala luas berbasis korporasi telah agraria serta kelayakan ekologi sehamparan memusnahkan kedaulatan rakyat atas tanah- yang ada, hanya 10.000 - 20.000 Ha per ta- airnya sendiri. hun. Artinya dalam lima tahun = 100.000 Ha

Menurut Wasekjen KPA, Dewi Kartika saja (itu dengan syarat secara agraria, tanah- “kontradiksi visi-misi reforma agraria nya clear and clean dan dalam satu hamparan Prabowo-Hatta mencerminkan tidak konsis- tanpa konflik dan tanpa sengketa - hari ini tak tennya niatan mereka, dan mereka tidak sepe- ada tanah tanpa sengketa), Ini titik lemah pak nuhnya benar-benar ingin menjalankan agen- Prabowo,” kata Arya.

da reforma agraria, karena di sisi lain, mereka

Selanjutnya adalah paradoks niatan juga mengusung model pembangunan yang “mempercepat reforma agraria untuk menja- bertentangan dengan reforma agraria. Karena min kepemilikan tanah rakyat, meningkatkan dasar dari MP3EI adalah pertumbuhan eko- akses dan penguasaan yang lebih adil dan ber- nomi semata, bukan untuk kesejahteraan kerakyatan”, namun Prabowo-Hatta menem- masyarakat bawah.” Dewi menjelaskan bah- patkan Master Plan Percepatan dan Perluasan wa MP3EI itu mengusung penguasaan dan Pembangunan Indonesia (MP3EI) sebagai ja- pengusahaan tanah dalam skala besar mela- lan membangun kembali kedaulatan pangan, lui proses eksploitasi sumber-sumber agra- energi dan sumber daya alam.

ria, sementara reforma agraria adalah untuk Menurut Resolusi Munas KPA ke-VI, menghapuskan juga ketimpangan, MP3EI MP3EI bertentangan dengan arah dan co- justru akan mempertajam ketimpangan. rak Reforma Agraria sejati yang diamanatkan

Kubu Prabowo-Hatta juga menempat- UUPA 1960 dan Pasal 33 UUD 45. MP3EI kan pembangunan infrastruktur sebagai adalah antitesis pembangunan pedesaan dan ukuran keberhasilan. Pertanyaannya, apakah kedaulatan pangan karena merupakan pe- niatan pembangunan infrastruktur tersebut lestarian perampasan lahan dan ruang hi- sejalan dengan sasaran terjaminnya akses dup masyarakat. MP3EI semakin menguat- rakyat terhadap tanah yang selama ini tera- kan struktur ekonomi kolonial, yang belum baikan? Apalah arti akselarasi pembangun- berubah sejak Indonesia merdeka, dimana an infrastruktur tanpa petani berdaulat atas

Suara Pembaruan Agraria 7

8 Edisi X/Maret-Mei 2014

tanahnya. Maka patut dipertanyakan apakah pembangunan infrastruktur benar-benar di- tunjukan kepada rakyat kecil? Atau hanya demi lapangnya laju penghisapan sumber daya alam di seluruh wilayah Indonesia.

Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermarta- bat dengan menjalankan MP3EI adalah pe- ngelabuan dan penyesatan kesadaran rakyat. Alat picu konsumsi yang dianggap dapat me- ningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah khayalan. Rakyatlah yang dapat menghidup- kan kekayaan alam dengan menjamin akses rakyat terhadap kekayaan alam. Itulah basis menyumbang pertumbuhan ekonomi negara.

Belajar dari yang Lalu demi Masa Depan

Ke depan, dapat diprediksi bahwa Indonesia akan kembali berada dalam fase keterbela- kangan industrialisasi nasional dengan sega- la masalah keruwetan agrarianya. Pimpinan nasional baru patut belajar dari pengalaman rezim SBY-Boediono yang menyumbangkan konflik agraria strukutral mencapai 1.057 kejadian dengan luasan areal 3.018.119 Ha

yang melibatkan 503.349 KK. Bahkan pada 2013 angka konflik naik 86% dibandingkan 2012. Tingginya angka konflik agraria me- nempatkan 22 petani tewas dan seharus- nya menempatkan reforma agraria sebagai kerangka utama pembangunan nasional di Indonesia. Reforma agraria bukan saja demi tujuan pengentasan kemiskinan semata, na- mun juga dalam rangka mewujudkan kea- dilan sosial. Reforma agraria sesuai tuntutan cita-cita proklamasi 1945 harus dijalankan secara logis dan sistematis sesuai dengan jiwa dan kemauan politik yang kuat dari pimpin- an nasional pilihan rakyat. Momentum elek- toral di 2014 ini harus memunculkan kema- juan ide pelaksanaan reforma agraria secara terukur dan meluas. Jika sungguh-sungguh hendak melaksanakan reforma agraria, tiap kandidat harus menjelaskan siapa bertugas apa dan lembaga apa yang mau dan mampu menjalankan reforma agraria. Semoga refor- ma agraria sejati dapat terlaksana.

SBY gagal urus agraria

OPINI Petani Mencari Presiden

Oleh: Iwan Nurdin, Sekjend KPA

P ada pemilihan presiden 9 Juli nanti, jika me-

rujuk kepada visi-misi, tidak ada alasan bagi petani untuk tidak pergi ke TPS dan memilih. Pasalnya, kedua kandidat presiden menawarkan program reforma agraria melalui redistribusi ta- nah atau land reform. Meski belum secara deta- il dijelaskan bagaimana kelak presiden terpilih menjalankan agenda ini. Setidaknya di atas ker- tas, redistribusi tanah untuk rakyat telah menja- di komitmen politik resmi.

Dalam pemilihan presiden langsung, do- kumen visi-misi memang menjadi ukuran pen- ting. Sebab inilah yang akan dituangkan keda- lam rancangan pembangunan jangka menengah (RPJM) dalam kurun waktu lima tahun kedepan.

Janji reforma agraria sendiri bukanlah hal

baru. Pemerintahan yang sedang berkuasa da- lam dua periode menjanjikan pelaksanaan refor- ma agraria. Meski hasilnya tidak pernah bergerak dari level wacana ke tataran aksi implemen- tasi. Pendeknya, di atas kertas visi-misi mencari presiden pro-petani relatif mudah. Dengan begitu, nampaknya petani harus tetap terus menerus mencari presidennya setelah pemilihan presiden usai.

Petani baca buku

Mencari Presiden

Petani harus mencari presidennya karena suaranya seolah air yang terserap kedalam pasir setelah selesai penghitungan suara. Meski jumlah agregatnya banyak tak juga membuat ar- tikulasi kepentingannya diterima dengan baik oleh para perumus kebijakan paska pilpres. Apalagi, pengalaman membuktikan bahwa kepentingan petani banyak tereduksi oleh peng- ambil kebijakan yang terbiasa memandang persoalan pertanian, pedesaan, dalam kacamata orang kota yang industri (urban bias dan industrial bias).

Pandangan seperti ini telah membuat bahwa persoalan pertanian, pedesaan bahkan pa- ngan adalah persoalan produksi semata sehingga proyek pengadaan benih, pupuk, pestisida, jaringan irigasi dan stimulus harga adalah rancangan pokok dalam meningkatkan produksi. Melupakan fakta bahwa produktifitas lahan pertanian petani kita tertinggi di ASEAN bahkan dunia. Dengan produktivitas lahan sawah tahunan 9.03 ton/ha/tahun, lebih tinggi dibanding China, Jepang, Korea dan Amerika Serikat (Andreas Santosa: 2013), petani telah bekerja ke- ras. Masalahnya bukankah petani gurem akan menghasilkan hasil panen yang gurem?. Belum lagi, atas nama petani, proyek-proyek semacam itu sebenarnya lebih banyak menguntungkan kalangan industriawan dan kontraktor belaka.

Suara Pembaruan Agraria 9

Petani harus tetap mencari presidennya, mencatat 369 kejadian konflik agraria struk- karena tanah pertanian, perkebunan dan ke- tural yang mengakibatkan 21 orang tewas hutanan seharusnya diprioritas kepada mere- dan telah merampas 1.281.660.09 ha, dan ka. Menurut BPN saat ini terdapat 26.366.788 korban 139.874 KK. Dalam menangani kon- bidang tanah yang bersertifikat di Indonesia flik tersebut belum ada usaha pemerintah un- dengan luas 72.954.190 Ha. Di dalamnya ha- tuk membangun kelembagaan penyelesaian nya 10.368 sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) konflik agraria tersebut. milik perusahaan. Namun, luasnya mencapai

Pada akhirnya, kita dan petani harus te-

46 persen (33.5 juta ha) dari tanah bersertifi- tap mencari presiden. Sebab problem upah kat tersebut.

buruh murah di perkotaan, merebaknya sek- Prioritas tanah untuk rakyat adalah sya- tor informal, lemahnya industrialisasi nasio- rat pokok transformasi agraria dari susunan nal, hingga membludaknya pekerja migrant lama yang subsisten, gurem, dan rendah tek- dengan skil rendah dan minim perlindungan nologi kepada koperasi pertanian yang maju. berakar dari keterbelakangan petani, pertani- Anggapan bahwa prioritas tanah kepada pe- an dan pedesaan. Dengan mudah ditemukan tani sulit dilakukan dan jikapun dijalankan benang merah bahwa “tentara cadangan” bu- petani harus menjadi plasma dari raksasa ruh murah bagi industriawan di dalam dan korporasi pertanian/perkebunan harus di- luar negeri tersebut berasal dari mereka yang tinggalkan. Kedepan, petani, pemuda, sarja- terlempar secara tragis dari pedesaan. na dengan didukung oleh kredit pemerintah

Akhirnya, kita butuh khalayak luas yang harus menjadi pemilik koperasi pertanian, memahami bahwa membenahi persoalan pe- perkebunan dan kehutanan yang modern. tani ini adalah memperkuat akar kedaulat- Sebab bercocok tanam dalam wadah modern an bangsa. Kita harus menemukan kandidat bukanlah teknologi luar angkasa yang susah presiden yang mau terus menerus melihat diterapkan kepada rakyat.

dan mendengar, dan meyakini bahwa kelak Petani harus mencari presidennya, se- terus berbuat demikian setelah terpilih kelak. bab konflik dan perampasan tanah terus saja Sebab, jawaban persoalan rakyat ditemukan mengancam kehidupan mereka. Pada tahun bersama-sama rakyat. lalu, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

"Ribuan Petani pada februari lalu mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melaporkan kasus agraria yang ber- kaitan dengan Korupsi, Itikad baik pemerintahan baru untuk menuntaskan konflik agraria dan korupsi agraria dinantikan oleh

kaum tani"

10 Edisi X/Maret-Mei 2014

Di Bawah Reruntuhan Hiroshima Dan Nagasaki, Jepang Melakukan Landreform

Oleh: Rudi Casrudi, Peserta Study di Asian Rural Institute-Japang delegasi KPA

Mekanisasi pertanian salah satu mesin penanam padi yang banyak di gunakan.

H arus dikatakan bahwa Restorasi Meiji tidaklah memberikan perubahan yang sesungguh-

nya terhadap rakyat dan kaum tani, tuan tanah dan kaum feodal masih saja berada di pedesaan, mereka menyewa-nyewakan tanah kepada petani dengan pajak yang tinggi. Sejak di Jatuhkannya bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki akhirnya Jepang ada da- lam pelukan Sekutu. Ada hal yang sangat penting dalam periode ini dimana di bawah kuasa Amerikalah Jepang melakukan Landreform. Tentu saja hal ini bisa dianggap aneh dimana Amerika justru melakukan landreform. Bukankah landreform identik program blok sosialis? Tapi kenyataannya justru di bawah komando Amerikalah landrefrom di Jepang dilaksanakan. Mc. Arthur bahkan mengkalim bahwa program Landrefom paling berhasil di dunia.

Setelah diduduki oleh Amerika, maka Amerika tidak menginginkan wilayah jepang ter- jadi hura hara , apalagi Amerika mendapatkan perlawanan dari rakyat. Maka yang harus di- taklukan terlebih dahulu ialah tuan tanah dan kaum feodal. Karena dua kekuatan ini yang bisa melakukan perlawanan kekuatan Amerika dan sekutunya. Cara yang ampuh adalah de- ngan pelaksanaan landreform. Akhirnya tahun 1947 pelaksanaan landreform dimulai de- ngan cara paksa oleh pemerintah membeli semua tanah milik tuan tanah hampir 70% dari tanah pertanian diambil dan kemudian dijual oleh pemerintah dengan harga murah kepada

Suara Pembaruan Agraria 11 Suara Pembaruan Agraria 11

Dan sekarang jika kita berkunjung ke Jepang kita akan sulit menemukan perke- bunan-perkebunan dalam sekala seperti di Indonesia. Karena tanah-tanah sudah diberi- kan kepada rakyat. Inilah salah satu dampak-

Walaupun dengan teknologi yang sudah nya pelaksana dari landreform.

maju dalam pertanian ternyata problem ma- Lalu bagaimana kehidupan peertanian kanan tidaklah bisa diatasi sendiri oleh nege- sekarang ini. Sejak tahun 1961 pemerintah ranya. Sekarang 60 % dari kebutuhan makan Jepang menetapkan kebijakan dasar pertani- di Jepang adalah import yang didatangkan annya dengan cara memodernisir sektor per- dari berbagai penjuru dunia. tanian. Mekanisasi pertanian dan mengikut-

Usaha-usaha untuk mengkeritisi kee- sertakan unsur kimia. Teraktor tangan dan bijakan revolusi hijau sudah dilakukan se- teraktor besar, mesin untuk menanam padi jak tahun 1971 dan sudah dibentuk Asosiasi semua dikerjakan dengan mesin. Dampaknya Pertanian Organik Jepang yang memproduk- adalah ketergantungan pada masukan kimia si makanan yang lebih sehat dan ramah ling- semakin tinggi, polusi, kerusakan lingkungan kungan. Selain itu untuk pemasaran mereka serta masalah masalah kesehatan.

membuat system yang bernama “Teikei” di- mana hubungan konsumen dengan produ- sen bukan sekedar dagang belaka tetapi ada- lah saling menghormati dan percaya. Itulah sekilas info Landreform dan dampaknya bagi rakyat di Jepang.

Tochigi-Japan, 20 Juni 2014.

“ Siapa yang memiliki tanah

maka tanamilah, dan jika ia tidak dapat menanaminya dan tidak mampu melakukannya, maka hendaknya ia berikan tanah itu kepada saudaranya, dan ia tidak sewakan atau gadaikan kepadanya. [Hadits diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah]

12 Edisi X/Maret-Mei 2014

BERITA AGRARIA Wawancara Eksklusif

Jefri Saragih, Koordinator Sawit Watch

“Transformasi Perkebunan Sawit”

1. Apa sebabnya model perkebunan sawit era Kolonialisme masih diteruskan hingga saat ini?

Pertama, Kita lihat dari era Kolonialisme. Pada masa ini penguasaan lahan sepenuhnya bergantung pada pihak pemerintah koloniali dimana masyarakat wajib membe- rikan lahan kepada penjajah melalui kerajaan atau mem- berikan pajak tanah bagi tuan tanah yang memiliki usaha pertanian. Selain itu masyarakat juga wajib bekerja de- ngan upah kecil atau tanpa upah (kerja paksa) di lahan- lahan yang dikuasai penjajah.

Kedua, pada masa kemerdekaan kondisi ini berubah. Semua lahan yang dikuasai sebelumnya oleh pihak ko- lonial diambil alih oleh negara untuk dikuasai sepenuh- nya oleh masyarakat. Satu hal yang menarik pada masa

itu adalah, adanya “Maklumat Hatta” yang intinya berisi instruksi kepada selauruh rakayat Indonesia untuk mengelola lahan-lahan penginggalan ko- lonialisme. Proses ini sangat menguntungkan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup mereka pasca kehidupan masa kolonial yang sangat susah. Namun untuk perkebunan skala besar, penguasaannya mulai diserahkan kepada tentara oleh pemerintah berkat manuver po- litik Jenderal Nasution.

JEFRI G SARAGIH SW

Ketiga, jaman orde baru samapai sekarang. Kondisi yang terjadi pasca orde lama adalah penguasaan lahan sepenuhnya kembali dikuasai oleh negara melalui pemerintah. Lahan yang sebelumnya dikuasai masyarakat, diambil alih oleh negara untuk dikuasai dan dipergunakan dengan dalih meningkatkan devisa negara. Dengan dalih tadi, pemerintah pun mengundang para investor, baik asing maupun dalam negeri, untuk mengelola lahan-lahan tersbut. Dasar hukum yang diberikan kepada investor tersebut berupa Hak Guna Usaha (HGU).

Kondisi ini pun terjadi sampai sekarang dan kemungkinan akan terus berlangsung jika pemerintah dan DPR serta kekuasaan yudikatif tidak menitikberatkan pola pembangunan berbasis ekonomi kerakyatan, yang berarti rakyatlah yang menjadi aktor utama dan yang ter- penting dalam pengeloaan sumber daya alam berbasis tanah. Bukan pemilik modal besar yang berbadan hukum perusahaan, melainkan koperasi. Bila kondisi sekarang ini diteruskan, bisa dipastikan, tak akan ada lagi lahan yang dimiliki masyarakat yang bisa mencukupi ke- butuhan hidupnya di masa depan. Yang ada justru bangsa ini akan menjadi kuli di tanahnya sendiri dan kuli bagi bangsa-bangsa lain.

Contoh nyata yang terjadi terkait hal ini di perkebunan kelapa sawit ada di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Serdang Bedagai. Masyarakat yang menguasai lahan sejak

Suara Pembaruan Agraria 13 Suara Pembaruan Agraria 13

3. Bagaimana kondisi buruh kebun?

pemerintah juga menuding penduduk desa Buruh yang ada sekarang di Indonesia, Pergulaan yang sebelumnya menguasai bah- khusus di perkebunan sawit, telah mencapai kan telah membayar pajak lahan itu ke peme- angka 6 juta orang. Sekitar 50% dari buruh rintah sebagai pengikut organisasi terlarang tersebut merupakan buruh harian lepas yang Buruh Tani Indonesia (BTI) yang berafiliasi tak memiliki jaminan kesehatan dan hari tua, ke partai terlarang Partai Komunis Indonesia yang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, be- (PKI). Rakyat pun kehilangan sumber hidup berapa pulau kecil di Maluku dan Papua. sekaligus harga diri dan kebanggaan sebagai

Jumlah ini, menurut kami, akan terus bagian dari bangsa ini sampai sekarang.

meningkat seiring semakin masifnya ek- Dari contoh di atas bisa ditarik satu ke- spansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. simpulan, pemerintah memang lebih meng- Buruh perkebunan di sektor perkebunan utamakan peningkatan ekonomi melalui kelapa sawit agak berbeda dengan buruh di pemanfaatan lahan yang pengelolaannya di- sektor industry lainnya. Selain tempat yang berikan kepada perusahaan pemilik modal sebagian besar masih terisolir, buruh juga besar dengan mengesampingkan keberadaan memiliki tugas atau tanggung jawab yang sa- dan kehidupan rakyat di seitar perkebunan ngat besar dengan upah yang tidak sesuai de- sawit tersebut.

ngan frekuensi kerjanya. Buruh di perkebunan kelapa sawit ter-

2. Bagaimana kondisi konflik agraria sek- diri dari Buruh Tetap dan Buruh Harian

Lepas,Buruh kontrak dan Buruh Borongan. Luas perkebunan kelapa sawit yang ada Buruh Tetap adalah buruh permanen yang sekarang di Indonesia sekarang adalah 13,5 mendapatkan hak-hak yang sesuai dengan juta Ha (Sawit Watch,2014). Perluasan per- undang-undang tenaga kerja. Buruh Harian kebunan kelapa sawit ini berbanding lurus Lepas adalah buruh ini yang tidak mendapat- dan berjalan seiring dengan semakin ting- kan hak yang sesuai dengan UU yang berlaku. ginya konflik dan kekerasan yang terjadi an-

tor perkebunan sawit

Pada umumnya, kondisi hidup di tengah- tara masyarakat, pemerintah dan perusaha- tengah perkebunan kelapa sawit cukup mem- an skala besar. Anehnya sikap pemerintah prihatinkan. Untuk kehidupan sehari-hari, sangat terlihat jelas berpihak pada pemodal seperti membeli bahan makanan pokok, bu- besar, entah dari dalam atau luar negeri atau ruh harus mengeluarkan biaya dua kali lipat kolaborasi keduanya. Berdasarkan data yang dari harga normal yang dijual. Sehingga un- tercatat sekarang di Sawit Watch (2014), ter- tuk menghemat pengeluaran mereka seming- dapat 720 konflik, dan semua itu tak akan se- gu sekali keluar dari wilayah perkebunan ke- lesai bila pemerintah tak mengubah paradig- lapa sawit dan membeli kebutuhan pokok. ma dan pendekatan peningkatan ekonomi

Hal lain yang ada di perkebunan kelapa berbasis masyarakat. Pada umumnya konflik sawit adalah persoalan air bersih. Di perke- yang terjadi dikarenakan karena proses pe- bunan kelapa sawit sumber air bersih sangat nguasaan lahan/tanah oleh pihak perusahaan sulit didapat. Jangankan untuk minum dan

14 Edisi X/Maret-Mei 2014 14 Edisi X/Maret-Mei 2014

Terkait dengan produk turunan dari Selain beberapa kondisi di atsa, kondi- CPO sendiri, sampai sekarang, yang bisa si lain yang sangat memprihatinkan adalah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di terkait kondisi anak-anak buruh perkebunan Indonesia adalah mengelola CPO ini menjadi kelapa sawit. Dengan upah yang sangat mi- minyak goreng. Sedangkan produk turunan nim, sekolah-sekolah yang sangat jauh dari lain seperti, coklat, sabun, shampo belum da- wilayah perkebunan, anak-anak mereka da- pat dilakukan di dalam negeri. Khusus untuk pat dipastikan tidak mendapatkan pendi- biodiesel dari CPO, sebenarnya Indonesia dikan yang seharusnya didapat. Bahkan se- mampu membuat di tengah krisis produk- bagian anak yang masih usia sekolah mesti si bahan bakar minyak (BBM) namun harga bekerja membantu orang tuanya jadi buruh keekonomian biodiesel tak sanggup bersaing untuk mendapatan penghasilan lebih dari dengan harga BBM yang disubsidi pemerin- yang seharusnya. Akibatnya program wajib tah. Akibatnya industri ini pun rontok dan belajar 9 tahun sulit untuk diberlakukan bagi Indonesia tetap tak mampu mengurangi im- anak-anak di perkebunan kelapa sawit.

por BBMnya dari luar negeri. Hapan kami pemerintah Indonesia ke

4. Seperti apa mata rantai perdagangan depan bisa membuat satu peraturan yang

mewajibkan perusahaan sawit bergerak di Proses rantai pasok atau supply chain hilir industri sawit seperti mengelola CPO di perkebunan kelapa sawit sepenuhnya di- menjadi barang jadi atau siap pakai seperti kuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. sabun, coklat dan beberapa turunan lainnya. Proses yang terjadi adalah setelah mengelo- Sedangkan sektor hulu biarkan masyarakat la Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak yang mengerjakannya dengan dukungan pe- sawit mentah (crude palm oil/CPO), perusa- latihan dan sarana serta prasarana produksi haan langsung mengirim CPO ke pasar esk- dari pemerintah. Jika hal ini dilakukan, ten- por dan domestik.

CPO dan produk turunan sawit?

tu ketergantungan kita dari impor barang- Berdasarkan data resmi 2013, Indonesia barang turunan CPO tidak lagi terjadi, teru- memproduksi 28 juta ton CPO dimana 6 juta tama untuk bahan bakar diesel. ton diperuntukkan bagi pemenuhan kon- sumsi dalam negeri dan selebihnya dijual ke

5. Bagaimana semestinya arah transforma-

beberapa negara tujuan seperti Eropa, Asia

si perkebunan sawit ke depan?

(India, China) dan Amerika. Namun dalam Ada dua hal yang dapat dilakukan un- proses ekspor ini, CPO tersebut tidak lang- tuk merubah sistem perkebunan kelapa sawit sung di kirim ke negara tujuan tetapi me- yang ada di Indonesia. Pertama adalah pro- lalui negara tetangga seperti Malaysia dan ses ekspansi perkebunan kelapa sawit yang Singapura. Hal ini terjadi karena beberapa terjadi sekarang di Indonesia harus dihenti- perusahaan besar yang berusaha di Indonesia kan. Hal yang perlu dilakukan untuk meng- memiliki perusahaan yang mempunyai hak aduit legalitas perusahaan dan menghitung untuk menjual berada di Singapura dan produkstifitas kebun sawit yang dikelola ser- Malaysia. Salah satu contohnya adalah Sinar ta cadangan lahan (land bank) yang dimiliki Mas, yang mengirim CPO terlebih dahulu perusahaan sawit. Tentu ada sanksi hukum ke Singapura dan di sana GAR (Golden Agri yang diberlakukan bagi perusahaan yang

Suara Pembaruan Agraria 15 Suara Pembaruan Agraria 15

Dengan jumlah kebun sawit yang sudah mencapai 13,5 juta ha, produktifitas per ha Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang hanya memiliki 8 juta ha kebun sawit. Tahun lalu kita hanya memproduksi sekitar 28 juta ton CPO, sedangkan negeri jiran tadi sudah menghasilkan kurang lebih 20 juta ton pertahun. Artinya bila masyarakat yang didik dengan baik yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai menjadi tulang punggu- ung dan aktor terpenting dalam pengelolaan kebun sawit, kami yakin produktifitas Indonesia akan mengalahkan negara manapun di dunia ini.

6. Bagaimana Reforma Agraria di sektor perkebunan kelapa sawit?

Proses reforma agraria di sektor ini tidak akan pernah terjadi bila pemerintah masih menjadikan perusahaan sawit skala besar menjadi aktor utama , bukan rakyat atau petani. Di sektor sawit, secara terang benderang ditunjukkan bahwa agenda reforma agraria tidak menjadi hal penting bagi pemerintah, melainkan peningkatan devisa negara melalui inestasi modal yang masuk ke sektor ini dan pajak ekspor yang menguntungkan pemerintah.

Semoga pemerintah baru Republik Indonesia yang ditandai terpilihnya presiden dan wa- kil presiden untuk 5 tahun ke depan bisa membuat rakyat menjadi aktor utama di sektor sa- wit. Saat itulah reforma agraria akan mulai bergulir. Kita lihat saja.

"Sekitar 700 rumah gubuk SAD telah dihancurkan oleh aparat keamanan dan perusahaan sawit PT Asiatik Persada (PT AP). 3000

jiwa lebih warga SAD sejak saat itu terusir dari tanah leluhurnya dan tidak dapat pulang kembali. Untuk diketahui bahwa PT Asiatik Persada adalah perusahaan sawit asing milik Malaysia yang menclaim lebih kurang 27.150 Hektar lahan."

16 Edisi X/Maret-Mei 2014

DUNIA DALAM KPA Rencana Replikasi Reforma Agraria Terbatas Sanggau:

Perkebunan Sawit dan Tambang Musuh Utama Petani di Sanggau

Desa Menyabo, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat merupakan desa yang dipenuhi konflik agraria, baik di sek- tor perkebunan mapun pertambangan. Desa Menyabo yang terdiri dari dusun Menyabo, Kelingking, Sagu dan Tonggong ini berhadapan dengan dua perusahaan yang lapar akan tanah. Kedua perusahaan itu adalah tambang bauksit PT. Bintangar Jaya Abadi/ PT. BJA dan perkebunan sawit PT. Epita Agro Lestari/ PT. EAL yang dulu

bernama PT. Ratu Badis. Perusahaan tambang PT BJA masuk ke wilayah adat Menyabo pada 2010 tanpa ada sosi- aliasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Sedangkan Perkebunan PT EAL berada di Dusun Sagu masuk sejak tahun 2002 dengan mengantongi ijin hutan produksi dari pemerintah. Awalnya pihak perkebunan mengembangkan sistem kerja sama dengan kelompok tani se- hingga warga percaya untuk menjual tanahnya ke pihak perusahaan. Setelah perusahaan me- nguasai lahan warga maka pihak perusahaan merubah sistem bagi hasil menjadi 50:50 pada 2012. Perusahan ingin menggunakan pola kerja sama inti plasma dan bagi aset, tentu hal ini mendapat reaksi dari masyarakat dan pola inti plasma ini ditolak oleh warga dan pemerin- tah desa.

rencana replikasi

Warga yang mulai merasa ditipu oleh pihak perusahaan mulai mengambil alih tanah- tanah yang dulu diberikan kepada perusahaan. Sedangkan dari pihak perusahaan mengklaim tanah tersebut adalah milik perusahaan karena telah melakukan ganti-rugi. Pada kenyataan- nya perusahaan perkebunan PT EAL hanya mengganti rugi tanaman yang tumbuh di atas la- han, jadi tidak termasuk lahan warga.

Akhirnya sampai berita ini dimuat, konflik agraria yang ada di Desa Manyabu belum se- lesai, baik yang berkonflik dengan pertambangan maupun dengan perkebunan. Di lapangan penduduk masih mengupayakan raklaiming atau menduduki lahan kembali yang telah di- rampas perusahaan. Kemudian melakukan kajian hukum dan membuka dialog dengan in- stansi pemerintahan terkait serta melakukan pemetaan wilayah.

Mengenai konflik yang terjadi di Desa Menyabo, Sanggau Sekjend KPA, Iwan Nurdin, berpendapat bahwa konflik yang terjadi harus bisa dimanfaatkan menjadi satu peluang untuk pelaksanaan reforma agraria. Capaiannya adalah rakyat yang ada di Sanggau harus meng- anggap dirinya sebagai pejuang agraria sehingga terbentuk satu organisasi rakyat yang kuat untuk mendesak terlaksananya reforma agraria. Selanjutnya, tanah yang sudah berhasil dire- but warga harus bisa dikembangkan untuk meningkatkan eknomi rumah tangga petani, jelas Iwan. (AGP)

Suara Pembaruan Agraria 17

Menuai Kemerdekaan Petani pasca Land Reform Kulonbambang

menuai kemerdekaan

R eforma agraria sebagai jalan utama kesejahteraan dan keadilan sosial terbukti nyata di

Kulonbambang, Blitar, Jawa Timur. Kisah perjuangan para buruh eks perkebunan yang menduduki lahan ex-HGU hingga kemenangannya mendapatkan tanah redistribusi sangat menarik untuk selalu diteladani. Perjuangan reforma agraria tak terbatas waktu, ia adalah perjuangan terus-menerus. Kini penataan ekonomi dan regenerasi pengurus organisasi men- jadi suatu tantangan baru yang harus dijawab organisasi petani di Blitar.

Advokasi tanah secara terorganisir dijalankan melalui wadah perjuangan Pawartaku. Setelah 13 tahun, pada Oktober 2011, 280 Ha ex-HGU dinyatakan sebagai objek land reform dan didistribusikan kepada masyarakat melalui BPN. Warga-warga ke-4 kampung: Kampung Tlogosari, Tlogorejo, Bambang dan Kampung Anyar, Dusun Kulonbambang dapat mandiri atas kepemilikan terhadap tanah mereka.

Warga Kulonbambang bercerita “Dulu, kadang-kadang sulit makan setiap hari. Gajinya terlambat, dan tidak mungkin bikin tabungan, apalagi untuk menyekolah anak, merayakan le- baran dll. Pegawas kebun menganggap kami sebagai anjing, bahkan ada yang mendalami inti- midasi dan trauma ketika perjuangan.”

Sedangkan sekarang, tingkat ekonomi dan kehidupan jauh lebih baik. Jadwal kerja tidak ada lagi. Jumlah jam kerja sudah berkurang dua kali lipat (kira-kira 5jam/hari) dan rata-rata penghasilannya sudah naik dua kali lipat. Situasinya pasti lebih sejahtera. Banyak warga yang sudah memiliki motor dan rumah yang layak.

18 Edisi X/Maret-Mei 2014

Selain itu, salah satu keuntungan landreform adalah kesempatan mendapatkan waktu merdeka di luar jam kerja. Agar ada peningkatan ekonomi di atas tanah yg didapat serta memperkuat persatuan, warga membuat pendirian asosiasi lokal (arisan perempuan dan pe- muda). Misalnya, kooperasi pinjam-simpan/Credit Union (CU) Pawartaku terbentuk pada januari 2013 sudah punya lebih dari 150 KK anggota yang diikat oleh dasar saling percaya.

Setelah land reform warga mengaku bukan saja tanah semata-mata yang sudah dikemba- likan kepada rakyat, tetapi juga martabat sebagai rakyat, kepercayaan diri dan tentu saja harga diri sebagai petani yang merdeka.

Dalam perjalanan tiga tahun ini, inisiatif warga Kulonbambang selalu berkembang. Penataan Ekonomi serta Kaderiasi dipandang pentibg dilakukan untuk terus memperbesar langkah perjuangan reforma agraria secara utuh. Untuk menjawab tantangan tersebut, or- ganisasi petani telah membangun pusat pendidikan dan mendurukan Credit Union (CU). Selain itu, kebutuhan akan kaderisasi dalam konteks penguatan organisasi tani dan regenerasi para pejuang agraria, maka mutlak perlunya diadakan pendidikan bagi para aktifis pendam- ping, mahasiswa dan para petani di daerah itu untuk menguatkan organisasi. Semua warga termasuk pengurus organisasi dan pendamping sangat optimis tentang kemakmuran masa depan di Kulonbambang. Semoga cerita ini menjadi teladan bagi perjuangan reforma agraria di seluruh Indonesia. (Camile-GA)

Tajamnya Konflik Agraria di Sektor Kehutanan

K laim Kementerian Kehutanan yang mengatakan bahwa luas kawasan hutan 130 juta hek-

tar telah menghasilkan konflik agraria. Kawasan hutan yang dijadikan Hutan Tanaman Industri (HTI), pertambangan dan perkebunan merupakan sumber konflik agraria di kawa- san hutan. Hal ini dikarenakan proses pinjam pakai kawasan maupun pelepasan kawasan hutan tidak memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang telah tumbuh di sekitar kawasan hutan. Masyarakat yang pada awalnya telah hidup dan bergantung pada hutan secara tiba-tiba kehilangan akses terhadap hutan akibat dari aktivitas pertambangan maupun perkebunan.

Melihat kondisi dan situasi konflik agraria terus terjadi di kawasan hutan maka Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengadakan diskusi yang bertemakan “Konflik Agraria di Kawasan Hutan, Ditinjau Dari Sisi Hukum”. Diskusi Jumatan yang rutin dilaku- kan oleh KPA ini mengundang Myrna Safitri sebagai pembicara. Dalam kesempatan terse- but Myrna mengatakan kelompok yang selalu berkonflik terdiri dari masyarakat yang mem- pertahankan haknya atas hutan, Kehutanan yang merupakan perwakilan dari pemerintah dan pengusaha.

Myrna yang aktif di Nota Kesepahaman Bersama (NKB 12 K/L) menyampaikan bahwa dalam 30 tahun kedepan Kementerian Kehutanan memiliki rencana sebagai berikut, perta- ma adalah dalam rencana makro, 20 tahun ke depan kawasan hutan akan tetap dijaga dengan luas 112 juta ha dan ini diasumsikan sebagai kawasan yang bebas konflik. Kedua kawasan hu- tan konservasi tetap dipertahankan sebesar 26,9 juta ha dan 20% dari luas kawasan hutan 112 juta ha akan dijadikan untuk kawasan lindung dan produksi. Untuk ahli fungsi lahan sebesar

Suara Pembaruan Agraria 19

18,3 juta ha dengan membentuk Kesatuan Di fase kebijakan, pengkajian ulang bukan Pengelolaan Hutan (KPH).

hanya UU yang sudah disahkan, tetapi ter- Untuk mejalankan rencana di atas hadap Rancangan UU juga perlu dilakukan. Kehutanan menggunakan konsep “temu ge- Kemudian melakukan penataan ulang terha- lang”. Menurut Kehutanan konsep ini juga dap ijin-ijin yang sudah dikeluarkan, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengukuran mengingat ijin-ijin tersebut telah menjadi tapal batas sehingga konflik-konflik yang ada sumber konflik agraria di kawasan hutan. di kawasan hutan bisa dengan cepat diselesai-

Untuk menangani konflik ada dua opsi kan. Pada tingkat lapangan pengukuran ta- yang bisa ditempuh, yaitu membentuk lem- pal batas kawasan hutan yang dilakukan oleh baga penanganan konflik atau memperku- Kehutanan sering kali mendapat protes dari at fungsi lembaga Komnas HAM jika mem- masyarakat yang tinggal d kawasan hutan. bentuk lembaga penanganan konflik sulit Hal ini terjadi karena pematokan yang dila- dinegosiasikan. Memperkuat kewenangan kukan oleh Kehutanan berdasarkan pengu- Komnas HAM tidak sesulit membentuk satu kuran, tidak melibatkan masyarakat yang su- lembaga karena hanya merubah UU yang dah tumbuh di sekitar kawasan hutan. Pada mengatur Komnas HAM. tahap ini, jika sudah ada yang komplein dari

Fase pemulihan pasca konflik merupa- masyarakat maka harus dilakukan pengukur- kan bagian yang sangat penting. Masyarakat an ulang sehingga konflik tidak terjadi.

yang berkonflik secara psikis pasti terguncang Di penghujung diskusi, Myrna menutup karena mendapat intimiadasi atau kekerasan, dengan menyampaikan solusi untuk menye- jadi perlu waktu dan penanganan khusus, lesaikan konflik di kawasan hutan dengan terutama kaum perempuan dan anak-anak. menciptakan satu sistem yang baik ketim- Selain pemulihan psikis pasca konflik, perlu bang membentuk satu lembaga baru. sistem kiranya diperhatikan pemulihan lingkungan yang baik ini memiliki empat tahapan, yaitu pasca pengeloalaan lahan oleh perusahaan. tahap pencegahan, tahap perbaikan kebijak- Misalnya, sejauh ini belum ada perusahaan an, tahap konflik dan tahap pemulihan pasca tambang yang bertanggung jawab atas keru- konflik. Sistem yang berlangsung harus bisa sakan lingkungan yang disebabkan pasca ak- mencegah perluasan konflik yang terjadi di tivitas pertambangan. (AGP) sektor persisir, adat dan lingkungan dengan memperhatikan masukan dari masyarakat.

20 Edisi X/Maret-Mei 2014

Masalah Agraria: Tantangan Kebijakan Agraria Nasional Masa Kini dan Masa Depan

masalah agraria

M asalah Agraria kekinian semakin rumit dan sema-

kin menguatkan desakan akan pelaksanaan reforma agraria sejati di Indonesia. Kompleksitas masalah agraria Seminar “Masalah

ditunjukan dengan semakin banyaknya jumlah kejadian Agraria Kontemporer:

konflik agraria di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Tantangan dan Kebijakan

Oleh karena itu diskursus mendalam dan menyeluruh ten- Agraria di Indonesia” ker-

tang masalah agraria serta solusinya harus diintensifkan di jasama Pusat Penelitian

berbagai ajang dan lembaga.

Kemasyarakatan dan Salah satu pihak yang melakukan penelitian menge- Kebudayaan -LIPI de-

nai isu agraria adalah Tim Penelitian Strategi Pembaruan ngan Konsorsium

Agraria untuk Keadilan dan Mengurangi Kemiskinan: Pembaruan Agraria

Analisis Hukum dan Kelembagaan yang dinisiasi oleh Lilis Mulyani dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan sebagai koordinator penelitian.

Selama 2011-2013, tim peneliti menemukan bah- wa masyarakat Indonesia masih memandang penting arti

Suara Pembaruan Agraria 21 Suara Pembaruan Agraria 21

Agenda seminar ini turut dimeriahkan Masalah Agraria Kontemporer: Tantangan oleh para pakar dan aktifis yang selama ini dan Kebijakan Agraria di Indonesia hasil fokus pada perjuangan agraria di Indonesia. kerja sama PMB-LIPI dengan Konsorsium Laksmi A. Savitri dari Departemen Pembaruan Agraria di LIPI pada Selasa, 8 Antropologi UGM sebagai salah satu nara- April 2014.

sumber yang memaparkan topik transforma-

Keynote speaker dalam seminar ini diisi si agraria dan perampasan tanah di Indonesia oleh DR (HC) Gunawan Wiradi yang menyo- yang diambil dari studi kasus di Merauke, roti kerumitan (involusi) di segala bidang ma- Papua. Laksmi menyoroti konsentrasi dan syarakat Indonesia. “Menurut teori, involu- rekonsentrasi pemilikan dan penguasaan ta- si ada ambang batasnya, jika dilampaui yang nah yang ditunjukan dengan koefisien gini akan terjadi adalah ledakan,” papar Gunawan yang mencapai 0,41, penurunan jumlah peta- Wiradi. Pertanyaan yang penting dijawab ni gurem, konsesi kehutanan yang mencapai adalah Bagaimana ‘wajah’ masyarakat pede- 35,7 juta Ha dan perkebunan yang mencapai saan penghasil pangan, di wilayah-wilayah

11 juta Ha dan pertambangan 28,27 juta Ha. yang berbeda-beda lingkungan alamiahnya “Hal itu mengakibatkan perampasan tanah di masa kini?”, tanya Gunawan Wiradi.

skala luas yang melibatkan modal besar untuk Tak luput dari analisanya, Gunawan juga perluasan perputaran modal. Persoalannya mencermati momentum penentuan 2014 ini, ekspansi modal selalu menemukan ruang yaitu pergantian kepemimpinan nasional. baru, tapi tidak selalu menyerap buruh bah- “Momentum ini mengandung peluang dan kan terjadi krisis peluang kerja di pedesaan mengundang harapan. Pertanyaannya, sia- dan perkotaan,” ungkap Laksmi. Pelaksanaan papun yang akan muncul sebagai pimpinan Merauke Integrated Food and Energy Estate nasional, apa dia mampu dan sanggup me- (MIFEE) adalah contoh bagaimana mengu- lakukan langkah terobosan yang mendasar, bah krisis menjadi peluang, namun berakhir khususnya dalam kebijakan mengatasi pe- krisis. Laksmi mengkonfirmasi temua terja- ngelolaan sumber-sumber agraria?”

dinya de-agrarianisasi atau de-peasantisation

Gunawan Wiradi merekomendasikan dimana indikatornya adalah Jumlah Rumah beberapa tugas penting pemimpin yang baru, Tangga Petani (RTP) menurun dan terbesar pertama, mendorong perlunya pemahaman di Jawa, berkurangnya pekerjaan pertanian yang benar mengenai konsep reforma agra- dan akses terhadap tanah di Jawa, penam- ria yang sejati (genuine). Kedua, mendorong bahan jumlah konsesi di luar Jawa dan terjadi adanya kemauan politik, komitmen yang ko- transmigrasi demi penyediaan cadangan bu- kok dan konsisten melaksanakan reforma ag- ruh untuk pertanian industrial serta investasi raria. Ketiga, menyusun kembali kelemba- rumah tangga pedesaan pada pendidikan, se- gaan yang sesuai bagi pelaksanaan reforma jenis SMK/Pendidikan vokasi demi penyedi- agraria. Keempat, memberikan kesadaran aan cadangan buruh untuk industri. bahwa masalah agraria tidak akan selesai me-

Surya Afiff dari Pusat Kajian Antropologi lalui pendekatan ‘tambal sulam’, melainkan FISIP UI menyoroti topik Transisi Agraria harus dimulai dengan program menyeluruh kaitannya dengan Kerangka Riset untuk

22 Edisi X/Maret-Mei 2014

Memahami Kemiskinan. Surya menyatakan Dalam kesempatan yang sama DR. “ketimpangan penguasaan tanah dimana se- Bambang Widjojanto (Wakil Ketua KPK) dikit orang saja yang menguasai tanah luas,” mengatakan bahwa KPK memiliki rencana papar Surya. Surya juga menyoroti masalah strategi 2011-2015 yaitu fokus pelaksanaan sulitnya orang miskin keluar dari jebakan tugas antara lain perbaikan sektor strategis kemiskinan karena ketimpangan penguasa- terkait kepentingan nasional yang meliputi: an tanah. Disamping itu ada fakta lain yang ketahanan energi dan lingkungan (energi, juga bekerja, “pengabaian pertanian akan migas, pertambangan dan kehutanan); ke- berdampak pada krisis pangan dan perluasan tahanan pangan, pendidikan dan kesehatan; kemiskinan.” Pemerintah membiarkan orang penerimaan negara (pajak, bea cukai serta miskin mencari jalan sendiri untuk keluar PNBP dan bidang infrastruktur). dari kemikinannya. “kemana mereka pergi?

Dalam kegiatannya dalam layanan per- Menjadi TKI, sektor informal di perkotaan, tanahan misalnya, KPK telah melakukan terjebak perdagangan manusia,” tegas Surya. Koordinasi, Supervisi dan Pengkajian terka- Menurut Surya Afiff kerangka transisi agraria it Kajian Sistem Pengelolaan Administrasi dalam konteks memahami kemiskinan itulah Pertanahan (KPK, 2005); Koordinasi dan yang harus menjadi prioritas LIPI ke depan. Supervisi Layanan Pertanahan (KPK, 2006-

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

PESAN SOSIAL DALAM FILM (Sebuah Analisis Isi pada Film Me vs High Heels Karya Pingkan Utari)

0 45 2

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan

16 134 101

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

1 54 171

LATIHAN SOAL UAS KELAS X SMK SEMESTER GE

7 162 6

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89