hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus serupa yang telah diputuskan.
34
Roscoe Pound dikatakan bahwa adanya kepastian hukum memungkinkan adanya predictability. Apa yang dikemukakan oleh Poun ini oleh Van
Apeldoorn dianggap sejalan dengan apa yang ditengarahkan oleh Oliver Wendell Holmes dengan pandangan realismenya. Holmes, mengatakan The
prophecies of what the courts will do in fact and nothing more pretentious are what I mean by law. Oleh Van Apeldoorn dikatakan bahwa pandangan tersebut
kurang tepat karena pada kenyataannya hakim juga dapat memberi putusan lain dari apa yang diduga oleh pencari hukum.
35
Dalam menjaga kepastian hukum, peran pemerintah dan pengadilan sangat penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak
diatur oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. Apabila hal itu terjadi, pengadilan harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal
demi hukum, artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi,
apabila pemerintah tetap tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal itu, hal ini akan berubah menjadi masalah politik antara pemerintah dan
pembentuk undang-undang. Yang lebih parah lagi apabila lembaga perwakilan rakyat sebagai pembentuk undang-undang tidak mempersoalkan keengganan
pemerintah mencabut aturan yang dinyatakan batal oleh pengadilan tersebut. Sudah barang tentu hal semacam itu tidak memberikan kepastian hukum dan
akibatnya hukum tidak mempunyai daya prediktibilitas.
36
2. Konsepsional
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit disebut
dengan operasional defenition.
37
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu
34
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal 158
35
ibid
36
Ibid, hal 159
37
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institute Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal 10
Universitas Sumatera Utara
istilah yang dipakai. Karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan ditentukan, yaitu: Rumah Susun
38
adalah Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satu satuan yang masing-masing terdapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
tempat hunian, dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Strata title
39
adalah hak lapisan, maksud hak lapisan, hak seseorang atau suatu pihak untuk dapat memiliki suatu ruang bangunan yang berada diatas tanah atau
bangunan orang lain. Konsep strata title
40
adalah merujuk pada pemisahan akan hak seseorang terhadap beberapa strata atau tingkatan yakni terhadap hak atas permukaan tanah atas
bumi dibawah tanah dan udara diatasnya. Apartement
41
adalah 1.tempat tinggal terdiri atas kamar duduk, kamar mandi, dapur, dsb yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat; rumah
pangsa; 2. bangunan bertingkat, terbagi dalam beberapa tempat tinggal.
38
Himpunan Peraturan Peraturan Perundang-undangan Rumah Susun, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun, CV Karya Gemilang, Indonesia legal Center
Publising, 2009, hal 2
39
Ridwan Halim, Hukum Pemukiman, Perumahan dan Rumah Susun Suatu Himpunan Tanya Jawab, Doa dan Karma, Jakarta, 2006 hal 154
40
Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk PemilikPenghuni Rumah Susun Kondominium, Apartemen dan Rusunami, Minerva Athena Pressindo, Jakarta 2009, hal 14
41
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 35
Universitas Sumatera Utara
Flat
42
adalah tempat tinggal yang dibagi atas ruang duduk, kamar tidur, kamar mandi dan dapur ruangannya berderet-deret.
Condominium
43
adalah milik bersama, daerah yang dikuasai bersama-sama, gedung bertingkat yang berpetak-petak untuk disewakan.
Bagian bersama
44
adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satu-satuan rumah susun.
Benda bersama
45
adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun, tetapi yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.
Tanah bersama
46
adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya
dalam persyaratan izin bangunan. Kepemilikan bersama
47
adalah pemiliki yang dimiliki secara bersama-sama secara proporsional dengan para pemilik lainnya pada rumah susun tersebut.
Kepemilikan perseorangan
48
adalah hak kepemilikan seseorang yang telah memberi satuan unit rumah susun.
Unit
49
adalah ruangan dalam bentuk geometrik tiga dimensi yang dibatasi oleh dinding dan digunakan secara terpisah atau tidak secara bersama-sama hanya dinding
yang menopang struktur bangunan saja yang merupakan bagian bersama.
42
Susilo Riwayadi dan Suci Nur Aisyah, Op Cit hal 229
43
Ridwan Halim, Hukum Kondominium Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal 15
44
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Op Cit hal 2
45
Ibid, hal 2
46
Ibid, hal 2
47
Erwin Kallo, Op Cit, hal 57
48
Ibid, hal 59
Universitas Sumatera Utara
Pemilik
50
adalah perseorangan atau badan hukum yang memiliki satuan rumah susun yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah.
Penghuni
51
adalah perseorangan yang bertempat tinggal dalam satuan rumah susun.
Perhimpunan penghuni
52
adalah perhimpunan yang anggotanya terdiri dari para penghuni.
Hak milik
53
adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai atas tanah dengan mengingat fungsi sosial, yang dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain. Hak Guna Bangunan HGB
54
adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dalam jangka waktu
paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan waktu 20 tahun lagi, kemudian dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, dapat dijadikan jaminan hutang
dengan dibebani hak tanggungan. Hak Pakai
55
adalah hak untuk menggunakan danatau memunggut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian penggolongan tanah
49
Ibid, hal 59
50
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Op Cit, hal 3
51
Ibid
52
Ibid
53
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta 2002, hal 5
54
Ibid, hal 31
55
Ibid, hal 43
Universitas Sumatera Utara
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentua-ketentuan, undang- undang.
Sertifikat hak atas tanahhak tanggungan
56
adalah Surat tanda bukti hak atas tanahhak tanggungan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam rangka
pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1961. Pertelaan
57
adalah Penjelasan atau rincian mengenai batas-batas yang jelas dari setiap unit satuan rumah susun, yang merupakan bagian tertentu dari gedung,
termasuk bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama serta uraian nilai perbandingan proporsional NPP yang dibuat dan disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan rumah susun. Pertelaan ini sebenarnya akan menjadi dasar perhitungan nilai perbandingan proporsional NPP yang pada akhirnya juga menjadi pelengkap bagi
diterbitkannya sertifikat hak milik satuan rumah susun. Asas pemisahan horizontal horizontale scheiling
58
adalah asas yang membagi, membatasi dan memisahkan kepemilikan atas sebidang tanah berikut segala sesuatu
yang berkenaan dengan tanah tersebut secara horizontal. Asas perlekatan
59
adalah bangunan menjadi bagian dari tanahnya, oleh karena itu, bangunan itu tunduk kepada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku terhadap
tanahnya hukum tanah jadi, hak kepemilikan atas tanah hak Barat itu meliputi juga kepemilikan dari bangunan yang ada di atasnya.
56
Effendi Perangin, Praktek Pengurusan sertifikat Hak Atas Tanah, Rajawali Press, Jakarta, 1992, hal 1
57
Imam Koeswahyono, Op Cit, hal 16
58
Oloan Sitorus dan Balans Sebayang, Kondominium dan Permasalahannya, Mitra kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 1998, hal 9
59
Ibid hal 8
Universitas Sumatera Utara
Asas Vertikal acessie
60
adalah perlekatan tegak lurus yang melekatkan semua benda yang ada di atas maupun di dalam tanah dengan tanah sebagai benda
pokoknya.
G. Metode Penelitian