Tohill dkk 31P
- Anterior hingga CP
1,0 x 0,8 x 0,7 cm
- t.a.a.
Markazaki dkk 25P
5 bulan Posterior hingga CP
0,8 x 0,4 x 0,3 cm
bertangkai benjolan
van der Wal van der Waal
31P -
Daerah FC diameter 1 cm
- benjolan
Cannon Niparko
51P 20 tahun
Posterior lidah -
- benjolan
Bernard dkk 27P
12 tahun Daerah FC
2,0 cm bertangkai
benjolan Maqbool dkk
8P 6 bulan
Vallecula kanan 5,0 x 4,0 cm
bertangkai kesulitan
bernafas, disfagia
Lutcavage Fulbright
11P 1 tahun
Posterior hingga FC diameter 1,0 cm
- benjolan
Ishikawa dkk 53P
3 hari Daerah FC
diameter 0,8 cm bertangkai
sensasi di bagian
tubuh lain 5P
1 bulan Anterior hingga CP
3 mm bertangkai dan
berlobus benjolan
Lee dkk 35L
3 tahun Batas lateral
- tidak bertangkai
benjolan Vered dkk
44L berbulan-
bulan Batas kiri
0,7 x 0,7 x 0,6 cm
tidak bertangkai tersedak,
nausea, disfagia
27L berbulan-
bulan Posterior hingga CP
1,0 x 0,5 cm bertangkai
sakit, tersedak
Supiyahun dkk 28P
4 tahun Daerah FC
1,0 x 0,8 x 0,6 cm
bertangkai iritasi
tenggorokan 25P
1 tahun Daerah FC
0,7 x 0,5 x 0,4 cm
bertangkai benjolan
9P -
Daerah FC 0,7 x 0,6 x 0,5
cm bertangkai
t.a.a. 35P
- Daerah FC
0,7 x 0,6 x 0,5 cm
bertangkai t.a.a.
27P -
Daerah FC 1,2 x 0,9 x 0,6
cm bertangkai
t.a.a. 21P
5 tahun Daerah FC
1,5 x 1,3 x 0,8 cm
bertangkai benjolan
22L -
Daerah FC 0,9 x 0,8 x 0,6
cm bertangkai
t.a.a. 19P
11 tahun Daerah FC
1,1 x 0,7 x 0,7 cm
bertangkai t.a.a.
Horn dkk 11P
1 tahun Posterior lidah
- -
benjolan Andresakins dkk
72L bertahun-
tahun Anterior hingga CP
1,5 x 1,0 cm bertangkai
sakit, disfagia
FC : Foramen Caecum CP: Papilla sirkumvalata
2.2 Etiologi dan Patogenesis
Patogenesis dari choristoma ini masih belum jelas. Berbagai macam teori telah diusulkan untuk menjelaskan etiologinya. Teori yang diusulkan terbagi atas 2 kategori
utama yakni teori malformasi perkembangan dan teori reaksi atau post-trauma.
3,4
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan peneliti percaya bahwa lingual osseous choristoma berkembang dari masa perkembangan. Lengkung brankial yang berjumlah 4 buah yang muncul pada awal
kehidupan fetal memegang peran kunci dari perkembangan lidah dan struktur jaringan lainnya. Monserrat merupakan peneliti pertama yang mengusulkan teori malformasi
perkembangan yang menjelaskan asal mula lesi hingga tahap osifikasi pada sisa-sisa lengkung brankial. Dasar teorinya adalah lokasi anatomis lesi dengan daerah foramen
caecum. Selama perkembangan embrioloigi pada lidah, penyatuan antara dua pertiga anterior dan sepertiga posterior yang berlangsung pada region foramen caecum dan sulkus
terminalis. Dua pertiga bagian lidah berasal dari lengkung brankial pertama dan sepertiga posterior lidah berasal dari lengkung brankial ketiga. Daerah ini juga merupakan tempat
dimana lengkung brankial kedua muncul. Penemuan adanya struktur-struktur tulang yang terbentuk dari setiap lengkung brankial dapat membantu pembentukan formasi pada lidah,
contohnya incus dan malleus terbentuk dari lengkung pertama; stapes, prosessus styloideus dan sedikit ujung dari tulang hyoid berasal dari lengkung kedua; dan sisa tulang hyoid
lainnya berasal dari lengkung ketiga. Oleh karena itu, kemungkinan terbungkusnya sel-sel potensial yang berasal dari embrio lengkung-lengkung brankial tersebut dan selanjutnya
berkembang menjadi lesi osseus pada lidah. Teori ini kemungkinan merupakan jalan terbentuknya lesi osseous ini. Teori ini juga didukung oleh Begel dkk, Engel dan Cherick.
4
Cataldo dkk dan Jahnke Daly mengusulkan teori perkembangan yang berhubungan dengan sisa-sisa jaringan tiroid. Foramen caecum merupakan tempat dimana
kelenjar tiroid yang sedang terbentuk berkembang pada kehidupan embriologis dan dari daerah inilah perkembangan jaringan glandula berlanjut ke daerah leher hingga menempati
Universitas Sumatera Utara
posisinya. Mereka memperkirakan bahwa sisa-sisa jaringan tiroid intraglossal yakni jaringan yang berupa endodermal primordial maupun sel-sel parenkim yang terdiferensiasi
dapat membentuk lesi osseous yang dapat berproliferasi lebih lanjut terutama masa remaja dan masa pubertas. Selanjutnya jaringan tiroid intralaringeal, tiroid lingual dan osseous
lingual choristoma secara emberiologis berkembang sendiri. Ketiga kondisi tersebut kebanyakan muncul pada wanita berumur 20 hingga 30 tahun. Ossifikasi metaplastik pada
jaringan tiroid bukanlah hal yang biasa ditemukan pada koloid gondok dan kista tiroid.
4
Teori lainnya menyatakan terbentuknya formasi epignathous semacam teratoma yang muncul pada rongga mulut dan faring dan degenerasi dari fibroma yang mengalami
ossifikasi. Belakangan ini dikemukakan bahwa lesi osseous pada lidah terjadi osifikasi karena reaksi dari post-trauma. Jenis lesi ini telah dilaporkan pada otot-otot tubuh lainnya
yang disebut “myositis ossificans”. Kemungkinan sel-sel yang berpotensi atau sel-sel mesenkim ektopik muncul pada daerah ini dan saat dirangsang oleh adanya trauma, maka
akan terbentuk tulang kompak atau tulang rawan. Kemungkinan juga lesi-lesi terjadi pada mukosa bukal dan daerah anterior lidah disebabkan karena post-trauma, namun osifikasi
pada daerah posterior lidah disebabkan abnormalitas perkembangan. Walaupun pada kasus dimana peneliti menemukan adanya reaksi inflamasi, sisa-sisa tulang rawan dan iregularitas
susunan tulang semasa perkembangan, namun perubahan-perubahan tersebut tidak pernah dijumpai pada daerah lingual osseus choristoma.
3,4.
Formasi tulang yang ektopik tidak dapat dijadikan sebagai alasan penyebab terjadinya ektopik tulang yang ditemukan pada daerah tubuh lainnya. Ektopik tulang tidak
mungkin terjadi pada lokasi unik seperti lidah.
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Massa tumor pada bagian posterior dorsum lidah
ditutupi oleh mukosa yang sehat.
4
2.3 Diagnosa Banding