kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya.
Masalah lain yang sering muncul dan sangat merugikan konsumen adalah adanya booking fee uang tanda jadi yang dipersyaratkan kepada konsumen
terlebih dahulu sebelum mengadakan perjanjian pengikatan jual beli rumah. Konsumen tidak diberi kesempatan untuk mencari informasi secara jelas terlebih
dahulu, tetapi hanya diarahkan untuk memesan tanpa ada kesempatan untuk berpikir. Kondisi ini terjadi biasanya pada saat ada acara pameran atau promosi
yang digelar oleh developer. Pada saat promosi atau pameran tersebut biasanya developer menjanjikan potongan harga khusus selama pameran bagi konsumen
yang langsung memesan dan memberikan booking fee uang tanda jadi tersebut. Dengan alasan unit rumah terbatas, konsumen tanpa mampu berpikir panjang
tertarik untuk memesan sebelum mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai lokasi perumahan, fasilitas perumahan dan sebagainya. Akibatnya
banyak konsumen yang merasa kecewa setelah tahu dan melihat sendiri di lapangan. Konsumen dengan keterpaksaannya tetap harus membayar sisa uang
muka karena telah terlanjur membayar uang tanda jadi yang jumlahnya cukup besar.
49
C. Prosedur hukum penyelesaian sengketa konsumen
Penyelesaian sengketa konsumen telah diatur dalam peraturan perlindungan konsumen dimana salah satu dari pasal peraturan UU perlindungan
konsumen yaitu Pasal 45 ayat 2 menyebutkan bahwa,” Penyelesaian sengketa
49
Budiharjo, Sejumlah Masalah Perumahan Kota, Bandung : Alumni, 1992, hal 27.
Universitas Sumatera Utara
konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”.
Dalam Pasal 45 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tentang Perlindungan Konsumen yang berisi:
1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melaui pengadilan atau
diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. 3.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam
undang-undang. 4.
Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
Dari peraturan perlindungan konsumen yang diterangkan diatas maka terdapat dua alternatif yang dapat dipilih oleh konsumen dalam menyelesaikan
sengketanya, yaitu: 1.
Melalui pengadilan 2.
Di luar pengadilan Didalam UUPK Pasal 45 ayat 2 berisi bahwa penyelesaian sengketa
konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa konsumen sebagimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian
damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
Yang dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa pelaku usaha dan konsumen
tanpa melalui pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini.
Sesuai dengan Pasal 45 ayat 2 yang telah disebutkan diatas, maka dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan lebih khusus diatur dalam Pasal 48
UUPK. Penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan mengacu kepada ketentuan peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam
Pasal 45 UUPK.
Melalui pengadilan
Penunjukan Pasal 45 dalam hal ini, lebih banyak tertuju pada ketentuan tersebut dalam ayat 4 yang berbunyi,”apabila telah dipilih upaya penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak
atau oleh para pihak yang bersengketa”. Artinya penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan hanya dimungkinkan apabila:
1. Para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan
Universitas Sumatera Utara
2. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Satu hal yang harus diingat, bahwa cara penyelesaian sengketa melalui
pengadilan menggunakan hukum acara yang umum berlaku selama ini, yaitu HIRRBg. Penyelesaian sengketa yang timbul dalam dunia bisnis, merupakan
masalah tersendiri, karena apabila para pelaku usaha dengan proses peradilan yang berlangsung lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan
dalam dunia bisnis, penyelesaian sengketa yang dikehendaki adalah yang dapat berlangsung cepat dan murah. Disamping itu, penyelesaian sengketa dalam dunia
bisnis diharapkan sedapat mungkin tidak merusak hubungan bisnis selanjutnya dengan siapa dia pernah terlibat suatu sengketa. Hal ini tentu sulit ditemukan
apabila pihak yang bersangkutan membawa sengketanya ke pengadilan, karena proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan, akan berakhir dengan kekalahan
salah satu pihak dan kemenangan dipihak lainnya.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan
tertentu untuk menjamin tidak akan terjadinya kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan lebih diminati oleh para
konsumen dan pelaku usaha dikarenakan selain cepat,juga berbiaya ringan.
Diluar pengadilan.
Mengenai penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan telah diberlakukan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Penyelesaian
Sengketa Alternatif. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
Universitas Sumatera Utara
luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa arbitrase ini
dapat dilakukan oleh para pihak yang bersengketa, jika para pihak tersebut telah mencantumkan klausula arbitrase dalam perjanjian yang menjadi pokok sengketa
atau mengadakan perjanjian arbitrase setelah timbulnya sengketa diantara mereka. Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini karena putusannya
langsung final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Putusan ini memiliki kekuatan eksekutorial, sehingga apabila pihak yang
dikalahkan tidak memenuhi putusan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat meminta eksekusi ke pengadilan.
Dalam hal timbulnya sengketa, dimana para pihak telah menyetujui agar penyelesaian sengketa melalui arbitrase, maka para pihak pertama sekali harus
memilih Arbiter. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase. Semua pemeriksaan yang dilakukan
oleh arbiter dilakukan secara tertutup. Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat masing-masing.
Dari hasil proses pemeriksaan yang dilakukan oleh arbiter ini lah, maka arbiter akan mengeluarkan suatu putusan dimana putusan tersebut bersifat final dan tidak
dapat dilakukan perlawanan hukum. Adapun ketentuan yang mengatur tentang permasalahan yang dapat di
selesaikan melalui arbitrase menurut Pasal 5 UU No.30 Tahun 1999, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa. 2.
Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat di diadakan
perdamaian. Selain mengatur tentang penyelesaian sengketa melalui arbitrase, didalam
Undang-undang No.30 Tahun 1999 ini juga mengatur tentang penyelesaian sengketa alternatif . Alternatif Penyelesaian Sengketa menurut UU ini adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Adapun alternatif yang biasa dipakai sebelum memakai penyelesaian sengketa arbitrase adalah:
1. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang berposisi netral. Pihak ketiga ini hanya membantu saja, tidak
berwenang memberikan keputusan. Mediasi merupakan langkah awal dalam melakukan penyelesaian sengketa konsumen karena melalui
mediasi lebih fleksibel dan tidak mengikat serta melibatkan pihak netral, yaitu mediator, yang memudahkan negosiasi antara para pihak. Peran
mediator sangat terbatas karena pada hakikatnya hanya menolong para pihak untuk mencari jalan keluar dari persengketaan yang mereka hadapi,
Universitas Sumatera Utara
sehingga hasil penyelesaian dalam bentuk kompromi terletak sepenuhnya pada kesepakatan para pihak, dan kekuatannya tidak secara mutlak
mengakhiri sengketa secara final dan tidak pula mengikat secara mutlak tapi tergantung dari itikad baik untuk memenuhi secara sukarela.
2. Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan sendiri oleh pihak-pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh pihak ketiga yang
bertindak sebagai konsiliator. Soal bentuk dan ganti ruginya menjadi kewenangan kedua belah pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha.
Penyelesaian sengketa ini memiliki banyak kesamaan dengan arbitrase, dan juga menyerahkan kepada pihak ketiga untuk memberikan
pendapatnya tentang sengketa yang disampaikan oleh para pihak. Walaupun demikian, pendapat dari konsiliator tersebut tidak mengikat
sebagaimana mengikatnya putusan arbitrase. Dalam penyelesaian sengketa konsumen biasanya lebih didahulukan
dengan menggunakan alternatif mediasi dan konsiliasi dalam menyelesaikan sengketa yang timbul. Sebab dengan menggunakan kedua alternatif tersebut lebih
bersifat kekeluargaan, berbiaya murah dan cepat. Dibandingkan dengan penyelesaian sengketa arbitrase selain prosesnya lama juga berbiaya mahal.
Namun hak ini semua kembali lagi kepada para pihak yang bersengketa, apabila proses mediasi dan konsiliasi telah dicoba dan tidak berhasil maka jalan satu-
satunya adalah menggunakan penyelesaian sengketa arbitrase.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen yang timbul, didalam UUPK juga telah diatur mengenai penyelesaian sengketa. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 45 ayat 2 UUPK. Dan menurut Pasal 45 ayat 4 UUPK, apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan gugatan melalui
pangadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan menurut UUPK dapat diselesaikan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen selanjutnya
disebut BPSK hal tersebut telah diatur dalam Pasal 49 UUPK. Dalam hal menyelesaikan sengketa konsumen, BPSK mempunyai tugas dan wewenang
sesuai dengan Pasal 52 UUPK, yaitu sebagai berikut: 1.
Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen , dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau kosiliasi;
2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan
dalam undang-undang ini; 5.
Menerima pengaduan baik tertulis maupun tudak tertulis dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
Universitas Sumatera Utara
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, danatau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini; 9.
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada hutuf g dan h, yang
tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK; 10.
Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat,dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan;
11. Memutuskan dan menetapkan atau tidak adanya kerugian pihak
konsumen; 12.
Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan konsumen dalam penyelesaian
sengketa di luar pengadilan melalui bantuan BPSK adalah pertama sekali konsumen mengadukannya kepada lembaga yang berwenang. Konsumen bisa
meminta bantuan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM terlebih dahulu untuk meminta bantuan hukum atau bisa langsung
menyelesaikan masalahnya BPSK. Konsumen bisa mangadukan haknya ke subdit pelayanan pangaduan di Direktorat Perlindungan Konsumen, baik dalam bentuk
pengaduan tertulis maupun pengaduan secara lisan. Bedanya, untuk pengaduan secara lisan akan diisikan apa yang diadukan ke dalam formulir pendaftaran oleh
Universitas Sumatera Utara
petugas yang bersangkutan. Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan dalam mengisi formulir pendaftaran pengaduan sebagai berikut:
1. Harus jelas identitas konsumen yang mengadukan;
2. Bisa diajukan dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia;
3. Yang diadukan memang benar-benar termasuk dalam kategori
pelindungan konsumen. Segala bentuk pengaduan yang disampaikan kemudian diproses kedalam
registrasi. Proses registrasi adalahproses pemasukan data ke dalam sistem filling oleh petugas yang bersangkutan. Tujuannya agar jalur komunikasi mudah diakses
oleh siapapun. Yang akan dilakukan dalam proses registrasi ini adalah: 1.
Mengelompokkan komoditas barang dan jasa yang diadukan; 2.
Dilakukan pembagian kasus oleh petugas yang bersangkutan; 3.
Diberikan nomor; 4.
Didata dalam filling; 5.
Dilakukan pengolahan jawaban kasus; 6.
Dikirimkan jawaban secara tertulis. Setelah dilakukan registrasi, dilakukan kajian terhadap masalah yang
diadukan oleh konsumen. Penentuan masalah atau perkara merupakan”kata kunci” untuk menyelesaikan masalah selanjutnya. Dasar untuk menentukan bahwa hal
tersebut merupakan masalah perlindungan konsumen sebagai berikut: 1.
Ada kerugian yang dirasakan oleh konsumen; 2.
Konsumen tersebut adalah konsumen akhir; 3.
Ada pelaku usaha;
Universitas Sumatera Utara
4. Produk terdiri atas barangjasa.
Suatu perkara yang bukan merupakan masalah perlindungan konsumen diklarifikaskan melalui surat kepada konsumen yang mengadukan, sehingga
masalah tersebut dianggap telah selesai. Perkara-perkara yang telah dianggap sebagai masalah perlindungan
konsumen kemudian dilakukan proses konfirmasi. Proses ini biasanya dilakukan terhadap konsumen dan pengirim surat tembusan, serta instansidinas yang terkait.
Pengecekan kebenaran materi pengaduan konfirmasi dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Dikirimkan surat untuk minta konfirmasi konsumen;
2. Pemberitahuan kepada aparatpejabat yang bersangkutan;
3. Penentuan jadwal pertemuan dengan kosumen, pelaku usaha dan keduanya
dengan penerima pelayanan pengaduan. Setelah itu dilakukan proses klarifikasi terhadap pelaku usaha.
Maksudnya, proses jawaban pengaduan dilakukan setelah konfirmasi dari pelaku usaha. Pelaku usaha bisa melakukan sanggahan atas pengaduan dari konsumen
dengan mempersiapkan hal-hal berikut: 1.
Data dan hasil uji; 2.
Kebijakan internal perusahaan; 3.
Peraturan perundang-undangan yang mendukung; 4.
Persiapan melakukan pembuktian terbalik. Dengan adanya beberapa alternatif yang telah dijelaskan dalam
penyelesaian sengketa kosumen, maka diharapkan dapat menyelesaikan sengketa-
Universitas Sumatera Utara
sengketa yang muncul apabila terjadi suatu pelanggaran yang merugikan hak-hak sebagai konsumen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA
PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN ATAS IKLAN YANG DIJANJIKAN
A. Promosi produk melalui iklan perumahan dan pemukiman