B. Pelaksanaan perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli rumah
Pelaksanaan perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli rumah yang dibuat oleh pelaku usaha perumahan dan pemukiman dapat memberikan
perlindungan bagi konsumen. Pelaksanaan perjanjian jual beli rumah dengan konsumen tidak lepas dari
adanya kewajiban dan hak masing-masing pihak sebagai subyek hukum, yaitu pihak developer selaku penjual dan pihak konsumen selaku pembeli.
Perjanjian jual beli perumahan dan pemukiman antara developer dengan konsumen didahului oleh perjanjian pengikatan jual beli PPJB, yakni suatu
perjanjian awal adanya kesepakatan jual beli perumahan dan pemukiman. Pada umumnya isi dari perjanjian pengikatan jual beli ini antara developer dengan
konsumen telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat untuk mengadakan perjanjian jual beli rumah dan
menandatangani akta perjanjian tersebut. Pada dasarnya suatu perlindungan hukum terhadap perjanjian yang telah
dibuat tidak dapat ditarik kembali kecuali disetujui oleh kedua belah pihak. Demikian pula halnya dengan perjanjian pengikatan jual beli rumah antara
developer dengan konsumen juga tidak bisa ditarik kembali. Menurut Sri Sudewi Masjchun Sofwan, perjanjian yang telah dibuat tidak dapat ditarik kembali tanpa
persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Setiap perjanjian yang
telah dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Hal ini berarti perjanjian pengikatan jual beli perumahan dan pemukiman yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat antara developer dengan konsumen mengikat kedua belah pihak. Masing- masing pihak berkewajiban untuk melaksanakan isi dari perjanjian tersebut.
46
1. Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri perjanjian
Perjanjian yang telah dibuat tersebut tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan. Perjanjian dapat dibatalkan dalam hal :
2. Isi dari perjanjian tersebut bertentangan dengan undang-undang
47
Namun demi menjaga agar perjanjian tersebut berjalan dengan lancar maka para pihak harus melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban dari
perjanjian itu dengan itikad baik. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak memiliki itikad buruk dalam melaksanakan isi perjanjian, maka perjanjian
tersebut akan menghadapi hambatan-hambatan yang tidak lain adalah mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian. Pihak yang merasa
dirugikan dapat mengajukan pembatalan perjanjian dan juga mengajukan gugatan agar mendapatkan ganti rugi melalui lembaga yang berwenang kepada Pengadilan
Negeri yang tentunya harus ada bukti-bukti yang cukup kuat. Hal ini telah ditetapkan dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi bahwa tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahanya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.
46
Kelik Wardiono, 1995, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Suatu Kajian dari Aspek Keperdataan, Majalah Akademika, UMS No.01 Tahun XIII.
47
Atik Krustiyati, Anatomi Perjanjian dalam Masyarakat, Surabaya : Jurnal yustika Fakultas Hukum Universitas, 2005, Volume 8 No. 2.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengantisipasi terjadi pembatalan perjanjian oleh salah satu pihak dalam perjanjian pengikatan jual beli rumah antara developer dengan konsumen,
dalam salah satu klausula perjanjian dicantumkan sanksi bagi pihak yang membatalkan perjanjian. Pada prakteknya klausula tersebut lebih banyak
mengatur kewajiban konsumen, artinya dalam perjanjian tersebut lebih banyak mengatur tentang sanksi bagi konsumen yang membatalkan perjanjian pengikatan
jual beli, sedangkan sanksi bagi developer yang membatalkan perjanjian pengikatan jual beli ini tidak diatur.
Secara legal formal pelaksanaan perjanjian pengikatan jual beli rumah antara developer dengan konsumen umumnya berjalan dengan baik. Hal tersebut
disebabkan bahwa pelaksanaan perjanjian pengikatan jual beli rumah lebih mengarah pada proses beralihnya hak kepemilikan atas tanah dan bangunan dari
developer selaku penjual kepada konsumen selaku pembeli. Adapun permasalahan yang muncul setelah adanya perjanjian yang dibuat
antara para pihak adalah: 1.
Adanya kesalahan dari pelaku usaha force major 2.
Adanya wanprestasi dari konsumen Kelalaian yang sering terjadi yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah
mengenai objek dalam perjanjian pengikatan jual beli rumah. Dimana objek yang telah diserahkan kepada konsumen ternyata kualitasnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan konsumen ataupun lingkungan di mana rumah yang menjadi obyek perjanjian didirikan tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Hal inilah
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya yang perlu dicermati bersama baik oleh developer sendiri selaku penjual maupun oleh konsumen selaku pembeli.
48
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka bagi konsumen perumahan yang merasa dirugikan akibat tidak adanya kesesuaian antara iklan dengan
kenyataan dapat mengajukan gugatan ganti rugi melalui pejabat yang berwenang. Para konsumen yang mengalami kerugian seperti ini memiliki hak untuk
mendapatkan ganti rugi dari pihak pelaku usaha sesuai dengan isi dari Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen dimana salah satu hak dari konsumen adalah hak untuk mendapatkan Adapun juga contoh kasus yang dilampirkan oleh penulis mengenai hal
yang dialami oleh konsumen dari CV Bima Abadi di mana dia tidak bisa menempati rumah yang dibelinya dari developer disebabkan karena tembok
rumah tersebut retak-retak dan hampir akan runtuh. Dan kondisi dalam rumah lebih menggenaskan lagi karena plafon rumah sudah copot sehingga tidak layak
huni serta dari segi keamanan sangat membahayakan bagi penghuninya karena dikhawatirkan akan runtuh dan menimpa konsumen. Padahal jauh sebelum terjadi
kesepakatan antara developer dengan konsumen, umumnya para developer dalam menawarkan produk perumahannya membuat brosur-brosur atau iklan yang
diiringi dengan janji-janji bahwa kualitas bangunan terjamin mutunya dan kualitasnya.
48
Andi Hamzah, I Wayan Suandra dan Manulu, Dasar-dasar Hukum Perumahan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, hal 41.
Universitas Sumatera Utara
kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya.
Masalah lain yang sering muncul dan sangat merugikan konsumen adalah adanya booking fee uang tanda jadi yang dipersyaratkan kepada konsumen
terlebih dahulu sebelum mengadakan perjanjian pengikatan jual beli rumah. Konsumen tidak diberi kesempatan untuk mencari informasi secara jelas terlebih
dahulu, tetapi hanya diarahkan untuk memesan tanpa ada kesempatan untuk berpikir. Kondisi ini terjadi biasanya pada saat ada acara pameran atau promosi
yang digelar oleh developer. Pada saat promosi atau pameran tersebut biasanya developer menjanjikan potongan harga khusus selama pameran bagi konsumen
yang langsung memesan dan memberikan booking fee uang tanda jadi tersebut. Dengan alasan unit rumah terbatas, konsumen tanpa mampu berpikir panjang
tertarik untuk memesan sebelum mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai lokasi perumahan, fasilitas perumahan dan sebagainya. Akibatnya
banyak konsumen yang merasa kecewa setelah tahu dan melihat sendiri di lapangan. Konsumen dengan keterpaksaannya tetap harus membayar sisa uang
muka karena telah terlanjur membayar uang tanda jadi yang jumlahnya cukup besar.
49
C. Prosedur hukum penyelesaian sengketa konsumen