periklanan untuk mengawasi berbagai tayangan iklan yang terdapat di media cetak maupun media elektronik, sehingga potensi kerugian yang kemungkinan dialami
oleh konsumen dapat dihindarkan.
61
B. Hak Konsumen terhadap promosi produk melalui iklan perumahan dan pemukiman
Setiap pelaku usaha pasti mengharapkan agar iklannya menimbulkan efek tertentu kepada khalayakkonsumen yang dituju, efek ini menjadi tujuan
komunikasi dari suatu iklan. Namun, bukan berarti efek yang diharapkan adalah khalayakkonsumen langsung membeli produk yang mereka iklankan, karena
walaupun tugas utamanya membantu menciptakan penjualan, iklan tidak dirancang untuk menciptakan penjualan seketika. Dengan perkataan lain, efek
iklan bersifat jangka panjang. Terlebih-lebih dengan adanya beberapa bentuk iklan yang hanya ditujukan untuk meningkatkan keperdulian konsumen terhadap
merek-merek tertentu brand awareness, sehingga merek-merek tersebut seolah- olah melekat dibenak konsumen pada saat akan melakukan pilihan. Pada bentuk
iklan seperti ini masalah penjualan bukan merupakan skala prioritas.
Salah satu hak konsumen terhadap promosi produk melalui iklan perumahan dan pemukiman baik melalui media elektronik atau hasil cetaknya
seperti brosur telah diatur sesuai dengan hak-hak konsumen yang terdapat dalam Pasal 4 huruf c UUPK. Disana disebutkan bahwa konsumen memiliki hak atas
61
Sudaryatmo. Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal 88.
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. Dengan adanya pasal tersebut apabila apa yang diberikan
pelaku usaha tidak sesuai dengan apa yang di iklankan maka sesuai dengan Pasal 4 huruf d UUPK disebutkan bahwa konsumen memiliki hak untuk didengar
pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan. Konsumen juga memiliki hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut sesuai dengan pasl 4 huruf e. Selanjutnya konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kopensasi, ganti
rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak seseuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, ketentuan ini sesuai
dengan Pasal 4 huruf h UUPK. Hak konsumen yang ada dalam promosi produk melalui iklan perumahan
dan pemukiman merupakan untuk meraih kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Sebab barang danatau jasa yang penggunaannya tidak
memberikan kenyamanan, tidak aman atau membahayakan keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam masyarakat. Juga untuk
menjamin bahwa suatu barang danatau jasa yang dikehendakinya berdasarkan atas keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Jika terdapat
penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk di dengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil, kompensasi sampai ganti rugi.
62
62
Sudaryatmo. Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal 88.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, pelaku usaha perumahan dan pemukiman dalam melakukan promosi melalui iklan ialah memberikan informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan dan menjamin mutu barang
dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku.
Dengan adanya ketentuan tersebut di atas, maka developer sebagai pelaku usaha tidak diperkenankan memberikan informasi dalam brosur pemasaran yang
tidak sesuai dengan kenyataannya. Penawaran produk melalui brosur yang tidak sesuai dengan kenyataannya jelas akan menimbulkan kerugian bagi pihak
masyarakat yang kebanyakan berasal dari golongan ekonomi menengah selaku konsumen perumahan dan pemukiman.
Dengan demikian maka informasi pada iklan tersebut harus didukung dengan fakta-fakta yang ada dan relavan dalam masyarakat. Adanya pernyataan
tersebut apabila tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya merupakan suatu bentuk iklan yang menyesatkan. Dalam hal ini penyebab kerugian yang diderita
oleh konsumen perumahan adalah developer sebagai pihak produsen yang melakukan pemasaran dengan menggunakan iklan.
Pelanggaran hak-hak konsumen, diantaranya hak-hak individual konsumen perumahan, seperti, mutu bangunan di bawah standar, ukuran luas tanah tidak
sesuai dan lain-lain. Pelanggaran yang lain mengenai hak-hak kolektif konsumen perumahan. Seperti, tidak dibangunnya fasilitas sosial umum, sertifikasi, rumah
Universitas Sumatera Utara
fiktif, banjir dan soal kebenaran klaim informasi dalam iklan, brosur dan pameran perumahan.
Pelaku usaha membuat Pelanggaran dalam promosi melalui iklan berupa:
63
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Menjual produk atau jasa yang dilarang
Menurut Pasal 8 ayat 1 Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, produk atau jasa yag dilarang adalah
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam
hitungan menurut yang sebenarnya. d.
Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam lael, etiket atau keterangan barang danatau
jasa tersebut. e.
Tidak sesuai dengan mutu, tingkat komposisi,proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan atau jasa terbut. f.
Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barangjasa terbut.
63
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal 67.
Universitas Sumatera Utara
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut. h.
Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan ”halal” yang dicantumkan dalam label.
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat.
j. Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang
dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu, pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap
dan benar atas barang dimaksud Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
2. Memanipulasi Produk atau jasa Diatur dalam Pasal 9 yang menjelaskan bahwa produk barangjasa yang
ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan secara tidak benar oleh pelaku usaha dilarang, seolah barangjasa itu:
a. telah memenuhi atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar
mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;
Universitas Sumatera Utara
b. dalam keadaan baik atau baru;
c. telah mendapatkan atau memiliki sponsor persetujuan, perlengkapan
tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja, atau aksesori tertentu; d.
dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan, atau afiliasi;
e. barangjasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barangjasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman tidak berbahaya,
serta tidak mengandung resiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
3. Informasi yang menyesatkan. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 10 menyatakan bahwa pelaku usaha yang menawarkan barangjasa untuk diperdagangkan, dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan, atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan 4. Cara obral atau lelang yang mengelabuimenyesatkan konsumen yang
selanjutnya diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dalam hal:
Universitas Sumatera Utara
a. menyatakan barangjasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu
tertentu; b.
menyatakan barangjasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan
maksud untuk menjual barang lain; d.
tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam kapasitas
tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang lain; f.
menaikkan harga atau tarif barangjasa sebelum melakukan obral. 5. Pemberian hadiah dalam rangka promosi suatu barangjasa Diatur dalam Pasal
13 ayat 1 dan Pasal 14 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana dua pasal tersebut melarang pelaku usaha
dalam menawarkan barangjasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian dilarang untuk:
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;
c. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
6. Melarang pelaku usaha dalam menawarkan barangjasa untuk tidak menepati pesanan; tidak menepati janji atas suatu pelayanan atau prestasi Pasal 16
Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kewajiban konsumen dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 5, adalah sebagai berikut:
a. Membaca dan mengikuti petunjuk pemakaian dan pemanfaatan
barangjasa. Tujuannya adalah untuk menjaga keamanan dan keselamatan bagi konsumen itu sendiri.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barangjasa. Itikad
baik sangat diperlukan ketika konsumen akan bertransaksi. c.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut. Ketika dirasa ada keluhan terhadap barangjasa yang telah didapat, konsumen perlu secepatnya menyelesaikan masalah tersebut dengan pelaku usaha.
C. Tanggung Jawab pelaku usaha perumahan atas periklanan perumahan dan pemukiman