2.1.5 Perbedaan Kredit dan Pembiayaan
Pembiayaan dan kredit memiliki perbadaan yang mendasar. Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan UU No. 10 Tahun 1998,
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut sifat penggunaanya, kredit dapat pembiayaan dapat dibagi menjadi:
1. Kredit dan Pembiayaan Produktif
Kredit dan pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit dan pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
Menurut keperluannya, kredit produktif dapat dibagi menjadi: a.
Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat
likuid, pitang dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
persediaan bahan baku, persedian barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai
seluruh kebutuhan dengan imbalan berupa bunga. Sedangkan bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan
meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah. Bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang
telah disepakati. b.
Kredit dan Pembiayaan Investasi Kredit dan pembiayaan investasi adalah kredit dan pembiayaan
jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi,
modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada. 2.
Kredit dan Pembiayaan konsumtif Kredit dan pembiayaan konsumtif adalah jenis kreditr dan pembiayaan
yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan
barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian mejadi barang jaminan utama.
Sumber pembayaraan kembali atas kredit tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari ekploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.
Universitas Sumatera Utara
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan konsumtif dengan menggunakan skema berikut:
1. Al-bai’ bi tsaman ajil atau menjual dengan angsuran.
2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
3. Al-musyarakah mutanaqhishah dimana secara bertahap bank menurunkan
jumlah partisipasinya. 4.
Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa. Pembiayaan konsumsi tersebut lazim digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan al-qardh al-
hasan, yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun. Antonio,2001:168
2.1.6 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil