Penduduk Kashmir Awal Konflik di Kashmir

22

BAB II Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan

2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis Kashmir

Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India, memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus, Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar. 62 Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India, wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar 222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State Negara Kepangeranan paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India. 63 Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua bagian: Jammu Kashmir India dan Azad Kashmir Pakistan. Wilayah Jammu Kahmir meliputi distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch. 64 Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur, Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan. 65

B. Penduduk Kashmir

Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah 62 R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, 2005. Hal 75. 63 R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal 76-79 64 http:www.un.orgdocumentsgares4ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014 65 A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3 rd rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 Hal 9 23 tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai 6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900,640. 66 Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga. 67 Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk Hindu, Budha, Sikh dan Kristen. 68 Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara. 69 Pada tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48 program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri, Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu. 70

C. Awal Konflik di Kashmir

Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang ada. 71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80 penduduknya beragama Hindu, tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad 66 http:www.census2011.co.incensusstatejammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014 67 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13 68 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15 69 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 89 70 Nishat Anshari,“Jammu Kashmir Linguistic Predica ment” http:koshur.orgLinguistic9.html diakses pada 26 Juni 2014. 71 Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi The India Council of World Affair, 1967 Hal 23. 24 berpenduduk mayoritas Hindu dengan penguasa seorang Muslim tetapi tidak berkecenderungan baik Pakistan maupun India. Sedangkan Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Muslim sebanyak 90 dan condong kepada Pakistan, tetapi penguasanya yang beragama Hindu kemudian membawa Jammu-Kashmir ke dalam India. 72 Junagadh pada akhirnya bersatu dengan India melalui plebisit, sedangkan Hyderabad melalui pendudukan militer. 73 Namun untuk wilayah Jammu-Kashmir sendiri hingga sekarang tidak dapat terselesaikan. Untuk wilayah Kashmir permasalahannya berbeda, menurut peraturan pemisahan India- Pakistan, Kashmir harus bergabung dengan Pakistan dengan melihat mayoritas penduduknya Muslim. Berdasarkan hal itu maka setelah Inggris mundur dari Subkontinen India, seluruh negara bagian yang pada saat kolonial Inggris kembali pada posisi sebelumnya yaitu merdeka. 74 Maharaja Hari Singh yang kala itu memerintah wilayah Kashmir melihat bahwa hal ini merupakan peluang baginya untuk mengembalikan sistem monarki absolut seperti sebelum kedatangan Inggris di subkontinen India. 75 Tetapi mayoritas rakyat muslim Kashmir menuntut agar Kashmir bergabung dengan Pakistan atau merdeka. Namun Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih merdeka dari pada bergabung dengan Pakistan, sementara penduduk Hindu Dogri di Jammu menginginkan bergabung dengan India karena pertimbangan memiliki kesamaan agama. 76 Akibat tidak adanya kepastian apakah bergabung dengan India atau Pakistan atau merdeka, maka terjadilah krisis internal di wilayah Kashmir. Krisis ini semakin memburuk ketika suku Poonch di bagian Barat 72 Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations. Hal 31. 73 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25 74 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 27-28 75 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 29. 76 Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria University of Wellington, 1998 Hal 19. 25 Daya Kashmir menginginkan bergabung dengan Pakistan serta ketika pasukan Kashmir membelot dan membentuk Azad Kashmir Kashmir merdeka. 77 Merasa keadaan wilayahnya semakin tidak terkendali, Singh kemudian meminta bantuan India untuk mengatasi pergolakan tersebut. 78 Pada saat inilah awal mula peranan India di wilayah Kashmir. Singh dan India bersepakat jika India mampu mengatasi keadaan di Kashmir maka Singh akan bersedia untuk bergabung dengan India. 79 Setelah ditandatangani persetujuan tersebut, India kemudian mengirimkan bantuan militer secara besar-besaran masuk ke dalam Kashmir untuk menumpas pemberontakan suku Poonch. 80 Invasi militer India ke dalam wilayah Kashmir tidak disetujui Pakistan dengan alasan melindungi warga Muslim Kashmir. 81 Pakistan akhirnya ikut mengirimkan pasukannya masuk ke dalam wilayah Kashmir. Dengan masuknya dua pasukan tersebut, yang terjadi malah perang antara India-Pakistan. Gejolak yang ditimbulkan oleh perselisihan antara kelompok yang ingin bergabung ke India dengan yang ingin bergabung ke Pakistan semakin membuat persoalan ini menjadi rumit. Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih bergabung dengan India karena selama ini Kashmir sangat bergantung pada pelayanan sosial dan ekonomi yang diberikan India seperti bantuan dana dan pengobatan gratis. 82 Ketergantungan pelayanan sosial dan ekonomi ini dianggap oleh India bahwa Kashmir akan bergabung dengan India tetapi ternyata anggapan itu salah. Meskipun Maharaja Kashmir sudah dibujuk, ia justru menawarkan suatu Standstill Agreement karena ingin mempertahankan 77 Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Hal 20. 78 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan. Hal 89. 79 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005 80 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 23. 81 Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Hal 5. 82 Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 8-9 26 status quo pelayanan tersebut. 83 Pakistan setuju dengan perjanjian tersebut tetapi ditolak India tanpa alasan yang jelas. Pertentangan antara kelompok yang pro India dengan yang pro Pakistan lebih banyak dipengaruhi pertentangan antara Partai Kongres dengan Liga Muslim, ditambah seorang tokoh Kashmir yaitu Seikh Mohammad Abdullah lebih condong untuk bergabung ke India. 84 Seikh Mohammad memiliki pertimbangan Kashmir nantinya akan diberikan hak khusus untuk memerintah sendiri yang tergabung dalam Uni India. 85 Seikh Mohammad Abdullah yang bergabung dalam National Conference yang pro India memiliki kedekatan dengan Partai Kongres pimpinan Jawaharlal Nehru. 86 Hal itu terbukti dengan keberhasilan Seikh Mohammad Abdullah dalam mempengaruhi Nehru agar memberikan hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Namun tuntutan plebisit yang selalu diminta oleh rakyat Kashmir selalu mendapat hambatan dari Pemerintah India dengan alasan bahwa tuntutan plebisit itu sudah tidak mungkin dilaksanakan karena selama ini India sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi tuntutan rakyat Kashmir, seperti adanya persamaan di bidang hukum, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi, nsmun bagi Rakyat Kashmir itu tidak cukup karena mereka tetap ingin merdeka dari India. 87

2.2 Perang India-Pakistan

A. Perang India-Pakistan Tahun 1947 dan 1965