Teori Defense-Offense Kerangka Pemikiran

11 Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga 2012.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai Instrumen Power.

1. Teori Defense-Offense

Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni Robert Jervis. Jervis berpandangan ; “When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy other’s army and take its territory that it is to defend one’s own. When the defence has the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and take,” 36 Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk bergerak maju, menghancurkan dan mengambil wilayah, Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara 36 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994, hal. 315 12 agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif ketimbang melakukan penyerangan. Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan kemenangan dalam waktu singkat. 37 Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih, dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan banyak korban. 38 Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi. 39 Kondisi geografis yang sulit seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang. Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya, Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa 37 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317. 38 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317 39 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 323. 13 Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir. 40

2. Security Dilemma