Nuklir Sebagai Instrumen Power

16 bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation sebagai prioritas utama. 48 Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi luar negeri adalah kepentingan nasional. 49 Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: 1 self preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; 2 independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; 3 military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; 4 territorial integrity , atau keutuhan wilayah dan 5 economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi. 50 Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir.

4. Nuklir Sebagai Instrumen Power

Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan politik internasional. 51 Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan diri untuk saling menyerang. 48 Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal 141. 49 Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of International Law Volume 12 tahun 1988 Hal 1988. 50 Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal 142. 51 A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun 1986. 17 Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas. Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat serius bagi keamanan negaranya. 52 Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir. 53 Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. 54 Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut Kedua , The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya 52 http:history.defense.govmcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014. 53 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security , Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997, Hal. 54. 54 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 67 18 demi kepentingan kelompok tersebut. 55 Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku. 56 Dari penjelasan di atas, sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara. Strategi nuklir tidak hanya dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain, menjadi sebuah indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara. 57 Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan. dengan satu megaton 1000 kiloton ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah membunuh sedikitnya 150.000 jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India 55 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 68. 56 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 69-71 57 Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991,Hal 36 19 tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri. 58 Menyadari potensi tersebut, maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang

F. Metode Penelitian