Unsur dan Syarat Wakaf Dalam fiqih Islam ada empat rukun atau unsur wakaf, yaitu:

Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis ini lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, dan jenis wakaf inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara umum.

C. Unsur dan Syarat Wakaf Dalam fiqih Islam ada empat rukun atau unsur wakaf, yaitu:

1. Orang yang berwakaf wakif. 2. Benda yang diwakafkan. 3. Penerima wakaf. 4. Lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf. Bagi orang yang berwakaf, disyaratkan bahwa ia adalah orang yang ahli berbuat kebaikan dan wakaf dilakukannya secara sukarela, tidak karena dipaksa. Untuk barang yang diwakafkan, ditentukan beberapa syarat sebagai berikut: a. Barang atau benda itu tidak rusak atau habis ketika diambil manfaatnya. b. Kepunyaan orang yang berwakaf. Benda yang bercampur haknya dengan orang lain pun boleh diwakafkan seperti halnya boleh dihibahakan atau disewakan. c. Bukan barang haram atau najis. Sedangkan untuk orang atau fihak yang menerima wakaf maukuf alaih berlaku beberapa ketentuan, yaitu:Orang yang ahli memiliki, seperi syarat bagi orang yang berwakaf wakif. Artinya ia berakal tidak gila, balig, tidak mubazir boros.Hendaklah diterangkan dengan jelas kepada siapa suatu benda diwakafkan. Orang tersebut harus sudah ada pada waktu terjadi wakaf.Karena itu tidak sah mewakafkan satu benda untuk anak yang belum lahir. Dan tidak sah wakaf kalau seseorang misalnya berkata: “Saya wakafkan rumah ini”, karena tidak terang kepada siapa diwakafkannya. Sedangkan Imam Malik berpendapat sah saja. Lafaz atau sigat ialah pernyataan kehendak dari wakif yang dilahirkan dengan jelas tentang benda yang diwakafkan, kepada siapa diwakafkan dan unutk apa dimanfaatkan. Kalau penerima wakaf adalah fihak tertentu, sebagian ulama berpendapat perlu ada qabul jawaban penerimaan. Tapi kalau wakaf itu untuk umum saja, tidak harus ada qabul. Beberapa persyaratan umum yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wakaf, di antaranya ialah: d. Tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan kepentingan agama Islam. Oleh karena itu mewakafkan rumah untuk dijadikan tempat ibadah agama lain, tidak sah. Tapi kalau misalnya mewakafkan tanah untuk dijadikan jalanan umum yang akan dilalui oleh orang Islam dan non Islam orang kafir, tidak mengapa. e. Jangan memberikan batas waktu tertentu dalam perwakakafan. Karena itu tudak sah kalau seseorang menyatakan: “Saya wakafkan kebun ini selama satu tahun”. f. Tidak mewakafkan barang yang semata-mata menjadi larangan Allah SWT tidak mengizinkan hal seperti itu. Dan semua wakaf yang dimaksudkan untuk menghentikan perintah Allah dan menghasilkan sesuatu yang berlawanan dengan kewajiban-kewajiban dari Allah azza wa jalla, maka wakaf itu batal. Kalau wakaf diberikan melalui wasiat, yaitu baru terlaksana setelah si wakif meninggal dunia, maka jumlah atau nilai harta yang diwakafkan tidak boleh lebih dari 13 sebagian jumlah maksimal yang boleh diwasiatkan. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 mengatur perwakafan yang sudah lebih khusus, dalam hal ini mengenai tanah milik. Dalam [asal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa yang dapat mewakafkan tanah miliknya ialah: - Badan-badan Hukum Indonesia - Orang atau orang-orang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Telah dewasa b. Sehat akalnya serta yang oleh hokum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hokum. c. Atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari fihak lain. Dalam PP No. 28 Tahun 1977 ini diperkenalkan adanya badan hikum di samping orang sebagai wakif. Hal ini tidak ditemui secara khusus dalam pembicaraan kitab fiqih. Pasal 3 ayat 2 menentukan bahwa untuk badan hokum ini, yang bertindak atas namanya adalah pengurusnya yang sah menurt hokum.Untuk benda yang diwakafkan, seperti dicantumkan dalam pasal 4, adalah khusus tanah hak milik dengan syarat, harus bebas dari segala: - pembebanan, - ikatan, - sitaan, - perkara. Kelompok orang atau badan hokum yang diserahi tugas pemeliharaan dan penggunaan benda wakaf disebut nadzir, seperti dimaksud oleh pasal 1 ayat 1.Selanjutnya pasal 6 ayst 1 menentukan bahwa nadzir yang terdiri dari perorangan harus memenuhu syarat-syarat: a. Warga Negara Republik Indonesia, b. Beragama Islam, c. Sudah dewasa d. Sehat jasmani dan rohaniah, e. Tidak berada dibawah pengampunan, f. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan.

D. Pengelolaan Harta Wakaf Menurut Hukum Islam