Sejarah Yayasan Al-Matiin PROFIL YAYASAN AL-MATIIN CIPUTAT-TANGERANG SELATAN

BAB III PROFIL YAYASAN AL-MATIIN CIPUTAT-TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Yayasan Al-Matiin

Yayasan Al-Matiin terletak di Jalan Kihajar Dewantara kurang lebih 3 kilo meter dari kecamatan Ciputat, yang lebih tepatnya di Jalan Musyawarah Rt. 05 Rw 04 No. 10, Kelurahan Desa Sawah Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang. Lokasi Yayasan Al-Matiin ini berada diantara komplek perumahan dan lingkungan perkampungan yaitu kampung Sawah. Yang mayoritas warganya adalah masyarakat menengah kebawah, dilain pihak dapat juga dikatakan sebagai lingkungan yang bersipat urban. Hal ini dapat dari sektor umum para pendudukyang secara relatif bersifat kosmopolitan, sedangkan pada dasarnya kehidupan mayoritas penduduknya merupakan wiraswasta , guru, pegawai negeri,pengrajin kayu, buruh pabrik, dan juga sebagian kecil masih ada yang bertani. Yayasan Al-Matiin didirikan pada tanggal 07 Mei 1999 oleh KH.Ucup Ridwan Saputra, yang berdiri di atas tanah wakaf, Dengan Akta Ikrar Wakaf Nomor : W.231116 Tahun : 2000. berupa tanah darat, yang diberikan oleh Bapak Hanafi Edy dengan sertifikatpersil 10 nomor: Psl. 15 c.2017 ukuran panjang D.II, luas 250 M2 dan sebagian kekayaanya yang disisikan untuk mengoperasikan yayasan Al-matiin. 31 Yayasan Al-Matiin berdiri di atas sebuah bangunan diatas tanah wakaf yang dikelola oleh KH.Ucup Ridwan Saputra yang mana di dalamnya ada mushola 3 ruang majelis taklim ruang belajar taman kanak-kanak dan ruang lokal sekolah formal SMP Islam Al-Matiin dan taman pendidikan al- quran,Kantor TK, kantor SMP dan Kantor Yayasan. Adapun latar belakang didirikannya yayasan Al-Matiin ini menurut KH.Ucup Ridwan Saputra sebaimana yang tercantum di dalam maksud dan tujuan pandirian yayasan Al-matiin adalah sebuah yayasan yang bertujuan turut serta secara aktif dalam rangka mengigatkan pendidikan, kesehatan,dan kesejateraan masyarakat indonesia serta mendukung kebijak sanaan pemerintah mengenai pembagunan di segala bidang. Melalui berbagai usaha yang dilakukan yang berasal dari utamanya adalah “dana mandiri”yang hasilnya akan disampaikan untuk mencetak masyarkat sebagai generasi ulil albab, sebagi mana salah satu tujuannya yaitu pendidikan untuk menjadi generasi yang kelak menjadi seorang ahli dzikir 1 Sedangkan di Indonesia Yayasan merupakan salah satu lembaga yang kehadirannya telah lama ada, bahkan Yayasan jauh lebih tua dari berbagi lembaga usaha lain, 1 Wawancara Pribadi dengan KH Ucup Ridwan, Ciputat Tangerang Selatan: 27 Mei 2009 Misalnya: Perseoran terbatas, CV dan Firma Lembaga-lembaga tersebut baru dikenal pada tahun 1847 yaitu ketika di undangkannya beberapa peraturan perundang-undangan antara lain adalah W.v.K atau kitab Undang- Undang hukum dagang, dalam sbt 1947. akan tetapi menjadi samgat ironis, karena hingga akhir abad ke 21, di Indonesia belum mempunyai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Yayasan. 2 Yayasan yang kita kenal selama ini merupakan peninggalan pemerintah Belanda yang banyak digunaan pada saat itu. Pada masa pemerintahan Belanda badan ini disebut dengan nama Stichting. Sebagaimana diartikan oleh Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. Kansil, SH., MH. Yayasan : Stichting Bld, suatu badan hukum yang melakukan berbagai kegiatan sosial. 3 Sebelum adanya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, Yayasan yang berlaku di Indonesia tidak dapat pengaturan yang tegas dan jelas kecuali hanya pada beberapa bagian Burgerlijk Wetboek yang menyebut kata Yayasan dalam bahasa Belanda “stichting” 4 yaitu : 3 Chatamarrasjid, Tujuan Sosial…, Op. Cit.. h.2 3 C.S.T. Kansil. Dan Christine S.T. Kansil, Kamus Istilah, Aneka Hukum, cet I, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2000. H. 198 4 Abdul Halim, “Kedudukan dan Legalitas Yuridis status Badan Hukum Yayasan Pasca Pemberlakuan UU No. 162001 Tentang Yayasan”, Ultimatum, Vol. 1, No. 2, November 2002, h. 15 1. Pasal 899 2 BW mengenai larangan untuk melaksanakan sesuatu dan surat-surat wasiat yang ditujukan kepada lembaga-lembaga. 2. Pasal 900 BW mengenai hibah kepada badan-badan amal seperti lembaga-lembaga keagamaan, gereja, rumah sakit, dan seterusnya. 3. Pasal 1680 BW mengenai penghibahan kepada lembaga-lembaga umum, lembaga-lembaga keagamaan, dan seterusnya. 4. Pasal 60 BW mengenai diperbolehkannya perwalian pada suatu perhimpunan badan-badan hukum yang berkedudukan di Indonesia yang anggaran dasarnya nyata-nyata disebutkan akta pendiriannya memelihara anak-anak belum dewasa. Menurut kamus hukum, Yayasan adalah sebuah badan hukum yang didirikan dengan suatu akte notaris dengan menyisikan sebagian dari pada kekayaan para pendiri dan mengadakan ketentuan-ketentuan dan anggaran dasarnya. Biasanya sebuah yayasan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, tetapi bergerak di bidang social. lihat pasal 365 BW. 5 Yayasan dipandang sebagai bentuk ideal untuk mewujudkan keinginan manusia. Yayasan tidak semata-mata mengutamakan profit atau mengejar keuntungan maupun penghasilan sebesar-besarnya sebagai mana layaknya badan usaha lain. Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi 5 J.C.T. Simorangkir, S.H., Drs. Rudy T. Erwin, S.H., J.T. Prasetyo, S.H., Kamus Hukum, Jakarta:Sinar Grafika, 2004, cet 8, h. 161 masyarkat yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersipat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan di sini diartikan sebagai dana permanent yang dibuat dan dipelihara berdasarkan kontribusi. Seperti berasal dari sumbangan untuk amal, pendidikan, keagamaan, penelitian, atau tujuan baik lainnya. Sebuah lembaga atau perkumpulan diberi wewenang untuk memberi bantuan keuangan untuk perguruan-perguruan tinggi, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, kegiatan amal, dan secara umum, di dukung oleh pemberian untuk tujuan seperti itu. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya yang berjudul “Hukum perdata tentang persetujuan-persetujuan tertentu” berpendapat bahwa yayasan adalah badan hukum. Dasar suatu yayasan adalah suatu harta benda kekayaan, yang dengan kemauan pemilik ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pengurus yayasan juga di tetapkan oleh pendiri yayasan itu. Pendiri dapat mengadakan peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Meskipun yaysan pada masa sebelum adanya Undang-undang Yayasan tidak diatur sama sekali dalam Undang-undang, tetapi dalam pegaulan hidup nyata diakui keberadaannya sebagai badan hukum yang dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, artinya dapat jual beli, sewa menyewa, dan lain-lain, dengan mempunyai kekayaan yang terpisah dari kekayaan orang-orang yang mengurus yayasan tersebut. Yayasan sebagai badan hukum, berdasarkan uraian di atas disebut “artificial persons” 6 yaitu sebuah badan hukum yang dapat menyandang hak dan kewajiban sendiri, dapat digugat meupun menggugat di pengadilan, serta memiliki status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai subyek hukum dan keberadaannya ditentukan oleh hukum. Ditetntukan oleh hukum di sini dimaksudkan untuk menjadi badan hukum Yayasan, pendiriannya pun memiliki syarat formil dan syarat Materil. Dengan diundangkannya Undang-Undang No. 28 tahun 2004 tentang Yayasan, maka pengertian yayasan menjadi lebih jelas. Pengertian yayasan berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan adalah sebagai berikut: “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang social, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”. Menurut Rochmat Soemitro, yayasan merupakan suatu bentuk usaha yang lazim digunakan untuk melakukan usaha yang mempunyai tujuan idiil filantropis. 7 6 I. P. M. Ranuhandoko B.A., Terminologi Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000, h. 71. cet ke-3 7 H. Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Bandung Eresco, 1993, h. 159 Dalam hasil karya ulama fiqih tidak ditemukan pembahasan khusus mengenai yayasan, namun dengan menelusuri pendapat ulama atau ahli hukum tentang wakaf, maka dapat dianalisis bahwa yayasan dapat juga disamakan dengan wakaf. Sebagaimana menurut Undang-Undang tentang wakaf no. 41 tahun 2004 pasal 1 angka 1 satu Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya, untuk untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan menurut syariah. Padahal sisi lain yayasan sudah berkembang cukup luas dan sudah banyak di kenal di seluruh indonesia. sehingga dengan demikian, keberadan yayasan saat ini merupakan sebuah realita yang harus di terima apa adanya. Keberadaan Yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarkat yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersipat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan bukan lagi suatu lembaga yang kecil, terpisah dari kegiatan hidup kemasyarakatan, hanya berusaha dibidang tertentu yang bersipat idealistis belaka. Kegiatan yayasan dapat bermacam-macam, mulai dari yaysan rumah sakit bersalin sampai yayan yang mengurus kematian, dan yayasan yang mengurus pemulung ssampai yayasan yang mengurus lebih dari 30 tiga puluh bidang usaha dalam bentuk perseroan terbatas aset yayasan di Indonesia menurut data yang ada di Departemen kehakiman hingga bulan maret 1990 sudah terdapat 3054 Yayasan. 8

B. Visi dan Misi Yayasan Al-Matiin