Kondisi Korupsi di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada terdakwa karena jabatan atau kedudukannya sebagaimana dimaksudkan di atas. Pasal-pasal yang diuraikan di atas merupakan perumusan asli dari pembuat Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, sedangkan perumusan pasal-pasal selanjutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, unsur-unsurnya dari unsur-unsur pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUH Pidana yang ditarik ke dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.

B. Kondisi Korupsi di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Indonesia pun sedang dilanda penyakit korupsi yang sangat parah. Korupsi telah sedemikian mewabah di berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Merusak sistem hukum, demokrasi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta kepentingan dan nilai-nilai nasional yang telah dicita- citakan oleh The Founding Fathers negara Republik Indonesia. Bahkan menurut pemerhati korupsi, korupsi telah menjadi semacam budaya yang mengakar dalam kehidupan bernegara; sudah merambah ke seluruh lini kehidupan masyarakat, sehingga memunculkan stigma negatif bagi negara dan bangsa Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional. Hasil survei Transparancy International menunjukkan posisi korupsi di Indonesia menempati rangking keempat dari 180 negara dengan Indeks Persepsi Korupsi sebesar 2,4. 73 73 http:www.transparency.orgpolicy_researchsurveys_indicescpi, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009. Universitas Sumatera Utara Dalam upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN di lingkungan kejaksaan, telah diambil langkah-langkah kebijakan, antara lain: 74 1. Penempelan pengumuman di berbagai tempat strategis yang berisi larangan keras memberi uang atau barang atau menjanjikan sesuatu kepada Jaksa atau pegawai di lingkungan internal Kejaksaan; 2. Membuat stiker, spanduk, alat peraga lain yang mengkampanyekan dan mensosialisasikan anti Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme; 3. Pemberitahuan kepada masyarakat, apabila menerima telepon atau pesan yang mengatasnamakan Jampidsus danatau pejabat lain, diminta untuk berhati-hati dan tidak melayani permintaannya serta mengkonfirmasi melalui telepon; 4. Membangun database perkara korupsi dan sarana CCTV di seluruh ruangan pemeriksaan pada Jampidsus; dan 5. Mereformasi pejabat struktural dan fungsional pada Jampidsus. Sedangkan di bidang penegakan hukum pemberantasan korupsi, ditempuh langkah-langkah sebagai beriktu: 75 a. Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi ; b. Menyelesaikan kasus-kasus korupsi melalui Tim Khusus Pemberantasan Tipikor ; c. Program pemberantasan korupsi 5 – 3 – 1; d. Ikrar para JAM Jaksa Agung Muda dan para KAJATI seluruh Indonesia pada tanggal 7 Desember 2005 untuk bekerja keras melakukan tugas penegakan hukum khususnya pemberantasan tindak pidana korupsi dan selalu menghindari melakukan perbuatan tercela; e. Membentuk Satgas khusus penanganan Tipikor di tingkat Kejagung dan di seluruh Kejati; f. Membuat indikator dan standar kinerja penanganan Tipikor di setiap tahapan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan eksekusi; g. Membentuk pengawasan eksternal berupa Komisi Kejaksaan; h. Menyelesaikan perkara illegal logging dengan menggunakan ketentuan Tipikor; i. Melakukan pencegahan ke luar negeri terhadap pelaku Tipikor; 74 Hendarman Supandji, “Membangun Budaya Anti Korupsi Sebagai Bagian Dari Kebijakan Integral Penanggulangan Korupsi di Indonesia”, Makalah disampaikan pada Orasi Penganugerahan Gelar Doktor HC di hadapan forum terhormat, Rapat Senat Terbuka Universitas Diponegoro, Semarang, Tanggal 18 Juli 2009, hal.7. 75 Ibid. hal. 8. Universitas Sumatera Utara j. Membentuk Tim Terpadu pencari terpidana Tipikor dan menangkap para koruptor yang kabur ke luar negeri beserta aset-asetnya; k. Membentuk satuan khusus supervisi dan pengendalian perkara tindak pidana korupsi; l. Program optimalisasi yang mengutamakan kualitas dan kuantitas serta pengembalian kerugian negara. Untuk mengaktualisasikan bidang penindakan dalam RAN-PK 2004-2009, ditetapkan kegiatan-kegiatan pemberantasan korupsi yang dilaksanakan oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, antara lain: 76 1. Percepatan Penanganan dan Eksekusi Tindak Pidana Korupsi. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: a. Menentukan sektor prioritas pemberantasan korupsi untuk menyelamatkan uang negara dengan indikator yang akan dicapai, antara lain: - Memperjelas langkah-langkah pemberan-tasan korupsi; - Membuka peluang untuk menyelamatkan kekayaan negara dalam jumlah besar; dan - Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan dan komitmen pemerintah untuk memberantas korupsi. b. Merumuskan dan menetapkan kriteria penentuan prioritas untuk penanganan kasus-kasus korupsi yang telah ada untuk memper-cepat penanganan dan penyelesaian kasus dengan indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya jumlah penyelesaian kasus menyangkut lembaga pelayanan publik dengan jumlah kerugian negara yang besar, sehingga masyarakat langsung dapat merasakan manfaat pemberantasan korupsi; c. Mempercepat pembekuan dan pengelolaan aset-aset hasil penyitaan negara dengan indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya jumlah pengembalian kekayaan negara dan hasil-hasil penyitaan aset dengan mekanisme pembekuan dan pengadministrasian penyitaan aset yang baik; dan d. Melakukan pembatalan terhadap SP3 perkara-perkara korupsi yang secara hukum masih dapat diproses kembali dengan indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum. 2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Penegak Hukum. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: 76 Ibid, hal. 9. Universitas Sumatera Utara a. Memberikan pelatihan Hakim dan Jaksa Spesialis menangani perkara korupsi, asset tracing, legal audit, forensic accounting audit forensic dan public relation dalam rangka proses peradilan dengan indikator pencapaian meningkatnya penyelesaian kasus-kasus korupsi dengan kompleksitas tinggi; b. Menyempurnakan sistem manajerial lembaga penegak hukum dengan indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya transparansi dan akuntabilitas proses penegakan hukum; c. Menyempurnakan dan mengimplementasikan pedoman pelayanan pengaduan masyarakat termasuk atas perilakusikap personel dengan indikator yang akan dicapai adalah masyarakat secara proaktif mendukung upaya pemberantasan korupsi, terutama korupsi di lembaga penegak hukum; d. Mengimplementasikan Standar ProfesiKode Etik dengan indikator yang akan dicapai adalah standar kinerja aparatur penegak hukum yang lebih terukur dan akuntabel. Namun semua upaya itu belum membuahkan hasil maksimal. Wajar apabila saya selaku salah seorang pelaku kebijakan, melakukan evaluasi dan perenungan terhadap langkah kebijakan hukum yang selama ini ditempuh. Hasilnya sampai pada kesimpulan bahwa korupsi, seyogyanya ditangani dengan pendekatan yang integral karena mengandung kompleksitas sebab dan masalah.

C. Eksistensi dan Bahaya Korupsi Bagi Perekonomian Negara