Landasan Konsepsional Kewenangan Kejaksaan Sebagai Jaksa Pengacara Negara Dalam Pengambilan Aset Hasil Korupsi

2. Landasan Konsepsional

Kerangka konsep adalah konstruksi secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan. Kerangka konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang- undang. 48 b. Jaksa Pengacara Negara adalah Jaksa dalam ruang lingkup lembaga kejaksaan yang diberi wewenang Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. 49 c. Pengacara atau Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang. 50 48 Pasal 1 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. 49 Ibid, Pasal 30 Ayat 2, lihat Juga, Marwan Effendy., Op. cit, hal. 127. 50 Pasal 1 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 18 Athun 2003 tentang Advokat. Universitas Sumatera Utara d. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup yang mengandalkan suatu keahlian tertentu. 51 e. Aset hasil korupsi adalah harta atau kekayaan negara yang terancam haknya untuk dikembalikan ke negara melalui Jaksa Pengacara Negara JPN. Harta atau kekayaan negara termasuk segala hak-hak negara yang dapat dinilai dengan uang, benda-benda lain baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dapat diformulasikan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, serta termasuk pula Pendapatan Negara Bukan Pajak PNBP. 52 f. Civil forfeiture adalah suatu model yang menggunakan pembalikan beban pembuktian dimana model ini merupakan model yang memfokuskan kepada gugatan terhadap aset bukan terhadap tersangka atau terdakwa, prinsip yang digunakan dalam penerapan model ini adalah hak negara harus kembali ke negara demi kesejahteraan rakyat. 53 g. Korupsi adalah tindak pidana menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang dalam lungkup jabatan pemerintah yakni Pegawai Negeri Sipil adalah meliputi: 54 51 A. Sonny Keraf., Etika Bisnis: Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur, Yogyakarta: Kanisius, 1987, hal. 47-48. 52 Marwan Effendy., Op. Cit, hal. 165. 53 Anthony Kennedy., Op. cit, hal. 5. 54 Pasal 1 Ayat 2 Undnag-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemeberatasan Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara 1. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Kepegawaian; 2. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana; 3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; 4. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; 5. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. 55 Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 56 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya. 57 Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu. 55 Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Indonesia Hillco, 1990, hal. 106. 56 Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tijnjauan Singkat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hal. 1. 57 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal. 6. Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan Sifat Penelitian