Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi

C. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi

Ketentuan pembayaran uang pengganti terdapat dalam Pasal 18 Angka 1 huruf b UUPTPK yang berbunyi: ”Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah: a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut; b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun; d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana”. Korupsi menurut UUPTPK disebutkan sebagai jenis tindak pidana yang sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional juga menghambat pertumbuhan serta kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi, bahkan dalam bagian pertimbangan UUPTPK dikatakan sebagai pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan Universitas Sumatera Utara sebagai kejahatan yang pemberatasannya harus dilakukan secara luar biasa extra ordinary crime. Dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi, UUPTPK memuat ketentuan pidana yang berbeda dengan Undang-Undang yang mengatur masalah korupsi sebelumnya 145 , yaitu menentukan ancaman pidana menimum khusus, pidana denda yang lebih tinggi, dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan pidana Vide penjelasan umum UUPTPK. Dalam perumusan ancaman pidana dalam ketentuan UU No. 31 Tahun 1999 UUPTPK yang lama, dianut sistem pidana minimal khusus dalam bentuk pidana penjaradenda minimal khusus yakni dianut dalam Pasal 2 dan Pasal 3, sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2001 UUPTPK yang baru sistem pidana penjaradenda minimal khusus ini dianut dalam Pasal 5 sd Pasal 12, Pasal 12 B Angka 2, Pasal 21 sd Pasal 24. Selain sistem pidana minimal khusus, dalam UU No. 31 Tahun 1999 Junto UU No. 20 Tahun 2001, juga diatur sistem pemberian pidana penjaradenda maksimal yakni dalam ketentuan Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 dan ketentuan Pasal 12 A Angka 2 UU No. 20 Tahun 2001. Dengan demikian sistem ancaman pidana yang dianut oleh kedua Undang-Undang tersebut adalah sistem maksimal dan minimal khusus sistem campuran. 145 http:id.shvoong.comlaw-and-politics1858451-pidana-pembayaran-uang-pengganti- dalam, diakses terakhr tanggal 9 Oktober 2009. Universitas Sumatera Utara Selain dibekali dengan ancaman pidana pokok penjara dan denda dengan minimal khusus dan maksimal, UU No. 31 Tahun 1999 juga dibekali dengan pidana tambahan, hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 17 jo pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa selain dapat dijatuhi pidana pokok terdakwa dalam perkara korupsi dapat dijatuhi pidana tambahan, salah satu bentuknya adalah pembayaran uang pengganti. Pidana pembayaran uang pengganti merupakan konsekuensi dari akibat tindak pidana korupsi yang “dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”, sehingga untuk mengembalikan kerugian tersebut diperlukan sarana yuridis yakni dalam bentuk pembayaran uang pengganti. Secara empirik, pidana pembayaran uang pengganti banyak mengalami kendala, terutama dalam hal eksekusinya, hal ini seperti terlihat dari Laporan Badan Pengawan Keuangan BPK setelah melakukan pemeriksaan ada tunggakan uang pengganti yang masih sangat besar. 146 Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada tingkat pertama tanggal 22 September 2008 memvonis Abdillah Mantan Wali Kota Medan lima tahun penjara dan denda Rp.250 juta. Dia juga diharuskan membayar uang pengganti kerugian korupsi senilai Rp.17,83 miliar. Atau, jika tidak membayar sejumlah itu, hukumannya diganti dengan empat tahun penjara. Pengadilan menyatakan Abdillah terbukti 146 Ibid. Universitas Sumatera Utara korupsi dalam penyalahgunaan APBD Kota Medan secara bersama-sama dengan Wakil Wali Kota Medan Ramli, yang disidangkan secara terpisah. 147 Konsekuensi pembayaran uang pengganti atas putusan hakim terhadap perkara korupsi merupakan aset negara yang harus dikembalikan ke kas negara untuk kepentingan publik. Aturan Pasal 18 Angka 1 huruf b merupakan konsekuensi dari akibat yang dituimbulkan oleh tindak pidana korupsi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, sehingga untuk mengembalikan kerugian tersebut diperlukan sarana yuridis yakni dalam bentuk pembayaran uang pengganti. Undang-undang memberikan penekanan khusus mengenai besaran uang pengganti tersebut yakni sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Secara yuridis hal ini harus diartikan kerugian yang dapat dibebankan kepada terpidana adalah kerugian negara yang besarnya nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja atau lalai yang dilakukan oleh terpidana. Dengan demikian yang memegang peranan penting 147 Koran Tempo, 16 Juli 2009, ”Uang Pengganti Korupsi Mantan Wali Kota Medan Dikurangi”, Mahkamah Agung mengurangi hukuman uang pengganti korupsi dalam perkara korupsi terdakwa Abdillah, mantan Wali Kota Medan, Sumatera Utara. Tetapi Mahkamah tetap menyatakan terdakwa kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran serta Anggaran Pendapatan dan Belanja APBD Kota Medan itu divonis empat tahun penjara. Majelis kasasi yang dipimpin Hakim Agung Djoko Sarwoko mengurangi uang pengganti kerugian korupsi yang harus dibayar oleh Abdillah. Mahkamah Agung menghukum Abdillah membayar uang pengganti sebesar Rp.12,197 miliar dan di Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi, Abdillah divonis membayar uang pengganti Rp.23 miliar. Atas putusan tersebut, Abdillah mengajukan banding. Oleh Pengadilan Tinggi, hukuman Abdillah dikurangi setahun. Tetapi uang pengganti ditambah hingga Rp.23 miliar. Abdillah dan jaksa sama- sama mengajukan kasasi. Majelis kasasi membatalkan hukuman uang pengganti yang diputuskan pengadilan banding. Vonis tersebut, dibacakan dalam sidang permusyawaratan hakim. Adapun Direktur Penuntutan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Ferry Wibisono menyatakan menerima putusan kasasi Abdillah, ”Kami sekarang masih menunggu putusan resmi itu ke KPK, ujar Ferry saat dihubungi kemarin. Perihal pengurangan uang pengganti kerugian korupsi, Ferry belum mau berkomentar. Alasannya, dia belum membaca petikan putusan resmi tersebut. Universitas Sumatera Utara untuk hal ini adalah teknis penemuan kerugian keuangan negara yakni harus ditemukan berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk melalui tata caraprosedur audit yang benar. Dalam Pasal 18 Ayat 2 termuat aturan “Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 huruf b paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Berita sekitar aliran dana dari Bank Indonesia BI ke DPR dan informasi BPK mengenai uang pengganti tindak pidana korupsi enam triliun rupiah yang belum disetor Kejaksaan Agung sungguh menyentakkan kita semua. Selama ini, hal tersebut seharusnya tidak terjadi, apalagi pada lembaga tinggi negara dan lembaga penegak hukum tersebut. DPR merupakan lembaga yang juga seharusnya melakukan fungsi pengawasan, antara lain terhadap kinerja Kejaksaan Agung yang memiliki tugas dan wewenang penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. 148 148 Seputar Indonesia, 28 Agustus 2007, Prof. Dr. Romli Atmasasmita Guru Besar Hukum Pidana Internasional UNPAD menyikapi masalah mengendapnya Uang Pengganti yang tidak dosetor ke kas negara, beliau mengatakan, KUHP memang tidak mengatur tindak pidana penggelapan atas harta kekayaan negara, kecuali atas harta kekayaan perorangan, yakni pelaku dan korban adalah perorangan Pasal 372-377. Namun, bukan berarti tidak ada pendekatan normatif yang dapat diterapkan, kecuali dengan menggunakan penafsiran hukum yang diperluas bahwa perbuatan menahan dana uang pengganti tersebut terlepas dari ada tidaknya unsur kesengajaan atau kelalaian selain melanggar UU tentang PNBP, juga melanggar ketentuan Pasal 3 UU No 311999 yang memang secara khusus ditujukan terhadap penyelenggara negara dengan syarat semua unsur dalam pasal tersebut terpenuhi. Kriminalisasi perbuatan menggelapkan harta kekayaan negara tersebut justru telah diamanatkan dalam Konvensi PBB Anti-Korupsi 2003 yang telah diratifikasi dengan UU No 72006, bukan hanya dilakukan pejabat publik Pasal 17, tetapi juga oleh mereka yang bekerja di sektor swasta Pasal 22. Dalam Pasal 17 bukan hanya diatur penggelapan saja, tetapi juga penyalahgunaan atau penyimpangan atas harta kekayaan property dalam bentuk apapun yang Universitas Sumatera Utara Berkenaan dengan penerimaan aset negara yang merupakan hasil Dinas Kejaksaan yaitu agar Kejaksaan memberikan penjelasan tentang sistem dan prosedur pengenaan dan pungutan dari Uang Pengganti maupun penerimaan lainnya harus transparan dan tidak ditutup-tutupi atau dirahasiakan karena dapat menimbulkan dilema di lembaga Kejaksaan itu sendiri. 149 Akibat dari katidakjelasan informasi itu dapat memantik kontroversi uang pengganti kasus korupsi di Kejaksaan. Kejaksaan harus transparan dalam menangani uang pengganti korupsi tersebut. Agar institusi kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang dalam mengembalikan aset hasil-hasil korupsi tetap terjaga, oleh sebab itu, Kejaksaan meminta bantuan BPKP untuk melakukan audit. 150 Pada tanggal 21 Agustus 2000 Kejaksaan Agung berupaya menyeret mantan Presiden Soeharto menjadi pesakitan dalam perkara pidana dugaan korupsi atas dana senilai 420 juta dolar AS dan Rp.185,92 miliar, ditambah lagi ganti rugi immateriil dipercayakan kepada pejabat publik. Kedua pasal tersebut seharusnya telah diakomodasi di dalam RUU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi versi pemerintah jika memang disusun untuk mengantisipasi ratifikasi atas konvensi tersebut. Dapat juga dilihat di http:www.kpk.go.idmodulesnewsarticle.php?storyid=2309, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009. 149 http:hukumonline.comdetail.asp?id=15030cl=Fokus, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009, ”Klarifikasi Opini Terhadap Uang Pengganti”, Meski tidak memenuhi persyaratan formil suatu putusan dan tidak sesuai dengan undang-undang, putusan pengadilan tipikor tidak cacat hukum. 150 http:hukumonline.comdetail.asp?id=17507cl=Berita, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009, ”Informasi Uang Pengganti Korupsi Tak Boleh Lagi Dirahasiakan”, Data umum mengenai uang pengganti selama ini dilaporkan Kejaksaan ke DPR. Kelak, publik juga dapat mengaksesnya, yang berarti dapat mengawasi pembayaran uang pengganti. Universitas Sumatera Utara Rp.10 triliun pada tujuh yayasan termasuk Yayasan Supersemar, namun upaya itu gagal karena Soeharto sakit dan dinyatakan tidak dapat diadili. 151 Pada tanggal 11 Mei 2006, Kejaksaan Agung mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Perkara SKP3 HM Soeharto dan mengalihkan upaya gugatan perdata oleh Jaksa Pengacara Negara untuk pengembalian aset negara yang telah dirugikan. Dalam hal pengembalian aset negara, maka Kejaksaan Agung Kejagung melalui Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Jamda TUN memerintahkan Direktorat jajarannya untuk bertindak sebagai Jaksa Pengacara Negara JPN. Kasus korupsi mantan Presiden Soeharto sudah ditutup akan tetapi langkah berikutnya adalah pengajuan gugatan perdata yang melibatkan tujuh yayasan milik Soeharto, di mana negara diwakili oleh Jaksa Pengacara Negara sedangkan Pak Harto diwakili oleh pengacaranya. 152 151 http:groups.yahoo.comgroupnasional-listmessage62822, diakses terakhir tanggal 30 Juli 2009. Dachmer, menegaskan permohonan sita jaminan tidak harus selalu disertai bukti otentik. Gugatan perdata terhadap Soeharto dan Yayasan Beasiswa Supersemar diajukan terkait dugaan penyelewengan dana pada yayasan tersebut yang sekaligus diketuai Soeharto. Menanggapi tersebut, Dachmer, menegaskan tidak ada ketentuan yang secara jelas mengatur format pengajuan gugatan provisi. Dachmer juga membantah sita jaminan sudah memasuki pokok perkara sehingga harus diabaikan oleh majelis hakim dan sita jaminan tidak masuk pokok perkara tersebut. Inti dari pokok perkara, Dachmer, adalah karena penyelahgunaan dana Yayasan Beasiswa Supersemar, sedangkan sita jaminan bertujuan untuk mencegar pelarian aset yayasan. 152 http:www.opensubscriber.commessagemediacareyahoogroups.com8329410.html, dikases terakhir tanggal 30 Juli 2009, Jaksa Agung Hendarman Supandji mengingatkan bahwa kasus pidana mantan Presiden Soeharto sudah ditutup demi hukum dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Penghentian Penuntutan SKPP pada Mei 2006 lalu oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang diperkuat oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 1 Agustus 2006. Istilahnya SKPP berdasarkan Pasal 140 Ayat 2 KUHAP artinya ditutup demi hukum. Suatu perkara pidana ditutup demi hukum itu karena alasan meninggal dunia, kadaluwarsa. Ini Kasus Soeharto karena sakit permanen yang dianggap sama dengan itu, lalu disahkan oleh Pengadilan. Menurut Jaksa Agung, SKPP tersebut diajukan dalam sidang praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan oleh Persatuan Pengacara, yang kemudian dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Jaksel pada Mei 2006. Universitas Sumatera Utara Tim Jaksa Pengacara Negara JPN bersikeras melakukan sita jaminan terhadap Yayasan Beasiswa Supersemar meski pihak Soeharto sebagai pemilik yayasan tersebut keberatan. 153 Ketua Tim JPN, Dachmer Munthe, dalam sidang gugatan penyalahgunaan dana beasiswa Supersemar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, menegaskan sita jaminan yang dituangkan dalam gugatan provisi diperlukan untuk mencegah penggelapan aset. JPN mengajukan sita jaminan terhadap aset berupa tanah dan bangunan gedung Granadi yang berlokasi di Jalan HR. Rasuna Said Kav. 8-9, Kuningan, Jakarta Selatan. 154 Sebelumnya, kuasa hukum Soeharto, Juan Felix Tampubolon, mengatakan bahwa permohonan sita sudah memasuki pokok perkara, berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung, katanya, permohonan provisi yang berisi pokok perkara tidak bisa diterima. Selain itu, Felix juga mengatakan permohonan sita tidak lengkap karena tidak disertai bukti-bukti otentik. 155 Yayasan tersebut pada awalnya bertujuan menyalurkan beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa kurang mampu sejak tahun 1978. Yayasan Supersemar menghimpun dana negara melalui bank-bank pemerintah dan masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1976 tentang Penetapan Penggunaan Sisa Laba Bersih Bank-Bank Milik Pemerintah, yang kemudian diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 373KMK.0111978, serta Pasal 3 Anggaran Dasar Yayasan Supersemar, seharusnya uang yang diterima disalurkan untuk 153 http:komisiyudisial.go.id, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009. 154 Ibid. 155 Ibid. Universitas Sumatera Utara beasiswa pelajar dan mahasiswa, namun pada praktiknya tidak demikian dan telah terjadi penyelewengan. Penyelewengan dana itu, menurut JPN, merupakan perbuatan melawan hukum sesuai Pasal 1365 KUH Perdata. Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan, ”Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Dalam hal negara sebagai pihak yang dirugikan oleh Soeharto karena melanggar hukum, maka wajib mengembalikan atau mengeanti kerugian tersebut. Oleh karena itulah maka Jaksa Pengacara Negara melakukan gugatan perdata untuk mengembalikan aset negara yang telah dirugikan Soeharto melalui Yayaasan Beasiswa Supersemar. Yayasan Beasiswa Supersemar menyalurkan beasiswa kepada pelajar-pelajar yang kurang mampu adalah suatu perbuatan yang mulia, akan tetapi dalam praktiknya uang yang bersumber dari Bank- Bank pemerintah untuk disalurkan sebagai bantuan sosial melalui beasiswa, telah dipergunakan oleh Soeharto untuk kepentingan nirlaba mencari keuntungan dengan cara memodalkan uang tersebut untuk mendapatkan laba dan laba yang diperoleh itupun tidak jelas kemana dipergunakan. Perbuatan Soeharto yang melanggar hukum tersebut belum juga dapat dipertanggungjawabkannya sampai beliau jatuh sakit hingga saat ini telah meninggal dunia. Beberapa aturan hukum menyatakan gugatan dapat dialihkan kepada ahli waris, 156 jika tergugat meninggal dunia. Aturan tersebut adalah Pasal 1194 KUH 156 http:www.republika.co.idonline_detail.asp?id=321609kat_id=23, Jangan Gunakan Istilah Jaksa Pengacara Negara. Kuasa hukum mantan Presiden Soeharto, OC. Kaligis, dkk, Universitas Sumatera Utara Perdata, serta keputusan Mahkamah Agung MA Nomor 53KSIP1967 dan 429KSIP1971. Inilah dasar dari majelis menetapkan supaya kedudukan tergugat digantikan oleh ahli warisnya.

D. Penerapan Aturan Gugatan Perdata Terhadap Pengambilan Aset Negara