desa. Pembagian tugas-tugas dilakukan dengan cara musyawarah dan menurut kesepakatan mereka masing-masing.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Upacara Ritual Pesta Bona Taon
Upacara ritual pesta Bona Taon dimulai pada pagi hari seiring terbitnya matahari. Hatobangon Ni Huta membuka acara ini dengan memanjatkan doa kepada
Debata Mulajadi Na Bolon ‘sang pencipta’. Acara ini berlangsung di lapangan onan. Adapun doa yang diucapkan Hatobangon Ni Huta adalah sebagai berikut:
“Ditonggo asa diparo Mulajadi Na Bolon, tondi ni ompu tu ulaon on. Binahen saring-saring ni ompung ta ma tu tambak na guminjang, tu ginjang ma parhorasan,
asa tu ginjang ma panggabean, patumpahon ni ompunta ma. Debata dohot tumpahon ni tondi ni angka raja di loloan.
Artinya adalah setelah diterjemahkan penulis kedalam terjemahan bebas bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
“Didoakan supaya didatangkan oleh Mulajadi Na Bolon rohnya ke dalam upacara ini. Dengan ditaruhnya tulang belulang nenek moyang kita, ke dalam
kampung ini, kiranya meningkatlah kemakmuran, keberhasilan dan kesejahteraan yang dikerjakan oleh Debata yang berbahagia, dan disokong oleh roh-roh para raja
yang hadir si sini”.
Doa ini secara langsung mengundang roh-roh nenek moyang untuk datang ke lapangan onan yang bertujuan agar memberkati seluruh kegiatan-kegiatan upacara
Universitas Sumatera Utara
ritual pesta Bona Taon yang akan segera dilaksanakan. .
Masyarakat desa Simarpinggan dalam tahap acara ini menyebut upacara Mala Debata. Yang menarik dalam upacara ini adalah karena sebutannya menyangkut
Debata Mulajadi, tertuju pada Debata ‘Tuhan’. Mala Debata berarti memberikan persembahan kepada Tuhan.
Jalannya upacara Mala Debata dilaksanakan dengan sederhana, yang diiringi musik gondang tanpa tarian. Upacara itu dilaksanakan ditempat keramat, tempat itu
disebut Onan ‘lapangan’. Dipanggung alam terbuka itu didirikan sebuah Joro ‘bangunan mini rumah tradisional’.
Adapun proses pelaksanaan ritual Mala Debata yang dilakukan masyarkat desa Simarpinggan adalah sebagai berikut:
Acara Mala Debata dilaksanakan dalam Joro yang bertempat di lapangan onan. Setelah gendang gondang dibunyikan, naiklah seorang wanita yang
sebelumnya sudah ditunjuk oleh Hatobangon Ni Huta ke dalam Joro tersebut. Si wanita tersebut memakai kain tudung putih sambil menggendong sebuah guci berisi
air pagar ‘air suci’ dan membawa seekor ayam dan tujuh lembar daun sirih beralas kain putih dengan sikap menyembah.
Di dalam Joro sudah tersedia setumpuk daupa ‘gabah’, yang ditempatkan dalam kuali tanah liat, diletakkanan diatas bara api.
Pada pelaksanaan ritual Mala Debata ini si wanita tadi, dibantu oleh empat orang laki-laki yang ditunjuk oleh Hatobangon Ni Huta.
Pertama-tama si wanita itu berkeliling tujuh kali dalam Joro. Wanita tersebut mengangkat ayam dan sirih di atas asap padi yang terbakar bara dan empat laki-laki
Universitas Sumatera Utara
itu bergiliran mengikuti gerak wanita itu di dalam Joro tersebut. Hatobangon Ni Huta memperhatikan gerakan mereka sambil membacakan doa kepada Debata Mulajadi
Na Bolon. Setiap wanita itu berkeliling satu putaran dan empat orang laki-laki yang
berkeliling dalam Joro tersebut, Hatobangon Ni Huta-pun mengucapkan doa-doanya. Adapun doa yang diucapkan Hatobangon Ni Huta kepada Debata Mulajadi
Na Bolon adalah sebagai berikut:
Adat do ugari
Sinihathon ni Mulajadi
Siradotan manipat ari
Siulahonon di siulu balang ari
Artinya dalam bahasa Indonesia setelah diterjemahkan penulis kedalam terjemahan bebas bahasa Indonesia adalah sebagai berikut; Adat adalah aturan yang
ditetapkan oleh Tuhan Pencipta, yang harus dituruti sepanjang hari dan tampak dalam kehidupan.
Selama upacara, semua pengetua-pengetua adat yang berperan serta dalam upacara itu, duduk dilokasi berbentuk setengah lingkaran yang menghadap ke Joro
tersebut. Hatobangon Ni Huta duduk di bagian tengah didampingi oleh empat pengetua-pengetua adat lainnya. Disebelah kiri dan kanannya duduk para pengetua-
pengetua adat desa Simarpinggan.
Universitas Sumatera Utara
Berikut di bawah ini gambar skema dari upacara ritual Mala Debata:
Pada pagi hari itu juga, masyarakat desa Simarpinggan sibuk mempersiapkan perlengkapan acara seperti: makanan, minuman dan tempat persembahan, serta
menunggu dan menyambut para tamu undangan yang datang dari tempat jauh.
Setelah upacara Mala Debata sudah selesai maka dilaksanakan acara selanjutnya adalah tahap penanaman bibit tanaman. Penanaman bibit tanaman ini
dipimpin oleh Hatobangon Ni Huta. Penanaman bibit tanaman ini dilakukan secara simbolis yang dilaksanakan di tempat dimana mereka bertani. Adapun yang
dilakukan masyarakat desa Simarpinggan dalam acara ini adalah seluruh masyarakat berkumpul dilokasi tempat penanaman bibit tanaman, lokasi tempat penanaman bibit
Joro
Pengetua adat Hatobangon Ni
Huta Pengetua adat
Pengetua adat
Universitas Sumatera Utara
tanaman ini ditentukan oleh Hatobangon Ni Huta dan pengetua-pengetua adat desa Simarpinggan.
Hatobangon Ni Huta membuka acara ini dimulai dengan mengucapkan mantra-mantranya kepada Debata Mulajadi Na Bolon Tuhan agar bibit tanaman
yang ditanam mereka subur dan hasil panenannya melimpah ruah, sambil memberikan cangkul kepada perwakilan marga-marga yang ada di Desa
Simarpinggan dan mengucapkan mantra-mantranya. Adapun mantra-mantranya yang dipanjatkan Hatobangon Ni Huta kepada Debata Mulajadi Na Bolon adalah sebagai
berikut: Tul tanjung holi ampe tu bulung bira
Luka pada tulang-tulang ditimpa kedaun talas Bisa ni tano bisa ni langit toh, lah, lah, lah, lah, lah, lah.....
Bisa tanah, bisa langit menjadi hilang, berkat Tuhan Selanjutnya para perwakilan marga-marga menanam bibit tanaman yang
sudah ditentukan lokasi penanaman bibit tanamannya sebelumnya. Adapun bibit tanaman yang ditanam seperti padi dan jagung maupun bibit tanaman yang dijadikan
sebagai usaha keluarga seperti bibit pohon karet, durian, sawit, kopi, coklat, dan lain- lain. Setelah acara ini selesai mereka kembali ke tempat pelaksanaan upacara ritual
pesta Bona Taon onan. Menjelang siang hari hewan persembahan yaitu seekor kerbau digiring ke
Onan untuk disembelih. Yang mengiring hewan persembahan ini adalah seoramg Pamuhai penyembelih hewan persembahan. Pada saat itu hewan persembahan dapat
kerasukan hingga meronta-ronta, diyakini kerbau itu tahu bahwa ia akan disembelih.
Universitas Sumatera Utara
Hewan kerbau bersifat profan tergambar dari pandangan masyarakat desa Simarpinggan bahwa kerbau merupakan hewan persembahan yang memiliki nilai
paling tinggi dibandingkan hewan lain. Setelah semua peralatan untuk menyembelih hewan persembahan sudah
dipersiapkan kemudian hewan persembahan dibawa berkeliling oleh seorang Pamuhai ke lapangan onan sebanyak tiga kali di tempat upacara ritual pesta Bona
Taon itu dilaksanakan, semua masyarakat yang hadir bersuka cita dan tanda suka citanya mereka melemparkan beras boras si pir ni tondi kepada yang mengiring
kerbau tersebut sambil bersorak horas…horas…horas….
Horas adalah salam khas orang Batak yang berarti selamat, salam sejahtera, yang kerap diucapkan dalam kehidupan sehari-hari bila dua orang atau lebih bertemu.
Horas bisa juga berarti selamat jalandatang, selamat pagisiangmalam dan lain lain yang maknanya baik. Karena populernya kata horas, orang-orang non Batak juga
sering mengucapkan kata tersebut jika bertemu dengan orang Batak. Kemudian setelah hewan persembahan tersebut sudah diikat maka semua
bersiap-siap untuk manortor menari. Adapun jenis gondang yang mengiringi tor-tor ‘tarian’ yang mereka bawakan dalam upacara itu adalah:
1. Gondang Alu-alu, gondang sebelum acara dimulai,
2. Gondang Mula-mula, gondang bahwa acara sudah dimulai,
3. Gondang Somba-somba, gondang ini ditujukan kepada Ompung Debata
Mulajadi Na Bolon maha pencipta,
Universitas Sumatera Utara
4. Gondang Elek-elek, gondang ini datang dari pihak hula-hula untuk mangelek
merayu parboru supaya tetap rajin karena mereka telah lelah dalam mempersiapkan segala kelengkapan upacara ritual pesta Bona Taon ini,
5. Gondang Marpangidoan, semua yang hadir dapat manortor menari serta
meminta kepada Ompung Debata Mulajadi Na Bolon supaya mendapat berkah,
6. Gondang Si Boru, diberikan khusus untuk pihak parboru untuk menari atau
manortor, 7.
Gondang Liat-liat, gondang ini merupakan simbolis mengelilingi dunia serta lambang persatuan,
8. Gondang Olop-olop, gondang ini adalah lambang ikrar bahwa semua telah
bersatu, dan 9.
Gondang Hasahaton, gondang ini bertujuan agar segala sesuatu yang diinginkan tercapai.
Pada saat ini juga hewan persembahan disembelih oleh seorang yang ahli untuk menyembelih hewan persembahan tersebut, masyarakat desa Simarpinggan
menyebut dia dengan julukan Pamuhai. Dimana dia adalah seorang perantara yang menyembelih hewan persembahan tersebut. Setelah hewan persembahan selesai
disembelih, dia langsung pulang tidak diperbolehkan melihat kebelakang lokasi upacara pesta Bona Taon. Datangnya dewa-dewa ditandai dengan datangnya angin
kencang, yang berarti hewan persembahan telah diterima.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap acara ini juga seluruh pelaku upacara ritual pesta Bona Taon mengadakan pembagian Jambar daging hewan persembahan dibagikan kepada yang
bersangkutan sesuai dengan aturan yang ada di Batak Toba.
Jambar adalah istilah yang sangat khas Batak. Kata Jambar menunjuk kepada hak atau bagian yang ditentukan bagi seseorang sekelompok
orang. Yaitu: hak untuk mendapat bagian atas hewan sembelihan jambar Pada pembagian jambar juhut hewan persembahan terdapat aturan tertentu
yang disebut ruhut papangan yaitu:
a. Kepala ulu dan osang 3 untuk raja adat.
b. Leher rungkung atau tanggalan untuk pihak boru.
c. Paha dan kaki soit untuk pihak dongan sabutuha.
d. Punggung dan rusuk panamboli somba-somba untuk pihak hula- hula.
e. Bagian belakang ihur-ihur untuk pihak hasuhuton.
Adanya aturan memberi perlakuan khusus pada Raja yaitu masyarakat desa Simarpinggan menjelaskan keberadaan tanduk kerbau sebagai ornamen rumah adat.
Perlakuan khusus kepada Hatobangon Ni Huta pemimpin adat adalah berupa pemberian bagian kepala hewan persembahan tersebut.
Mereka yakin bahwa daging yang didapat dari hasil persembahan akan menambah berkah bagi mereka yang memakannya. Setelah pembagian Jambar itu
selesai, maka upacara ritual pesta Bona Taon yang dilakukan masyarakat desa Simarpinggan pun selesai dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Fungsi Upacara Ritual Pesta Bona Taon pada Masyarakat Desa Simarpinggan.