Sistem Kekerabatan Sosial-Budaya Masyarakat Pelaku Upacara Ritual Pesta Bona Taon

Mereka menggunakan benda-benda tradisional yang dirakit sendiri, yang dapat berfungsi sebagai media penyampaian informasi kepada roh-roh dewa-dewa yang mereka percayai. Contoh yang lebih jelas dapat kita lihat dalam pemakaian gondang pargocci sewaktu upacara ritual pesta Bona Taon sedang berlangsung.

4.4. Sosial-Budaya Masyarakat Pelaku Upacara Ritual Pesta Bona Taon

“Tak kenal maka tak sayang” ini adalah peribahasa yang sangat dikenal dalam masyarakat Indonesia dan sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya mengenali sesuatu hal terlebih dahulu sebelum menganalisisnya. Oleh sebab itulah penulis untuk memaparkan sedikit tentang kondisi sosial- budaya masyarakat desa Simarpinggan selaku pelaksana upacara ritual pesta Bona Taon. Unsur-unsur sosial-budaya yang akan dipaparkan dalam skripsi ini adalah tentang sistem kekerabatan, propesi atau mata pencaharian, kepercayaan, bahasa, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam upacara ritual pesta Bona Taon. Pembahasan tentang unsur-unsur sosial-budaya ini, bertujuan agar kita mengetahui dasar pembentukan atau unsur-unsur pendukung terlaksananya upacara ritual pesta Bona Taon tersebut.

4.4.1. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan yang dimaksud disini adalah susunan kekerabatan yang melaksanakan upacara ritual pesta Bona Taon tersebut, dimana pelaku upacara ritual merupakan satu satuan kekerabatan. Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan sampai meninggal dalam tiga posisi yang disebut Dalihan Na Tolu. Universitas Sumatera Utara Tiga posisi penting dalam kekerabatan masyarakat desa Simarpingan, khususnya suku Batak Toba antara lain sebagai berikut: 1. Hula Hula adalah kelompok orang-orang yang posisinya di atas, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut Somba Marhula Hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. 2. Dongan Tubu adalah kelompok orang-orang yang posisinya sejajar, yaitu: temansaudara semarga sehingga disebut Manat Mardongan Tubu, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan. 3. Boru adalah kelompok orang-orang yang posisinya di bawah, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut Elek Marboru artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat. Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap suku Batak memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula-hula, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu dan ada saatnya menjadi Boru. Dengan Dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat. Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya. Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan sistem demokrasi orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai-nilai yang universal. Universitas Sumatera Utara Hal ini jugalah yang menjadi sebuah filosopi yang selalu diajarkan dan ditanamkan dalam kehidupan masyarakat desa Simarpinggan. Dan bukan hanya itu saja, segala ajaran kebaikan sopan santun dalam menolong sesama juga menjadi tradisi yang selalu dipegang masyarakat desa Simarpinggan. Upacara ritual pesta Bona Taon ini dilaksanakan oleh beberapa marga-marga. Marga-marga adalah pengelompokan berdasarkan gen dalam suku Batak. Situmorang, 2004: 81 Berdasarkan keterangan dari informan di Desa Simarpinggan, beberapa marga yang mengikuti atau melaksanakan upacara ritual Bona Taon ini adalah: 1. Marga Aritonang, 2. Marga Situmeang, 3. Marga Simatupang, 4. Marga Sihombing, 5. Marga Huta Barat, 6. Marga Huta Galung, 7. Marga Simanjuntak, dll. Namun, mereka juga menambahkan bahwa marga-marga yang disebutkan diatas merupakan marga-marga yang mayoritas ditemukan di Desa Simarpinggan tersebut, dan sesungguhnya masih banyak lagi marga-marga lain yang terdapat di daerah Simarpinggan yang mengikuti atau menjalankan upacara ritual pesta Bona Taon itu. Ada beberapa istilah yang digunakan ataupun dikenal dalam sistem kekerabatan dalam upacara ritual pesta Bona Taon ini. Yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Hatobangon Ni Huta orang yang dituakan di desa Simarpingganpengetua adat adalah pemimpin upacara ritual pesta Bona Taon dimana beliau telah diilhami oleh roh nenek moyangnya dan beliau jugalah yang menjadi media penyampaian berita-berita maupun perintah-perintah kepada masyarakat desa Simarpinggan khususnya suku Batak Toba, 2. Hula Hula adalah kelompok orang-orang yang posisinya di atas, yaitu keluarga marga pihak dari istri, 3. Suhut manghasanduthon adalah pihak yang mengadakan upacara ritual pesta Bona Taon, 4. Boru parboru adalah kelompok orang-orang yang posisinya di bawah, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah, 5. Pamuhai adalah seorang dukun sakti yang menyembelih hewan persembahan, dan 6. Natorop adalah peserta upacara beserta undangan dan pendatang.

4.4.2. Propesi atau Mata Pencaharian