Propesi atau Mata Pencaharian Kepercayaan

1. Hatobangon Ni Huta orang yang dituakan di desa Simarpingganpengetua adat adalah pemimpin upacara ritual pesta Bona Taon dimana beliau telah diilhami oleh roh nenek moyangnya dan beliau jugalah yang menjadi media penyampaian berita-berita maupun perintah-perintah kepada masyarakat desa Simarpinggan khususnya suku Batak Toba, 2. Hula Hula adalah kelompok orang-orang yang posisinya di atas, yaitu keluarga marga pihak dari istri, 3. Suhut manghasanduthon adalah pihak yang mengadakan upacara ritual pesta Bona Taon, 4. Boru parboru adalah kelompok orang-orang yang posisinya di bawah, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah, 5. Pamuhai adalah seorang dukun sakti yang menyembelih hewan persembahan, dan 6. Natorop adalah peserta upacara beserta undangan dan pendatang.

4.4.2. Propesi atau Mata Pencaharian

Adapun latar belakang profesi atau mata pencaharian masyarakat desa Simarpinggan pelaku upacara ritual pesta Bona Taon sesuai dengan hasil penelitian penulis adalah: 1. petani, 2. wiraswasta, 3. buruh, dan 4. pegawai negeri sipil. Universitas Sumatera Utara

4.4.3. Kepercayaan

Sebelum masyarakat Batak dimasuki agama, penduduk suku Batak khususnya Batak Toba tidak jauh berbeda dengan suku-suku lain di Indonesia, yakni tidak memiliki agama melainkan kepercayaan terhadap suatu benda maupun alam semesta. Mereka sangat menghormati unsur penguasa, tukang, datu, dan orang tua serta pengetua adat, yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Dilihat dari gaya kehidupan yang dipergunakan oleh seluruh masyarakat desa Simarpinggan, tercermin ketaatan mereka dalam mematuhi apa yang dikemukakan Hatobangon Ni Huta sebagai sumber keselamatan, dan orang yang dapat berhubungan dengan Tuhan Debata Mulajadi Na Bolon dengan segala kesaktian yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian sebagian besar masyarakat desa Simarpinggan telah memeluk agama tertentu seperti agama Kristen Protestan, Kristen Katolik. Pada upacara ritual pesta Bona Taon mereka semua turut mengambil bagian walaupun hanya sebagai peserta biasa saja. Selain itu, benda-benda peninggalan adat tradisional yang ditemukan di Desa Simarpinggan masih sangat alami dan benar-benar dipelihara dengan baik. Belum ada sentuhan modern maupun pengaruh agama lainnnya baik setelah masuknya Nomensen sebagai misionaris agama Kristen. Dimana mereka masih dikendalikan dipimpin oleh Hatobangon Ni Huta, terutama dalam pemujaan dan upacara ritual, serta persembahan yang berupa sesajen. Di Desa Simarpinggan, pencampuran nilai adat tradisional telah lama membudaya dalam kehidupannya. Salah satu contoh yang Universitas Sumatera Utara membuktikan tentang kepercayaan mereka adalah upacara ritual pesta Bona Taon, yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat desa Simarpinggan. Benda yang dipergunakan dalam upacara ritual pesta Bona Taon yang bercorak Batak seperti: gondang, pakaian Ulos, tempat persembahan dan tempat penyembahan; juga masih menggunakan cara tradisional seperti yang diajarkan leluhur mereka terhadap keturunannya. Dalam hal agama dan kepercayaan, adat-istiadat di Desa Simarpinggan tidak memaksakan harus memeluk agama atau kepercayaan tertentu. Seluruh anggota masyarakat bebas memilih agama yang dianutnya tanpa ada unsur paksaan. Hal ini karena tujuan utamanya adalah menciptakan kerukunan beragama dan terciptanya kesatuan bangsa dalam segala bentuk bhineka tunggal ika.

4.4.4. Bahasa