BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
berbangsa yang satu, semua suku bangsa Indonesia pada umumnya memiliki perbedaan dalam berbudaya. Perbedaan yang dimaksud adalah bahasa, sastra, dan
budaya. Masing-masing perbedaan yang terdapat dalam suku bangsa itu tetap dijaga dan dipelihara demi pengembangan ilmu bahasa, sastra, dan budaya.
Kebudayaan nasional harus dipelihara dan dikembangkan untuk menjalin kehidupan bangsa Indonesia yang bersatu. Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa
suku bangsa yang mempunyai kebudayaan tersendiri dan selalu mendukung perkembangan budaya nasional.
Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti aspek pada berbagai jenis prilaku atau tindakan antar individu maupun golongan secara utuh.
Perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan tidak terlepas dari masalah kesusastraan daerah, karena sastra daerah adalah salah satu modal memperkaya dan
memberikan sumbangan terhadap sastra Indonesia. Kebudayaan daerah sebagai kebudayaan bangsa yang perlu dipelihara agar
dapat memperkaya dan mewarnai kebudayaan nasional, karena kebudayaan daerah merupakan sumber paling potensial yang dapat memberikan corak dan karakteristik
kepribadian bangsa.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dilihat dalam Undang Undang Dasar UUD 1945 pasal 32 bagian penjelasan yang berbunyi:
“Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai upaya budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayan lama dan asli yang terdapat sebagai
kebudayaan daerah-daerah di seluruh Indanesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Upaya kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adat, budaya, dan
persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan dari kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajad
kemanusiaan bangsa Indonesia”. Kebudayaan tetap berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga
menghasilkan beragam budaya. Khasanah kekayaan budaya suku bangsa di Indonesia masih banyak dalam bentuk tidak tertulis lisan dan sebagian lainnya telah terhimpun
dalam data verbal. Berbagai kepercayan rakyat, adat istiadat, mitos, serta deskriptif tentang wujud
unsur-unsur tentang kebudayaan yang telah tergabung dalam folklor, masih banyak yang belum diketahui secara luas untuk dapat dicatat dan dibukukan.
Dalam tradisi Batak Toba, secara umum banyak memiliki jenis upacara adat. Saat ini tradisi yang dimiliki oleh nenek moyang Batak Toba itu masih ada yang
bertahan tetapi tidak dipungkiri telah banyak juga yang punah. Begitu pula dengan sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia dan daerah-daerah.
Kebudayaan daerah terangkum di dalam kebudayaan nasional. Salah satu dari kebudayaan itu adalah kebudayaan suku Batak Toba, sebagian besar suku Batak Toba
masih sangat memelihara kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai salah satu contoh dapat dilihat dalam upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat desa Simarpinggan kecamatan Sorkam kabupaten Tapanuli Tengah.
Masyarakat desa Simarpinggan adalah kelompok masyarakat Batak Toba yang berasal dari berbagai marga. Mereka masih melaksanakan tradisi sesuai dengan tradisi
lama yang diwariskan kepada mereka, seperti upacara ritual pesta Bona Taon yang dilakukan sejak zaman dahulu pada setiap tahunnya.
Upacara ritual pesta Bona Taon ini dilaksanakan ketika musim tanam tiba. Biasanya diselenggarakan di awal tahun sesuai dengan kalender pertanian tradisional
yang diumumkan oleh pemerintah setempat atas pemberitahuan Hatobangon Ni Huta orang yang dituakan di Desa Simarpingganpengetua adat. Upacara ritual ini sangat
penting dalam kebudayaan masyarakat desa Simarpinggan, dan telah dilaksanakan secara turun-temurun dan merupakan warisan budaya nenek moyang masyarakat desa
Simarpinggan. Sesungguhnya banyak hal mistik yang terdapat dalam upacara ritual pesta
Bona Taon ini. Salah satunya adalah upacara ini harus dilangsungkan di sebidang tanah ‘Onan’ yang dianggap keramat oleh masyarakat desa Simarpinggan karena
tanah itu dipilih sebagai tempat penguburan bersama, peradilan toguan, dan pasar. Tanah itu khusus dipilih pengetua-pengetua adat setempat sebagai tempat
berlangsungnya upacara ritual pesta Bona Taon tersebut. Adapun tujuan upacara ritual pesta Bona Taon ini adalah untuk berdoa kepada
Sang Maha Pencipta Debata Mulajadi Na Bolon dan mendoakan para leluhur yang terlebih dahulu meninggalkan mereka. Hal ini bertujuan agar kelak hasil panen
mereka semakin subur, rasa persaudaraan mereka semakin erat satu sama lain serta
Universitas Sumatera Utara
kehidupan yang makmur terwujud. Upacara ini juga diyakini dapat menghindarkan mereka dari musibah-musibah bencana alam seperti banjir, gempa, longsor, dan lain-
lain. Upacara ritual pesta Bona Taon yang dilaksanakan masyarakat desa
Simarpinggan pada saat ini, sangat jarang kita temui di daerah batak lainnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mendeskripsikan dan mengkaji tentang
upacara ritual pesta Bona Taon yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Simarpinggan kecamatan Sorkam sebagai tugas akhir penulis.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa penulis melihat ada kaitan yang erat antara upacara ritual pesta Bona Taon dengan folklor. Upacara tersebut
memperlihatkan corak khas kebudayaan daerah, khususnya suku Batak Toba. Disamping sebagai corak dan ciri khas, upacara tersebut sekaligus sebagai alat untuk
menjaga kelangsungan kebudayaan yang mereka miliki. Maka pada kesempatan ini, penulis menggunakan kajian folklor dalam
menganalisis upacara ritual pesta Bona Taon tersebut karena folklor mempunyai kelompok besar dalam upacara ini.
Adapun salah satu yang tergolong folklor dalam upacara ritual pesta Bona Taon ini adalah seperti kepercayaan rakyat masyarakat desa Simarpinggan yang
terdapat pada folklor lisan tentang kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat sering juga disebut ‘takhyul’. Takhyul adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan
Barat yang dianggap sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Danandjaja, 1986: 2
Universitas Sumatera Utara
Penulis tinggal di daerah Simarpinggan kecamatan Sorkam sehingga sering mengikuti dan menyaksikan upacara ritual pesta Bona Taon ini. Selain itu, penulis
juga adalah suku Batak. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis membuat judul “Upacara Ritual Pesta Bona Taon Pada Masyarakat Simarpinggan Kecamatan
Sorkam: Suatu Tinjauan Folklor”. Semoga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan bermanfaat terutama
dalam melestarikan budaya khususnya kebudayaan suku Batak Toba. Agar kekayaan kebudayaan di Indonesia dapat tercatat secara faktual.
1.2. Rumusan Masalah