BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Tahap Pelaksanaan Upacara Ritual Pesta Bona Taon pada Masyarakat Desa Simarpinggan
4.1.1. Pra-Upacara sebelum pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan upacara ritual pesta Bona Taon, ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu:
1. Sungkun Nipi
Sungkun nipi ini adalah tahap pelaksanaan dimana roh nenek moyang datang melalui mimpi kepada Hatobangon Ni Huta untuk menyampaikan pelaksanaan
upacara ritual pesta Bona Taon dan pada saat ini juga diberitahukan kapan waktu yang tepat untuk upacara ritual pesta Bona Taon itu dilaksanakan.
Yang dilakukan Hatobangon Ni Huta sebelum memimpikan para roh-roh nenek moyang masyarakat desa Simarpinggan adalah dengan cara menyediakan tiga
lembar daun sirih serta tiga rupa itak tepung beras yang dikepal yang tiga warna putih, kuning, merah ditempatkan dalam bakul kecil. Sebelum Hatobangon Ni Huta
tidur, sesajian sesajen itu didoakannya dengan mengucapkan mantra-mantranya, adapun isi mantranya adalah sebagai berikut: ‘Ale Ompung Mulajadi Na Bolon,
marpanghirimon do namangoloi jala namangulahon patik ni debata, nadapotsa do sogot hangoluan ni tondi asing ni ngolu ni diri on’.
Maksud dari mantra yang diucapkan Hatobangon Ni Huta adalah: “Mereka yang mematuhi dan melaksanakan Hukum Tuhan Yang Maha Esa,
Universitas Sumatera Utara
mempunyai harapan kelak memperoleh kehidupan yang abadi selain dari kehidupan dunia ini”.
Diyakini masyarakat desa Simarpinggan bahwa dalam mimpi Hatobangon Ni Huta akan bertemu dengan roh-roh penghuni alam semesta atau roh-roh leluhur yang
sudah mati yang disebut begu dalam bahasa Batak Toba untuk membicarakan kapan ditentukan hari yang baik untuk memulai upacara ritual pesta Bona Taon itu.
Setelah Hatobangon Ni Huta terbangun dari tidurnya dan sudah mendapat waktu yang tepat untuk hari pelaksanaan upacara ritual pesta Bona Taon yang akan
segera dilaksanakan oleh masyarakat desa Simarpinggan, kemudian Hatobangon Ni Huta menberitahukan kepada keluarga-keluarga terdekatnya, pengetua adat, dan
perwakilan marga-marga yang ada di Desa Simarpinggan. 2.
Marhusip Marhusip merupakan salah satu aktivitas yang penting dalam rangka
perencanaan pelaksanaan upacara ritual pesta Bona Taon. Arti harafiahnya Marhusip dalam bahasa batak Toba adalah berbisik. Penulis tidak tahu persis kenapa kata
Marhusip digunakan dalam kegiatan upacara ritual pesta Bona Taon ini, sebab pada hakekatnya dalam setiap pembicaraan, acara ini bukanlah berbisik bisik melainkan
berbicara normal seperti sediakala dan terkadang diselingi canda dan tawa. Dari pengalaman penulis setelah mengikuti upacara ritual pesta Bona Taon ini.
Pada tahap acara Marhusip ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini belumlah disaksikan secara terbuka oleh masyarakat umum kerabat-kerabat secara
keseluruhan namun terbatas hanya Hatobangon Ni Huta, perwakilan marga-marga, dan pengetua-pengetua adatlah yang hadir pada tahap acara ini.
Universitas Sumatera Utara
Proses pelaksanaan acara Marhusip yang dilakukan masyarakat desa Simarpinggan adalah sebagai berikut:
Para perwakilan marga-marga datang secara resmi menemui Hatobangon Ni Huta dengan membawa Sipanganon makanan dan tentunya kedatangan ini telah
disepakati dengan tujuan untuk membicarakan tentang pelaksanaan upacara ritual pesta Bona Taon yang akan dilaksanakan, sehingga Hatobangon Ni Huta
mengundang para pengetua-pengetua adat desa Simarpinggan untuk menerima kedatangan para perwakilan marga-marga yang ada di Desa Simarpinggan.
Sesampainya pengetua-pengetua adat dan perwakilan marga-marga di dalam rumah Hatobangon Ni Huta, pihak perwakilan marga-marga desa Simarpinggan
menyampaikan bahwa mereka datang dengan membawa Sipanganon makanan. Kemudian Hatobangon Ni Huta menyuruh salah satu pengetua adat untuk Manigat
pengertian Indonesianya membuka pembungkus disertai merapikan makanan yang dimaksud, lalu kemudian dipersiapkan hidangan untuk dimakan para undangan yang
telah hadir. Setelah makanan terhidang, salah satu pihak perwakilan marga-marga
mempersembahkan Pasahathon makanan Sipanganon yang dibawa oleh perwakilan marga-marga , makanan Sipanganon ini adalah seekor ikan mas yang
sudah dimasak dan diatur sedemikian rupa pada tempatnya, dipersembahkan kepada Hatobangon Ni Huta, dan disaksikan oleh pengetua-pengetua adat.
Hatobangon Ni Huta duduk berhadapan dengan salah satu perwakilan marga- marga yang akan memberikan makanan Sipanganon kepada Hatobangon Ni Huta,
sambil memegang tempat makanan Sipanganon tersebut, kemudian perwakilan
Universitas Sumatera Utara
marga tersebut mengucapkan sepatah kata, adapun sepatah kata yang diucapkannya berbentuk umpasa.
Adapun umpasa yang disampaikan salah satu perwakilan marga-marga kepada Hatobangon Ni Huta itu adalah sebagai berikut:
Sise do mula ni hata, sungkun mula ni uhum, ‘ramah tamah awalnya pembicaraan, pertanyaan awalnya peraturan’
Gokhon sipaimaon jou-jou sialusan. ‘undangan yang ditunggu panggilan yang dijawab’.
Kemudian Hatobangon Ni Huta membalas umpasa yang disampaikan salah satu perwakilan marga-marga itu dan didengarkan oleh semua yang hadir pada acara
tersebut. Adapun umpasa yang diucapkan Hatobangon Ni Huta yang ditujukan kepada perwakilan marga-marga itu adalah sebagai berikut:
Tuat ma na di dolok martungkot siala gundi Napinungka ni ompunta na parjolo
Tapa uli-uli bukan tai huthon sian pudi
Artinya: Turunlah yang di bukit bertongkat siala gundi, yang sudah dimulai leluhur kita terdahulu kita perbaiki dari belakang. Maksudnya: adat istiadat yang
sudah diciptakan dan diturunkan nenek moyang kita terdahulu kita ikuti sambil diperbaiki disesuaikan dari belakang.
Hatobangon Ni Huta selaku tuan rumah meminta agar yang membawakan doa makan pada tahap acara Marhusip adalah dari pihak perwakilan marga-marga sebab
Universitas Sumatera Utara
merekalah yang membawa makanan Sipanganon tersebut. Doapun dipanjatkan kepada Debata Mulajadi Na Bolon Tuhan, lalu kemudian semua yang hadir makan
bersama sama. Adapun doa yang disebutkan perwakilan marga-marga setelah diterjemahkan penulis ke dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut: ”Dangka ni arirang ma na peak di tonga ni huta on, badan ma na so ra sirang,
tondi ta namarsigonggoman”. ”Tangki ma jala ualang, galinggang jala garege, sai tubu ma di hita angka anak partahi, jala ulu balang dohot angka boru par mas jala
pareme”. ”Eme sitamba tua parlinggoman ni siborok, ompunta debata do silehon tua, sai horas ma hita di parorot”. ”Sahat-sahat ni solu sahat ma tu Tigaras, sahat ma hita
leleng mangolu, sahat gabe jala horas”.
Adapun tujuan doa salah satu pengetua adat kepada Debata Mulajadi Na Bolon adalah sebagai berikut:
Agar menjadi berkat bagi kami Ompung yang menyucikan tubuh dan jiwa kami di masa mendatang, supaya berlipat ganda yang baik bagi kami, berlimpah
kebijaksanaan seperti raja, termulia bersama istri yang tercinta, dan berilah pada kami anak-anak yang bijak dan pintar. Agar menyehatkan kami, menjadi obat dan
penangkal penyakit dan bahaya; perlindungan dan kekebalan pada kami, agar kami tidak tercemar dan terurapkan dari penyucian, yang tidak bisa dihukum.
Setelah selesai makan, Hatobangon Ni Huta memulai pembicaraan, dan menanyakan apakah maksud dan makna dari makanan Sipanganon yang
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh pihak perwakilan marga-marga kepada Hatobangon Ni Huta. Lalu perwakilan marga-marga menjawab bahwa makanan Sipanganon
tersebut merupakan Surung Surung dalam bahasa batak surung surung merupakan Jambar atau hak Raja yang tidak perlu dibagikan pada saat acara tersebut.
Adapun maksud dan tujuan dari pembicaraan mereka adalah tentang kesediaan Hatobangon Ni Huta pada upacara ritual pesta Bona Taon yang akan segera
dilaksanakan oleh masyarakat desa Simarpinggan.
Kemudian Hatobangon Ni Huta memberitahukan kepada pengetua-pengetua adat desa Simarpinggan tetua atau orang yang dihormati disekitar tempat tinggal
yang hadir juga dalam acara Marhusip tersebut, tentang maksud dan tujuan yang disampaikan oleh perwakilan marga-marga tersebut.
Lalu berdasarkan pertimbangan dari pengetua-pengetua adat desa Simarpinggan, permohonan perwakilan marga-marga tersebut dikabulkan, bahwa
Hatobangan Ni Huta sudah siap-sedia untuk melaksanakan upacara ritual pesta Bona Taon yang akan dilaksanakan masyarakat desa Simarpinggan. Maka acara Marhusip
selesai dilaksanakan setelah Hatobangon Ni Huta menjawab permohonan dari perwakilan marga-marga tersebut.
3. Martonggo Raja
Pada tahap acara Martonggo Raja ini adalah suatu kegiatan pra pestaacara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pestaacara
Universitas Sumatera Utara
yang bertujuan untuk: mempersiapkan kepentingan pestaacara yang bersifat teknis dan non teknis, pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah
ditentukan tidak mengadakan pestaacara dalam waktu yang bersamaan, memohon izin pada masyarakat sekitar atau penggunaan fasilitas umum.
Pada tahap acara ini, Hatobangon Ni Huta mengundang semua pengetua- pengetua adat seperti yang mewakili marga Aritonang, Situmeang, Sihombing,
Simatupang, Huta Barat, Huta Galung, Simanjuntak dan marga-marga lainnya yang ada di desa Simarpinggan. Maka dilaksanakanlah acara Martonggo Raja, pertemuan
ini dimaksudkan agar mereka menentukan tanggal pelaksanaan upacara ritual pesta Bona Taon serta mempersiapkan segala keperluan untuk melaksanakan acara tersebut.
Adapun proses pelaksanaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: Hatobangon Ni Huta menyediakan makanan Sipanganon untuk makan bersama.
Makanan Sipanganon yang disampaikan oleh Hatobangon Ni Huta kepada perwakilan marga-marga yang hadir bertujuan agar pelaksanaan upacara ritual pesta
Bona Taon dilaksanakan dengan baik dan sukses. Hatobangon Ni Huta mengatakan bahwa makanan Sipanganon tersebut merupakan Jambar bagi perwakilan raja-raja
yang tidak perlu dibagikan pada saat acara tersebut sambil mengucapkan sepatah kata berbentuk umpasa. Adapun umpasa yang disampaikan kepada perwakilan marga-
marga adalah sebagai berikut:
Margondang sitidaon, mangan hoda sigapiton
Universitas Sumatera Utara
‘Bergendang sitidaon, makan kuda sigapiton’ Tu jolo nilangkahon, tupudi sinarihon.
‘Melangkah kedepan, kebelakang dipikirkan’
Pada saat inilah dibagikan didistribusikan undangan kepada semua masyarakat desa Simarpinggan yang sudah ditentukan hari pelaksanaannya upacara
ritual pesta Bona Taon tersebut. Pada saat ini dipersiapkan apa saja yang dibutuhkan dan siapa yang melaksanakannya seperti persiapan panggung disediakan oleh
pemuda-pemudi masyarakat desa Simarpinggan, persiapan makanan dan minuman dipersiapkan dari pihak parboru, persiapan tempat penanaman bibit tanaman
dipersiapkan oleh suhut tuan rumah, tempat penyembelihan hewan persembahan dipersiapkan oleh pengetua-pengetua adat dan lain-lain.
Dan pada tahap acara ini juga dibicarakan tentang pembagian Jambar agar pada hari pelaksanaan tidak ada salah paham dalam pembagian hewan persembahan
yang akan disembelih yaitu seekor kerbau.
Setelah tahap acara ini selesai, kemudian mereka menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa upacara ritual pesta Bona Taon akan segera dilaksanakan.
Mereka juga meminta ijin dari pemerintah setempat untuk pelaksanaan upacara ini. Walaupun begitu, mereka tidak meminta untuk menjadikan hari pelaksanaan upacara
ritual pesta Bona Taon ini sebagai hari libur resmi lokal hari libur resmi di desa itu. Biasanya yang bertugas menyampaikan ini kepada pemerintah setempat adalah kepala
Universitas Sumatera Utara
desa. Pembagian tugas-tugas dilakukan dengan cara musyawarah dan menurut kesepakatan mereka masing-masing.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Upacara Ritual Pesta Bona Taon