Penyebab Terjadinya Masalah Pertanahan Mengenai Okupasi Di Atas lahan

tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam pasal 6 angka 1 huruf d disebutkan “menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang timbul selama ini…” Rachmadi Usman berpendapat bahwa sengketa merupakan kelanjutan dari konflik. Sebuah konflik akan berubah menjadi sengketa bila tidak dapat terselesaikan. Konflik dapat diartikan “pertentangan” di antara para pihak untuk menyelesaikan masalah yang apabila tidak terselesaikan dengan baik maka dapat mengganggu hubungan di antara mereka. Sepanjang para pihak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, maka sengketa tidak akan terjadi, namun bila terjadi sebaliknya, para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya, maka sengketa lah yang timbul. 58 Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai istilah tersebut di atas, maka istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah “masalah pertanahan mengenai okupasi di atas lahan HGU PTPN-IV”, yang mencakup pengertian adanya suatu persoalan, perselisihan, perbedaan pendapat antara para pihak yang berkepentingan maupun antara pihak dengan instansi Pemerintah menyangkut sumber daya tanah baik yang penyelesaiannya disampaikan kepada Pemerintah maupun diajukan melalui lembaga peradilan.

B. Penyebab Terjadinya Masalah Pertanahan Mengenai Okupasi Di Atas lahan

HGU PTPN-IV 58 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, h. 1. Akar masalah pertanahan di Indonesia adalah kenyataan bahwa luas tanah tidak pernah bertambah sedangkan manusia penghuninya terus bertambah yang diikuti dengan perkembangan masyarakat dengan berbagai kegiatan pembangunan yang senantiasa memerlukan tanah seperti halnya setiap pertambahan manusia itu. 59 Adanya ketimpangan antara keterbatasan sumber daya tanah dengan peningkatan kebutuhan manusia akan tanah merupakan penyebab yang alami terjadinya masalah pertanahan mengenai okupasi di atas lahan HGU PTPN-IV. Selain ketimpangan keadaan tersebut di atas masalah pertanahan mengenai okupasi di atas lahan HGU PTPN-IV tersebut juga disebabkan oleh ketidakserasian penggunaan tanah pertanian dengan tanah non-pertanian, kurangnya keberpihakan kepada masyarakat ekonomi lemah, kurangnya pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat hak ulayat dan lemahnya posisi masyarakat pemegang hak dalam pembebasan tanah. 60 Lutfi I Nasution juga menjelaskan bahwa konflik pertanahan yang semula disebabkan adanya benturan kepentingan berkembang antara lain berkaitan dengan : 1. nilai-nilai budaya, 2. adanya perbedaan penafsiran yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan UUPA yang merupakan ketentuan dasar pertanahan yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia, 59 Moh. Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Maga Media, Yogyakarta, 1999, h. 117. 60 Lutfi I Nasution, Op cit., h. 217. 3. adanya penyimpangan dalam implementasi peraturan pelaksanaan UUPA. 61 Badan Pertanahan Nasional juga mencatat bahwa dari tahun ke tahun kuantitas dan kualitas masalah pertanahan mengenai okupasi di atas lahan HGU PTPN-IV itu semakin meningkat, disebabkan : a. Terdapatnya persepsi dan kesadaran hukum yang beragam mengenai status kepemilikan tanah maupun status tanah tertentu di kalangan masyarakat maupun Pemerintah; b. Belum tertibnya administrasi pertanahan di masa lalu sebagai akibat dari perubahan kebijakan maupun sistem hukum pada masa kolonial yang pluralistik maksudnya dengan pengertian pada masa lalu pendidikan terlalu dibatasi, sehingga pengetahuan nya masih sangat rendah; c. Okupasi liar akibat kurangnya kesadaran hukum masyarakat untuk menghormati hak-hak orang lain atas tanah; d. Meningkatnya keperluan akan tanah untuk kepentingan pembangunan maupun dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia; e. Pengusahaan wilayah tertentu seperti wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan laut dangkal yang belum dikelola secara tertib melalui peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan; f. Belum terselenggaranya peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan tanah sebagaimana yang diharapkan. 62 61 Ibid., h. 216. Setiap konflik terjadi karena adanya permasalahan meski tidak setiap permasalahan menimbulkan konflik. Permasalahan tersebut muncul karena adanya perbedaan antara yang seharusnya das sollen dengan apa yang jadi kenyataan das sein atau perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi. Yang pertama berdimensi normatif, yakni aturan hukum yang semestinya dijalankan, pada prakteknya berbeda atau menyimpang dari yang seharusnya. Yang kedua berdimensi individual atau emosional, yakni keinginan-keinginan individu atau masyarakat ternyata tidak menjadi kenyataan. Antara keduanya saling berkait satu sama lain. 63 Secara umum, sumber sengketa dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu : 64 a. menghambat tujuan pribadi, b. kehilangan statuskedudukan, c. kehilangan otonomikekuasaan, d. kehilangan sumber-sumber, e. tidak mendapatkan bagian yang adil dari sumber-sumber langka, f. mengancam suatu nilai, g. mengancam suatu norma, h. kebutuhan yang berbeda dan berbenturan, i. kesalahpahaman atau salah mengerti, 62 Badan Pertanahan Nasional, Masalah Pertanahan dan Program Penyelesaiannya, Makalah disampaikan pada Rapat Terbatas di Istana Negara, tanggal 26 Mei 2003, h. 12. 63 A. Mukti Arto, Mencari Keadilan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, h. 29. 64 Ibid., h. 39-41. j. pembelaan harga diri dan lain sebagainya. Masing-masing sumber sengketa bisa berdiri sendiri, namun umumnya bersifat multi sumber. Sengketa tanah mencerminkan keadaan tidak terpenuhinya rasa keadilan bagi kelompok masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari tanah dan kekayaan alam lainnya atau sekedar untuk survive subsisten sebagai tempat tinggal atau tanah pertanian. Bagi petani, nelayan, masyarakat adat atau kaum miskin kota, penguasaan atas tanah adalah syarat keselamatan dan keberlanjutan hidup. Akan tetapi dari hasil penelitian saya, bahwa yang melatar belakangi munculnya permasalahan tanah di PTPN-IV, masyarakat sekitar kebun di wilayah PTPN-IV menuntut agar mengembalikan sebahagian areal yang diusahai PTPN-IV dengan dalih : a. Bahwa tanah yang dituntut oleh masyarakat dahulu milik orang tua mereka, namun masyarakat tidak dapat menunjukkan bukti alas hak kepemilikan. b. Bahwa penguasaan tanah oleh masyarakat berdasarkan Kartu Registrasi Penggarapan Tanah yang didukung Undang-Undang Darurat No. 8 tahun 1958. 65 Kemudian PTPN-IV menyikapi permasalahan ini dengan melakukan musyawarah dengan masyarakat, namun apabila permasalahan lahan tidak mendapat penyelesaian pihak PTPN-IV menyarankan melalui jalur hukum di Pengadilan. 65 Wawancara dengan Bapak Benny Alfian, Kaur Hukum dan Pertanahan, tanggal 01 Juli 2009 Disamping itu, adapun bentuk dan sifat permasalahan tanah di PTPN-IV terdiri dari : 66 a. Sengketa Areal dikuasai PTPN-IV seluas……. = 3.977,00 Ha 1. Kab. Simalungun seluas……………………. …… = 1.634,00 Ha 2. Kab. Serdang Bedagai seluas………………. …… = 221,00 Ha 3. Kab. Tapanuli Selatan seluas……………………. = 2.122,00 Ha b. Okupasi Areal dikuasai masyarakat seluas…………. = 553,50 Ha 1. Kab. Simalungun seluas…………………….….. = 301,50 Ha 2. Kab. Langkat seluas……………………………. = 252,00 Ha Disamping itu juga, adapun SK. HGU masing-masing kebun yang ada permasalahan tanahnya, misalnya : A. Kabupaten Simalungun a. Bahwa tanah yang dimohon perpanjangan jangka waktu HGU dikenal dengan nama perkebunan Bah Jambi, terletak di Kecamatan Huta Bayu Raja dahulu Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, berdasarkan sertifikat tanggal 24 Agustus 1981 nomor 1Bah Jambi II seluas 4.209 Ha, berstatus HGU, semula tercatat atas nama Perusahaan Negara Perkebunan VII, dan pada tanggal 25 Juni 1997 telah dibalik nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV; diperoleh berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Agraria tanggal 26 Juni 1976 nomor SK. 66 Wawancara dengan Bapak Sofyan Hadi, Staf Pegawai Bagian Pertanahan, tanggal 01 Juli 2009 23HGUDA76, dan haknya telah berakhir pada tanggal 31 Desember 2001. b. Bahwa yang dijadikan dasar balik nama tersebut adalah Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1996 Jo. Akta Notaris Harun Kamil, SH tanggal 11 Maret 1996 nomor 37 yang menyatakan bahwa PN. Perkebunan VII PT. Perkebunan VII sebagai pemegang HGU, bersama dengan PT. Perkebunan VI dan PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi “Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan Nusantara IV”, yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 8 Agustus 1996 nomor C2-8332.HT.01.01.TH.96, didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat I Sumatera Utara tanggal 16 September 1996 nomor 02151100086. c. Bahwa terhadap tanah perkebunan tersebut setelah diadakan pengukuran kembali secara kadasteral luasnya 3.755 Ha, yang di dalamnya terdapat tuntutan masyarakat seluruhnya seluas 181,23 Ha, garapan masyarakat seluruhnya seluas 11,81 Ha dan fasilitas umum seluruhnya seluas 3,56 Ha berupa 6 lokasi SD Negeri seluas 2,28 Ha, 1 lokasi irigasi seluas 0,73 Ha, 1 lokasi tanah wakaf kuburan seluas 0,37 Ha, dan gereja seluas 0,18 Ha, sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang Tanah tanggal 9 Desember 2000 nomor 27092000. d. Bahwa Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara dalam suratnya tanggal 5 Nopember 2001 nomor 593.41120F, menyatakan bahwa perkebunan Bah Jambi termasuk kebun kelas I satu. e. Bahwa Panitia Pemeriksaan Tanah Panitia B Propinsi Sumatera Utara dalam Risalahnya tanggal 28 Desember 2001 nomor 12PPTB2001, menyatakan bahwa diatas tanah yang dimohon terdapat tuntutan masyarakat seluruhnya seluas 181,23 Ha Jaruddin Sirait dkk. seluas lebih kurang dari 60 Ha, Justin Silalahi seluas lebih kurang dari 44 Ha, Jumah bin Rajab dkk. seluas lebih kurang dari 67,25 Ha, Saimun Sinaga seluas lebih kurang dari 9,98 Ha. Tidak dikeluarkan dari areal yang dimohon, sedangkan garapan masyarakat seluruhnya seluas 11,81 Ha dan fasilitas umum seluruhnya seluas 3,56 Ha 6 lokasi SD Negeri seluas 2,28 Ha, 1 lokasi irigasi seluas 0,73 Ha, 1 lokasi tanah wakaf kuburan seluas 0,37 Ha, dan gereja seluas 0,18 Ha atau seluruhnya seluas 15,37 Ha, dikeluarkan dari areal yang dimohon, sehingga berkesimpulan permohonan tersebut dapat diberikan HGU atas tanah seluas 3.739,63 Ha 3.755 Ha- 15,37 Ha, sebagaimana diuraikan pada Peta Bidang Tanah tanggal 9 Desember 2000 nomor 27092000. f. Bahwa Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara dalam suratnya tanggal 20 Maret 2002 nomor 540.47432002, menyampaikan pertimbangan setuju diberikan perpanjangan jangka waktu HGU atas tanah perkebunan seluas 3.739,63 Ha yang sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang Tanah tanggal 9 Desember 2000 nomor 27092000. g. Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 Jo. Undang-undang Nomor 20 tahun 2000 pasal 3 ayat 1 dan surat Direktur Jenderal Pajak tanggal 26 Oktober 2001 nomor S- 981Pj.62001, terhadap pemohon tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mengingat pemberian perpanjangan hak ini tidak ada perubahan subyek hak. h. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dipandang telah cukup alasan untuk mempertimbangkan pemberian perpanjangan jangka waktu HGU atas tanah Kebun Bah Jambi kepada PT. Perkebunan Nusantara IV. 67 B. Kabupaten Langkat a. Bahwa tanah yang dimohon perpanjangan jangka waktu HGU seluas 6.475 Ha dikenal dengan nama perkebunan Sawit Langkat, terletak di Kecamatan Stabat sekarang Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara, berdasarkan sertifikat tanggal 16 Juli 1996 berstatus HGU nomor 11996 seluas kurang lebih dari 10.000 Ha, tercatat atas nama PPN, Aneka Tanaman VI, diperoleh 67 Data dari Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 14HGUBPN2003 Tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu HGU Atas Tanah Terletak Di Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, tanggal 01 Juli 2009 berdasarkan surat Keputusan Menteri Agraria tanggal 31 Januari 1996 nomor SK.1HGU66, yang telah berakhir haknya tanggal 15 Juli 1991. b. Bahwa terdapat perbedaan luas tanah yang dimohon seluas 6.475 Ha dengan luas tanah yang masih tercatat dalam sertifikat seluas kurang lebih dari 10.000 Ha berdasarkan Berita Acara tentang perubahan luas pada sertifikat HGU nomor 11996 terdaftar atas nama P.P.N. Aneka Tanaman VI yang dibuat Kepala Kantor Agraria dan Kepala Seksi Pendaftaran Tanah pada Kantor Agraria sekarang Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat, menyatakan bahwa berdasarkan hasil peninjauan lapangan tanggal 29 s.d. 31 Maret 1986, dan dengan berdasarkan pada petagambar sebidang tanah perkebunan Sawit Langkat yang dibuat oleh Sub Direktorat Pendaftaran Tanah, Direktorat Agraria Propinsi Sumatera Utara tanggal 8 April 1983 PLL Nomor 71983, luas efektif dari tanah perkebunan tersebut adalah seluas 7.375,6 Ha, karena tanah garapan rakyat yang ada dalam areal perkebunan tersebut telah dikeluarkan, dan berdasarkan surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara bulan September 1998 Nomor 610.2.2210251998 menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengukuran secara kadasteral luas tanah kebun Sawit Langkat menjadi seluas 6.475 Ha, sebagaimana diuraikan dalam Peta Gambar Situasi Khusus Nomor 14402IV1997 disebabkan adanya Daerah Aliran Sungai seluas 154,1 Ha yang dikeluarkan, dan terdapatnya perbedaan jarak sisi antara peta lama PLL Nomor 7 tahun 1983 dengan Peta Baru Peta Gambar Situasi Khusus Nomor 14402IV1997 yang mengakibatkan berkurangnya seluas 746,5 Ha atau berkurang seluruhnya seluas 900,1 Ha. c. Bahwa PPN, Aneka Tanaman VI sebagai pemegang hak berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1968 dilebur menjadi PN. Perkebunan VIII, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1972, dialihkan bentuknya menjadi PT. Perkebunan VIII, dan selanjutnya PT. Perkebunan VIII bersama-sama dengan PT. Perkebunan VI dan PT. Perkebunan VII dilebur menjadi “Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan Nusantara IV” berdasarkan Pertauran Pemerintah Nomor 9 tahun 1996 Akta Notaris Harun Kamil, SH tanggal 11 Maret 1996 Nomor 37, yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 8 Agustus 1996 Nomor C2- 8332.HT.01.01.TH.96, didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat I Sumatera Utara tanggal 16 September 1996 Nomor 02151100086. d. Bahwa Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara dalam suratnya tanggal 24 Oktober 2005 Nomor 525951F, menyatakan bahwa Kebun Sawit Langkat berdasarkan Hasil Klasifikasi termasuk kebun Kelas II Baik. e. Bahwa berdasarkan Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah Konstatering Rapport Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara tanggal 24 Maret 2006 Nomor 09PPTKR2006, menyatakan bahwa terhadap garapan masyarakat yang dikuasai secara fisik di lapangan seluaskurang lebih dari 301,5 Ha diusulkan untuk ditangguhkan dari pemberian HGU sampai ada penyelesaiannya, sehingga berkesimpulan dapat menyetujui pemberian perpanjangan jangka waktu HGU atas tanah yang dimohon seluas 6.173,5 Ha. f. Bahwa terhadap tanah yang dimohon setelah dilakukan pengukuran secara kadasteral dengan menangguhkan garapan masyarakat seluas kurang lebih dari 301,5 Ha luasnya menjadi 6.173,5 Ha, sebagaimana diuraikan dalam Salinan Peta Gambar Situasi Khusus tanggal 24 Maret 2006 Nomor 14402IV1997. g. Bahwa Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara dalam suratnya tanggal 28 Maret 2006 Nomor 540- 505 menyampaikan pertimbangan setuju diberikan perpanjangan jangka waktu HGU kepada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero atas tanah seluas 6.173,5 Ha. h. Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 Jo. Undang-undang Nomor 20 tahun 2000 pasal 3 ayat 1 dan surat Direktur Jenderal Pajak tanggal 26 Oktober 2001 Nomor S- 981Pj.62001, terhadap pemohon tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mengingat perpanjangan jangka waktu HGU ini tidak ada perubahan subyek hak. i. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dipandang telah cukup alasan untuk mempertimbangkan pemberian perpanjangan jangka waktu HGU selama 25 tahun atas tanah yang dimohon kepada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero. 68 C. Kabupaten Tapanuli Selatan a. Bahwa tanah yang dimohon HGU oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Persero berdasarkan Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah Konstatering Rapport Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara tanggal 24 April 2007 Nomor 04PPTKR2006 adalah tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, yang semula telah diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Haknya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Cq. Direktur Jenderal Agraria tanggal 19 April 1988 Nomor SK. 33HGUDA88 dan Surat Keputusan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 11 Mei 1999 Nomor 46HGUBPN99, tetapi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 11 Mei 1999 Nomor 46HGUBPN99 tersebut tidak dipenuhi kewajibannya 68 Data dari Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 16HGUBPN2006, Tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu HGU Atas Tanah Terletak Di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara, tanggal 01 JUli 2009 oleh pemohon sampai jangka waktunya berakhir, sehingga Surat Keputusan tersebut batal demi hokum dan tanahnya kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. b. Bahwa tanah yang dimohon HGU oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Persero tersebut merupakan Kawasan Pengembangan Produksi KPP dan Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lain KPPL, terletak di Desa Ampolu, Kecamatan Sosa dan Desa Huta Raja Lama, Panyabungan serta Tanjung Ale, Kecamatan Huta Raja Tinggi dh. Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara dan telah dilakukan pengukuran secara kadasteral seluas 7.294,20 Ha, sebagaimana diuraikan dalam Peta Situasi tanggal 13 Desember 2007 Nomor 2021987 seluas 2.175 Ha dan Peta Situasi tanggal 13 Desember 2007 Nomor 2031987 seluas 5.119,20 Ha yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara. c. Bahwa terhadap tanah yang dimohon seluas 7.294,20 Ha terdapat garapan masyarakat seluas 400,39 Ha dan fasilitas umum berupa SMP, SD, dan jalan umum seluruhnya seluas 10,7 Ha yang dikecualikan dari pemberian HGU, sehingga yang dapat diberikan HGU adalah seluas 7.294,20 Ha- 400,39 Ha + 10,7 Ha = 6.883,11 Ha. 69 d. Bahwa berdasarkan Surat Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara tanggal 9 Mei 2007 Nomor 525.26394F, memberikan klasifikasi Kebun Kelas I dengan kategori Baik Sekali terhadap Kebun Sosa. e. Bahwa Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 5 Juni 2007 Nomor 540-1104 menyampaikan pertimbangan setuju diberikan HGU kepada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero atas tanah yang dimohon tersebut. f. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, permohonan hak dimaksud telah memenuhi peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah, sehingga dapat dipertimbangkan untuk dikabulkan. 69 Data dari Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 77- HGU-BPN RI-2008, Tentang Pemberian HGU Atas Nama PT. Perkebunan NUsantara IV Persero Atas Tanah TErletak Di Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara, tanggal 01 Juli 2009

BAB III PENYELESAIAN MASALAH PERTANAHAN