pelaksanaan peraturan secara konsekuen dan konsisten, sedang sengketa perdata berkenaan dengan masalah tanah pada umumnya diselesaikan melalui pengadilan,
baik melalui Peradilan Umum maupun Peradilan Tata Usaha Negara.
73
B. Mekanisme Penyelesaian Masalah Pertanahan Yang Ditempuh Oleh PTPN-
IV Dalam Kasus Tuntutan Masyarakat Atas Areal HGU
Sebagaimana diuraikan pada bab terdahulu bahwa setiap masalah pertanahan dapat diselesaikan melalui pendekatan yuridis berdasarkan peraturan perundangan
yang ada sehingga hasil akhirnya diperoleh kepastian hukum, misalnya bila ada tuntutangarapan rakyat di atas areal perkebunan, maka penyelesaiannya diupayakan
oleh perusahaan perkebunan sebagai pemegang hak, bila tidak dapat dituntaskan maka dapat dilakukan penyelesaiannya oleh instansi pertanahan maupun pihak ketiga
lainnya yang bertindak selaku mediatorfasilitator melalui pendekatan musyawarah mufakat, apabila upaya musyawarah mengalami jalan buntu atau tidak tercapai kata
mufakat, disarankan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan. Artinya setiap masalah pertanahan diselesaikan oleh Pemerintah secara
yuridis sebagai konsekwensi dari amanat konstitusi pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan UUPA dalam rangka pengaturan pemanfaatan tanah dengan menentukan hubungan-
hubungan hukum antara subyek hak dengan sumber daya tanah untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat termasuk dalam penyelesaian masalah pertanahan
dalam memberikan jaminan kepastian, oleh karena itu tidak dibenarkan penyelesaian
73
Ibid., h. 170.
dengan cara-cara politis seperti pemberian legalisasi atau rekomendasi kepada kelompok tertentu oleh lembaga di luar instansi pertanahan yang pada akhirnya
menimbulkan ketidakpastian hukum. UUPA sebagai suatu hukum yang juga tentunya dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah pertanahan dengan cara melaksanakan ketentuan yang ada dalam kenyataan kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan. Akan tetapi pada
kenyataannya bahwa apa yang diatur secara formal dalam kaedah-kaedah hukum terutama dalam UUPA tersebut tidak selalu diikuti secara seksama.
74
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan
telah dibentuk Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan pada instansi Badan Pertanahan Nasional, yang diberi tugas :
1. Menerima dan mencatat semua sengketa pertanahan yang diterima, baik berupa
surat gugatan, pengaduan tertulis maupun secara lisan. 2.
Meneliti masalah yang disengketakan untuk menentukan tim kerja yang akan ditugasi menelaah dan merumuskan kebijaksanaan dan atau langkah-langkah
penyelesaian sengketa yang bersangkutan. 3.
Mengusulkan pembentukan Tim Kerja Pengolah Sengketa Pertanahan dan mempersiapkan surat penugasannya.
74
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1978 h. 249.
4. Memonitor tahap-tahap penyelesaian sengketa secara periodik dan
memperingatkan Tim Kerja Pengolah Sengketa Pertanahan mengenai penanganan sengketa yang belum diselesaikannya.
5. Secara periodik membuat laporan mengenai penyelesaian sengketa yang diterima
kepada pejabat pimpinan instansi Badan Pertanahan Nasional. Apabila berdasarkan pertimbangan Sekretariat Penanganan Sengketa
Pertanahan diperlukan penanganan secara koordinatif, maka dibentuk Tim Kerja Pengolah Sengketa Pertanahan yang bertugas :
1. Menelaah secara mendalam sengketa pertanahan yang bersangkutan
2. Berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait
3. Merumuskan penyelesaian sengketa yang bersangkutan
4. Menangani permasalahan sengketa yang berupa gugatan terhadap Pemerintah
atau instansi Badan Pertanahan Nasional. Mekanisme Kerja Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan adalah :
1. Mencatat dan meneliti permasalahan sengketa tersebut dan merumuskan untuk
menangani sendiri sengketa yang bersangkutan apabila masalah tersebut dipandang sebagai sengketa yang sederhana dan mengusulkan dibentuknya Tim
Kerja Pengolah Sengketa Pertanahan untuk menangani sengketa pertanahan yang dianggap rumit dan untuk merumuskan penyelesaiannya diperlukan keikutsertaan
pejabat lain. 2.
Dalam hal Sekretariat Penanganan Sengketa memutuskan untuk merumuskan sendiri penyelesaian permasalahan sengketa yang diterimanya, maka ditugaskan
anggota sekretariat untuk merumuskan penyelesaian sengketa tersebut dan menyiapkan suratdokumen yang perlu dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
dengan menetapkan batas waktu penyelesaiannya. 3.
Dalam hal Sekretariat memutuskan untuk mengusulkan dibentuknya Tim Kerja Pengolah Sengketa Pertanahan, maka tim diberi tugas untuk meneliti secara
mendalam permasalahan yang bersangkutan dan apabila diperlukan mengadakan koordinasi dengan instansi lain, meminta informasi dari instansi terkait atau
pihak-pihak yang berkepentingan dan mengadakan peninjauan lapangan. 4.
Tim mengusulkan kebijaksanaan penyelesaian sengketa dan langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakannya kepada pimpinan instansi Badan
Pertanahan Nasional dan menyiapkan keputusan, instruksi atau suratdokumen lain yang perlu dikeluarkan.
Mekanisme penyelesaian masalah pertanahan tersebut di atas hanya sebagai pedoman. dalam prakteknya, mekanisme tersebut tergantung pada data masalahnya,
apakah permasalahan yang rumit atau hanya sederhana saja. Namun sekalipun telah ada mekanisme penyelesaian masalah pertanahan, pada prinsipnya penyelesaian
masalah pertanahan tetap mengutamakan cara musyawarah mufakat sebagai penyelesaian yang paling bijaksana dan optimal hasilnya.
Akan tetapi disadari bahwa tidak semua permasalahan pertanahan dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat, jalan penyelesaian tergantung kemauan
para pihak untuk memilih jalur yang dianggap sesuai dan menguntungkan, dengan catatan, cara apapun yang ditempuh harus berlandaskan pada hukum yang berlaku.
Namun menurut hasil penelitian saya, bahwa proses mekanisme penyelesaian permasalahan lahan HGU di PTPN-IV dilakukan dengan ganti-rugi
tanam tumbuh dan melalui jalur hukum.
75
C. Penyelesaian Masalah Pertanahan Yang Ditempuh Oleh PTPN IV Dalam