Perlindungan Hukum Terhadap kreditur Bank

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Sebagai lembaga perantara keuangan, Bank sangat membutuhkan para kreditur untuk berperan dalam memaksimalkan usahanya. Sebab hampir seluruh dana operasional suatu Bank diperoleh dari masyarakat sebagai kreditur Bank. Secara umum telah diketahui bahwa kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary berjalan dengan baik. 121 Pertumbuhan sebuah bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana simpanan masyarakat baik skala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. 122 Dana-dana bank yang dipergunakan sebagai modal operasional, bersumber dari modal sendiri, dana pinjaman dari luar, dana masyarakat. 123

D. Perlindungan Hukum Terhadap kreditur Bank

Dengan demikian dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan dalam hal ini dikategorikan sebagai pihak kreditur, sangat berperan dalam mendukung operasional perbankan. Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Perbankan jatuh ke titik terendah, pada saat terjadinya likuidasi terhadap 16 bank pada tahun 1997. Masyarakat sangat 121 Muchdarsyah Sinungan, Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000 Jakarta, Rineka Cipta, 1994 hlm 155. 122 Ibid, hlm 159 123 Ibid, hlm 160 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 khawatir akan keamanan dan keselamatan dananya yang ada di Bank. Apakah dapat ditarik atau dikembalikan secara utuh dari bank. Keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank, karena semata- mata dilandasi oleh kepercayaan yang tinggi bahwa uangnya akan diterima kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Sejarah menunjukkan, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain bahwa ada beberapa bank yang mengalami kesulitan dan terpaksa ditutup sehingga merugikan masyarakat karena sebagian atau bahkan seluruh dananya tidak dapat diperoleh kembali. 124 Kenyataan tersebut dapat menimbulkan pemikiran bagaimana menjaga kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan melindungi dananya dengan menyelenggarakan opersional bank dengan sebaik-baiknya. 125 1. Perlindungan secara implisit implicit deposit protection; Sebab dana masyarakat yang merupakan kreditur terbesar bank mempunyai peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila dilihat struktur neraca bank dari sisi kreditpasiva, maka kreditur bank adalah seluruh pos-pos yang bersumber dari kegiatan bank berupa penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito berjangka dan transaksi-transaksi lainnya yang berupa penghimpunan dana masyarakat. Berdasarkan Peraturan Perbankan Indonesia, hukum memberikan tempat bagi nasabah untuk melindungi dirinya dengan cara: 124 Adrian Sutedi, op.cit 157 125 Muchdarsyah Sinungan, op.cit hlm 162 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 2. Perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection. Namun apabila diperhatikan Undang-undang Perbankan, perlindungan hukum kepada kreditur hanyalah dilakukan secara implisit, akan tetapi, demi kelangsungan bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan sistem perbankan pada umumnya, perlindungan itu haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh. 126 Transaksi bank berupa penghimpunan dana tersebut apabila dilihat dari kacamata hukum tunduk pada hukum penitipan yang diatur dalam KUH Perdata. Berbicara tentang penghimpunan dana yang merupakan titipan masyarakat, tentunya Bank Indonesia sebagai lembaga yang melakukan pembinaan dan pengawasan guna menjaga kelangsungan usaha bank menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas yang berhubungan dengan kinerja bank. Disamping itu sebagai upaya preventif melindungi kepentingan bank atas risiko kredit macet yang mungkin timbul, bank wajib melakukan analisis secara seksama terhadap seluruh aspek usaha dan calon debitur, melakukan pengikatan jaminan secara sempurna serta melakukan tindakan hukum dalam menyelesaikan kredit macet. Bahkan tindakan pengamanan lainnya, misalnya bank sejak menerima barang jaminan kredit dari nasabah atau penjamin telah mewajibkan kepada debitur untuk mengasuransikannya kepada perusahaan asuransi kerugian yang dikehendaki oleh Bank. 126 Adrian Sutedi, op.cit hlm158. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 masyarakat selaku nasabah adalah pihak yang menitipkan, dapat mengambil kembali uang yang sama ketika ia menitipkan uang terdahulu, sedangkan bank tidak berkewajiban untuk memberikan bungajasa kepada penitip. Akan tetapi tentang hal ini dapat dikesampingkan dengan memperjanjikan secara tegas bahwa bank memberikan bungajasa kepada sipenitip. Dalam kaitan dengan perlindungan kepentingan-kepentingan nasabah dalam kegiatan bank di bidang penghimpunan dana masyarakat, kiranya perlu dipikirkan pembentukan suatu lembaga yang dapat menjamin bahwa dana masyarakat yang disimpan pada bank terjamin pengembaliannya. 127 1. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan Undang-undang No.10 tahun 1998 jo. Undang-undang No.7 tahun 1992 Dengan demikian menurut sistem perbankan di Indonesia, perlindungan kepada kreditur bank secara implisit implicit deposit protection diimplemtasikan dalam bentuk : 2. Perlindungan yang dihasilkan dari pengawasan dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 3. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya. 4. Memelihara tingkat kesehatan bank. 127 Pada tanggal 22 September 2004, telah didirikan Lembaga Penjaminan Simpanan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2004, yang menyebutkan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang dicantumkan pada pasal 4, pasal 5, pasal 6 dan pasal 7 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 5. Menjalankan usaha dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. 6. Melakukan pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah 7. Mengelola usaha secara transparan dan selalu menyajikan laporan risiko pada nasabah. 128 Sedangkan perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection, yaitu perlindungan yang diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat. Apabila diteliti lebih jauh, secara filosofi bahwa perlindungan kepada masyarakat penyimpan dana tidak dapat dipisahkan dengan upaya menjaga kelangsungan bank sebagai lembaga pada khususnya sehingga pada akhirnya menjaga dan melindungi sistem perbankan nasional. Bank yang tetap dapat menjaga kelangsungan usahanya dan tetap tangguh menghadapi persaingan perbankan yang semakin ketat dewasa ini adalah bank yang mampu menjaga tingkat kesehatannya dengan baik. Suatu bank yang sehat dan tangguh otomatis dapat mengamankan dana masyarakat yang berhasil dihimpunnya. Disamping perlindungan terhadap nasabah melalui ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengawasan, pembinaan, tingkat kesehatan dan prinsip kehati- hatian, dalam Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 jo No.7 Tahun 1992, 128 Adrian Sutedi, op.cit hlm 167 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 terdapat ketentuan-ketentuan lain yang mendukung upaya perlindungan terhadap nasabah : 1. Pada proses pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. 2. Merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin dari Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Dalam kejelasan yang mengatur merger, konsolidasi dan akuisisi bank tersebut, dengan tegas dinyatakan pelaksanaannya tidak boleh merugikan kepentingan nasabah. 3. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dunia perbankan, kecuali untuk kepentingan perpajakan, peradilan dalam perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank. 4. Ketentuan sanksi pidana dan administratif dalam Undang-undang Perbankan ini jauh lebih berat dan lengkap dari undang-undang Perbankan yang lama. Hal ini dimaksudkan untuk lebih terbentuknya ketaatan yang tinggi terhadap undang-undang ini dalam rangka melindungi nasabahnya. 129 129 Adrian Sutedi, op.cit hlm 169 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Pada perlindungan hukum yang bersifat implisit, kreditur bank mendapat perlindungan dari terjadinya kesalahan atau kelalaian yang terdapat pada bank yang berakibat timbulnya tanggung jawab perdata yang berhubungan dengan kepengurusan bank tersebut. Apabila kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi akibat pengurus melakukan kegiatan diluar kewenangan yang telah diatur dalam anggaran dasar perusahaan maka hal itu menjadi tanggung pribadi pengurus. Sedangkan apabila tindakan pengurus telah sesuai dengan kewenangannya maka menjadi tanggung jawab perusahaan. Pertanggungjawaban tersebut dapat dimintakan oleh para kreditur berdasarkan ketentuan 1365 KUH Perdata. Dalam Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1999 ayat 2 huruf a disebutkan bahwa untuk memperoleh kembali dana yang disimpannya termasuk bunganya, maka pada dasarnya nasabah merupakan pihak konkuren yang mendapat perhatian pertama untuk dibayarkan dari penjualan harta kekayaan bank yang ada, sehingga nasabah yang dirugikan oleh suatu bank yang bermasalah dan dilikuidasi dapat meminta hak atas dananya dengan menggugat ke pengadilan, baik secara class action maupun perorangan. 130 1. Melalui penyerahan, yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan, dan Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 2. Melalui kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus. 130 Adrian Sutedi, op.cit hlm 170 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir hutang, bagi kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara pro-rata. Sedangkan likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan penipuan oleh debitur, pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu. Pasal 54 ayat 1 Undang-undang LPS menyebutkan: pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan danatau penagihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a. Penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang terutang; b. Penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai; c. Biaya pekara di pengadilan, biaya lelang yang terutang dan biaya operasional kantor; d. Biaya penyelamatan yang dikeluarkan LPS danatau pembayaran atas klaim Penjaminan yang harus dibayarkan oleh LPS; e. Pajak yang terutang; Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 f. Bagian simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dibayarkan penjaminannya dan simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dijamin; dan g. Hak dari kreditur lainnya;. Dana masyarakat yang disimpan pada bank berdasarkan perjanjian apakah itu perjanjian membuka rekening giro, tabungan dan deposito yang pada intinya nasabah dapat mengambilnya sewaktu-waktu atau dikembalikan bank dengan jangka waktu tertentu dan bank memberikan imbalan bunga danatau jasa sehingga dapat dikategorikan bahwa bank melakukan pinjaman dana kepada nasabah. Nasabahpenyimpan sebagai kreditur dan bank sebagai debitur. Berdasarkan keadaan ini dapat dikaji bagaimana keberadaan kreditur nasabahpenyimpan dalam KUH Perdata. Dalam Bab XIX KUH Perdata diatur tentang piutang-piutang yang diistimewakan. Pasal 1131 menyebutkan : Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak , baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan atas segala perikatannya perseorangan. Kemudian pasal 1132 menyebutkan bahwa Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang syah untuk didahulukan. Pasal 1134 KUH Perdata menyatakan “ Hak istimewa Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya semata-mata berdasarkan sifatnya piutang. Gadai dan hipotek adalah lebih tinggi dari pada hak istimewa kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya. Dalam bagian ketiga tentang hak-hak istimewa atas semua benda-benda bergerak pada umumnya, pada Pasal 1149 KUH Perdata, antara lain ditegaskan bahwa piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya ialah yang disebutkan di bawah ini, piutang mana dilunasi dari pendapatan penjualan benda-benda itu menurut aturan sebagai berikut : 1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek. 2. Biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk mengurangi jika biaya terlampau tinggi. 3. Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan. 4. Upah para buruh selama tahun lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun sedang berjalan, beserta kenaikan upah. 5. Piutang karena penyerahan baha-bahan makanan yang dilakukan kepada si berutang beserta keluarganya, selama waktu enam bulan terakhir. 6. Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun penghabisan 7. Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang tertampu terhadap sekalian wali dan pengampu mereka. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Apabila dikaitkan dengan seluruh ketentuan di atas, kelihatannya simpanan nasabah tidaklah termasuk piutang yang diistimewakan, akan tetapi utang-piutang biasa, yang berarti dalam penyelesaian kewajiban bank akan dibayarkan setelah pemegang gadai dan hipotek. Akan tetapi biasanya, suatu bank yang dinyatakan pailit, hartanya tidak cukup untuk membayarkan seluruh utangnya sehingga ada kemungkinan seseorang yang mempunyai piutang tidak bisa mendapatkan kembali uangnya. Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ditentukan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian itu. Apabila pihak bank melakukan opersaionalnya secara tidak benar antara lain tidak menjalankan prinsip kehati-hatian, sehingga merugikan deposan sebagai kreditur bank, maka pihak bank tentunya harus mengganti uang yang dititipkan deposan kepadanya. Gagalnya suatu upaya penyelamatan sebuah bank, memaksa Bank Indonesia mencabut izin operasi PT. Bank Global International Tbk pada 13 Januari 2005, dan selanjutnya menempatkan bank tersebut dalam status likuidasi. Pencabutan izin Bank Global kembali menempatkan Pemerintah Republik Indonesia dalam keadaan dilematis. Pengalaman pahit ditutupnya 52 lima puluh dua bank umum belum hilang sirna, telah terjadi 3 tiga kali penutupan bank, yaitu Bank Asiatic, Bank Dagang Bali dan terakhir adalah Bank Global. Pemerintah kembali dibuat pusing, Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 dikarenakan Program Penjaminan Pemerintah, yang sedianya akan segera diakhiri, harus kembali berperan guna menjamin simpanan nasabah. Para nasabah yang tidak masuk dalam kriteria Program Penjaminan mencoba mencari jalan guna mendapatkan haknya kembali, dan salah satunya adalah dengan suatu upaya hukum kepailitan. Tentu saja dengan harapan, apabila bank yang saat ini dalam status dilikuidasi dapat diubah statusnya menjadi pailit, maka tim likuidasi yang dibentuk dan diawasi oleh Bank Indonesia menjadi tidak bergigi dan perannya digantikan oleh kurator dan hakim pengawas. Salah satu kasus yang terbaru dan masih hangat dalam ingatan kita adalah upaya hukum kepailitan yang diajukan oleh sebagian nasabah Bank Global yang tidak dijamin berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah merupakan suatu peristiwa hukum yang langka dan menarik untuk disimak. Pada tingkat pertama, hakim kepailitan tidak mengabulkan permohonan pailit yang diajukan, dan di tingkat kasasi, hakim Mahkamah Agung kembali tidak mengabulkan permohonan kasasi kepailitan yang diajukan oleh nasabah. Saat ini kasus telah diajukan Peninjauan Kembali oleh nasabah yang bersangkutan, dan masih dalam pemeriksaan oleh Mahkamah Agung. Menarik untuk dibicarakan bahwa, pemohon pailit menyampaikan argumen kepada majelis hakim Pengadilan Niaga, bahwa PT. Bank Global International Tbk Dalam Likuidasi sudah bukan bank, alias sudah menjadi suatu perseroan terbatas, dikarenakan izin operasi sebagai bank sudah dicabut oleh Bank Indonesia. Argumen pemohon pailit juga dikuatkan oleh beberapa saksi ahli dalam bidang hukum, seperti Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Prof. DR. Erman Rajaguguk SH, mengatakan bahwa status sebagai bank sudah tidak melekat kembali pada Bank Global karena sudah dicabut izin operasionalnya oleh Bank Indonesia. Lebih jauh lagi, Prof. DR. Erman Rajaguguk juga menambahkan bahwa Rezim Undang-undang Perbankan berlaku pada waktu bank itu masih beroperasi belum dicabut izin usahanya namun kalau sudah dicabut izin usahanya menjadi PT dalam likuidasi yang tunduk pada rezim kepailitan, dan Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU juga termasuk untuk bank dalam likuidasi. Namun demikian, pada saat didengarkan kesaksian Saksi Ahli Ibu Ratnawati W. Prasodjo, SH yang merupakan salah satu orang pembuat Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tidak sependapat dengan Prof. DR. Erman Rajaguguk. Ibu Ratnawati mengatakan secara tegas bahwa dilihat secara interpretasi historikal, Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU tidak diperuntukkan bagi bank dalam likuidasi. Dalam pendapatnya lebih lanjut, Ibu Ratnawati juga menegaskan bahwa secara yuridis positif, dan merupakan ketentuan yang lex specialis derogat legi generali, berlaku Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Syarat, Tata Cara Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan likuidasi Bank. Sehingga dengan demikian, khusus suatu Bank, koridor hukum yang digunakan adalah koridor likuidasi bank menurut UU Bidang Perbankan, bukan kepailitan. 131 131 Dirangkum dan disarikan berdasarkan bahan dari http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=17876cl=berita diakses tanggal 21 Mei 2009. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Bagaimanapun, khusus bank, berlaku secara lex specialis derogat legi generali, yang berlaku adalah koridor hukum mengenai perbankan. Mengapa demikian, karena bank merupakan suatu badan usaha khusus untuk menarik dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Selain hal tersebut patut juga diingat, bahwa untuk suatu perseroan terbatas, selain berlaku UU PT, juga berlaku peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai keberadaan dan jalannya perseroan terbatas dimaksud. Dengan demikian, suatu perseroan terbatas yang merupakan bank, akan tetap berstatus sebagai bank walaupun sudah dilikuidasi, dan berlaku koridor hukum dibidang perbankan.

BAB IV PELAKSANAAN REKAPITALISASI PT.BANK SUMUT