Peranan Perbankan Dalam Perekonomian Nasional

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

KREDITUR BANK

A. Peranan Perbankan Dalam Perekonomian Nasional

Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia telah menerbitkan serangkaian regulasi. Regulasi tersebut mengesankan “tanggung jawab” Bank Indonesia untuk mengamankan dana masyarakat yang disimpan pada Bank di Indonesia. Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian dan peningkatan standar taraf hidup. 88 88 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economic of Money, Banking, Financial Market, Fifth Edition, Singapore: Addison-Wesley, 1998, hal. 226, yang mengatakan bahwa bank memainkan Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Fungsi lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan secara cepat efisien dan aman. Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan pembeli barang dan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk pembayaran tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi dimaksud tidak akan berjalan. 89 Di setiap negara, fungsi bank merupakan ”jantung” dari pasar uang. Fungsi bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan. Pada waktu itu pihak penguasa telah memanfaatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai ambisi mereka. 90 peran penting dalam menyalurkan dana dari nasabah penyimpan kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien. 89 E. Gerald Corrigan, “Central Bank and the Financial System”, paper presented to a Symposium of Central Banking Issues in Emerging Market-Oriented Economic, Sponsored by the Federal Reseve Bank of Kansas City, Jackson Hole, Wyoming, USA, August 23-25, 1990, hal. 25. Lihat juga Michael A. Raffanti, “Erosian of ‘Subtle Hazard’ Analysis Joepardizes Safety and Soundness of the Banking System: Securities Industry Association v. Board of Governors”, Boston College Law Review May 1989, hal. 938, yang mengatakan bahwa kompleksitas sistem pembayaran termasuk kliring dan electronic fund transfer membuat keamanan dan kesehatan bank menjadi penting dalam menjaga integritas sistem tersebut. 90 Pada tahun 1335 Raja Edward III dari Inggris tidak mampu membayar kredit yang diterimanya dari bankir Florentine sebesar 1,5 juta gold florins untuk membiayai kampanyenya di Perancis. Lowell L. Briyan, Bankrupt: Restoring the Health and Profitability of Our Banking System, New York: Harper Business, 1991, hal. 10. Berdasarkan fungsi bank tersebut yang sangat krusial bagi perekonomian suatu negara, maka keberadaan aset bank, paling tidak karena dua alasan; Pertama, meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi, dan Kedua, mencegah terjadinya bank runs and panics. Di samping itu kepercayaan masyarakat diperlukan pula karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya sekaligus. Pentingnya kepercayaan Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 ini tercermin dari ucapan Presiden Franklin D. Roosevelt; ”after all, there is an element in the reajustment of our financial system more important than currency, more important goal, and that is the confidence of the people”. 91 Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Negara Indonesia misalnya telah mengalami babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang- undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. 91 Diucapkan pada tanggal 12 Maret 1933 sewaktu mengumumkan berakhirnya bank holiday akibat terjadinya krisis perbankan di Amerika Serikat. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. Bank merupakan institusi kepercayaan. Di institusi itu, masyarakat menyimpan dananya untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit. Peran institusi perbankan begitu penting. Tidak heran bila otoritas perbankan membuat berbagai rambu untuk perbankan. Bahkan, regulasi di sektor perbankan terbilang paling lengkap dibandingkan dengan institusi keuangan lain. Hal itu wajar. Sebab, jika perbankan mengalami permasalahan, dampaknya akan dirasakan sektor lain, seperti dunia usaha, yang akhirnya akan berpengaruh pula pada perekonomian negara. Karena itu, institusi perbankan mesti dikelola secara hati-hati prudent oleh manajemen yang profesional, berdedikasi tinggi, dan dijalankan secara jujur. Bila tidak, kepercayaan nasabah terhadap bank bersangkutan akan berkurang. Kedudukan Bank Indonesia sebagai badan hukum oleh undang-undang diakui secara tegas. Begitu juga halnya dengan independensi Bank Indonesia secara tegas diakui pula oleh undang-undang. Bahkan Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen keempat, menyatakan, “Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang-undang”. 92 92 Pasal 23 D Undang-Undang Dasar 1945. Oleh undang-undang diakui pula kedudukan Bank Indonesia Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 sebagai badan hukum 93 dan Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Akan tetapi menurut Bagir Manan, “Bank Indonesia sebagai badan hukum menjadi ganjil kalau dihubungkan dengan Bank Indonesia sebagai lembaga negara. Sebagai lembaga negara, Bank Indonesia adalah organ penyelenggara organisasi negara. Negaralah yang merupakan badan hukum, bukan organnya”. 94 Adapun dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya, 95 sebab menurut Bagir Manan, “sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia selain melakukan fungsi publik, tetap dapat menjalankan fungsi keperdataan”, 96 dalam arti bisa menjadi pihak. Sehingga dengan kedudukan sebagai badan hukum ini, Bank Indonesia selain sebagai otoritas yang mempunyai kewenangan dalam membuat keputusan, Bank Indonesia juga dapat mempunyai standar dan pedoman tersendiri dalam memberikan kemudahan dan memberikan pembatasan dalam lingkup wewenangnya seperti dalam hal Bundesbank menurut Stern, “…it’s designation as an authority is aplicable only to a very restricted extent”, 97 93 Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 94 Bagir Manan ,“ Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral“ Monograph,2000 hal. 8. 95 Penjelasan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo penjelasan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 96 Bagir Manan : 2000, Op. Cit, hlm 9. 97 Klaus Stern , The Note-Issuing Bank within the State Structure, in Deutsche Bundesbank ed: Fifty Years of the Deutsche Mark, Central Bank and the Currency in Gemany since 1948, Oxford University Press,1999 hlm 110. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 Dalam melihat Bank Indonesia sebagai badan hukum jika dihubungkan dengan teori principal-agent, maka Bank Indonesia dalam menjalankan fungsinya harus dilihat sebagai lembaga yang terpisah dari pemerintah. Dengan independensi yang diberikan oleh undang-undang, Bank Indonesia bebas dari campur tangan pemerintah, meskipun dalam penjelasan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, tidak ditegaskan lagi bahwa Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lain, sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999. Selain itu harus pula disandarkan kepada ide dan philoshopy yang melatar belakangi ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya ketentuan Pasal 23 yang mengatur keuangan yang diatur dalam satu kerangka kesatuan antar pemerintah dan Bank Indonesia. Dengan demikian, maka kedudukan Bank Indonesia sebagai badan hukum harus dilihat dan diartikan sebagai bagian yang pada hakekatnya tidak terpisahkan dari pemerintah terutama dalam hal pengaturan keuangan negara. Kalau merujuk kepada Bundesbank sebagaimana dikemukakan oleh Klaus Stern, maka pernyataan pada Bundesbank Act, “…Federal corporation under public law” adalah merupakan pernyataan bahwa Bundesbank sebagai bagian dari eksekutif. 98 98 Ibid. Hal ini semakin tegas lagi kalau dihubungkan dengan ketentuan yang mengatur hubungan Bank Indonesia dan pemerintah sebagaimana diatur oleh Bab VIII yaitu dari Pasal 52 Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 sampai dengan Pasal 56, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. Akan tetapi oleh Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Bank Indonesia, kepada Bank Indonesia diberikan independensi dan independensi ini harus dilihat hanya terbatas dalam menetapkan kebijakan moneter. Sebagaimana dikemukakan oleh Miller, tujuan menempatkan bank sentral yang independen dengan maksud agar kebijakan moneter yang ditetapkan adalah kebijakan yang ditetapkan untuk jangka panjang dan terlepas dari pengaruh dan tekanan politik jangka pendek. 99 Sehingga terpisahnya fungsi Bank Indonesia dari pemerintah harus dilihat sebagai pemisahan fungsi sebagaimana dikemukakan oleh Barber. 100 Di sini fungsi Bank Indonesia adalah menjalankan kebijakan moneter, mengingat Bank Indonesia lebih berpengalaman dan keahlian dalam masalah moneter. Hal ini sejalan dengan pemikiran seperti yang dikemukakan oleh Lastra dan Miller, bahwa dalam menjalankan kebijakan moneter ini, bank sentral secara tehnis dianggap lebih mempunyai pengalaman dan keahlian dibandingkan dengan pemerintah, sebagaimana pengadilan dianggap lebih mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan interpretasi terhadap hukum. 101 99 Geoffrey P. Miller, “An Interest-Group Theory of Central Bank Independence, Journal of Legal Studies, vol. XXVII, 433-453, 1998 hal. 449. 100 N.W. Barber, “Prelude to the Separation of Powers, C.L.J., 60 1, March 2001, 59-88, hal. 73. 101 Rosa Maria Lastra and Geoffrey P. Miller, Central Bank Independence in Ordinary and Extraordinary Times dalam Jan Kleinman ed, Central Bank Independence, The Economic Foundations, the Constitutional Implications and Democratic Accoutability, Kluwer International 2001, hal.40. Atau seperti juga dikatakan oleh Arend Lijphart, Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 “Central banks are key governmental institutions that, compared with the other main organs of government,….” 102 Sehingga mandat yang diterima oleh Bank Indonesia harus dianggap sama dengan mandat yang diterima oleh lembaga peradilan sebagaimana dikemukakan oleh Wood, Mills dan Capie. 103 Artinya Bank Indonesia akan membuat keputusan-keputusan secara independen sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, maka keputusan Bank Indonesia yang dianggap tidak populer tidak dapat dijadikan alasan oleh pemerintah untuk menyatakan Bank Indonesia telah keliru dalam mengambil keputusan, sebagaimana pemerintah tidak dapat mempersalahkan lembaga peradilan yang membuat keputusan yang tidak populer. 104 Ini dapat bermakna sebagaimana dikemukakan oleh Sparve, jika bank sentral menetapkan satu keputusan yang keliru, maka kebijakan itu yang seharusnya diubah, bukan independensi bank sentralnya yang dihilangkan. 105 Semangat penerapan Good Corporate Governance GCG di kalangan perbankan mulai marak setelah industri perbankan dilanda krisis. Banyak kalangan sepakat bahwa salah satu penyebab rusaknya perekonomian adalah rapuhnya perbankan nasional. Ketika itu, pengelolaan perbankan tidak dilakukan dengan 102 Arend Lijphart, Patterns of Democracy, Yale University Press 1999, hal. 232. 103 Geoffrey E. Wood, Terence C. Mills, Forrest H. Capie, “Central Bank Independence: What is It and What Will It Do For Us”?, Institute of Economic Affairs,1993, hal. 11. 104 Robert Sparve , Supervisory Boards in Some Central Banks, Paper Contribution to the IMF Seminar on Current Developments in Monetary and Financial Law, Washington D.C., May 7-17 2002, hal. 9. 105 Loc. cit. Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. BANK SUMUT, 2009. USU Repository © 2009 prinsip kehati-hatian. Padahal, istilah prudential banking prinsip kehati-hatian sudah lama dikenal. Tapi, memang, penerapannya masih jauh dari harapan. 106 Dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance disebutkan bahwa sebagai lembaga kepercayaan, dalam operasionalnya, bank harus menganut prinsip keterbukaan transparancy, akuntabilitas accountability, tanggung jawab responsibility, keobjektifan dalam pengambilan keputusan independency, serta kewajaran fairness. Untuk memenuhi lima prinsip tersebut, dalam aspek keterbukaan, bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, jelas, akurat, dapat dibandingkan, serta mudah diakses stakeholders sesuai dengan haknya. Kesadaran tersebut muncul karena sebelum krisis, penerapan prinsip GCG belum disadari sepenuhnya oleh kalangan perbankan. Padahal, perbankan merupakan lembaga intermediasi yang memiliki karakteristik berbeda dengan perusahaan lain pada umumnya. Sebab, dalam operasionalnya, bank menghadapi banyak risiko, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko reputasi. Kondisi ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan perbankan perlu mengimplentasikan GCG. 107

B. Jenis-Jenis Kreditur Bank