Subtipe Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah 1. Definisi

Psychosocialwork- organisational factors Job content +0 Worktime pressure +0 Job control +0 Social support +++ Job dissatisfaction +++ Individual factors Age +0 Socio-economic status +++ Smoking ++ Medical history +++ Gender +0 Anthropometry +0 Physical activity +0 Sumber: Op De Beeck dan Hermans, 2000

2.2.4. Subtipe

Nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut Duthey, 2013. 1. Kronik, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama lebih dari 7-12 minggu, atau setelah masa penyembuhan atau nyeri punggung berulang yang secara intermiten memengaruhi individu selama periode waktu yang panjang. 2. Akut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama kurang dari 12 minggu. 3. Subakut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama 6 minggu sampai 3 bulan. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Patofisiologi

Menurut Harsono dan Soeharso 2009, salah satu karakteristik nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung bawah miogenik, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan hipersensitif. Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula Harsono dan Soeharso, 2009. Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi suatu lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan ketidakmampuan bergerak Harsono dan Soeharso, 2009. Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan. Tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi. Otot yang hipersensitif akan’menciptakan’ satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu target area. Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu trigger point. Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman Harsono dan Soeharso, 2009. Pasien umumnya menceritakan riwayat serangan-serangan nyeri transien dan berkurangnya mobilitas tulang belakang secara bertahap. Walaupun pasien cenderung mengaitkan masalahnya dengan kejadian mengangkat barang atau Universitas Sumatera Utara membungkuk, herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik Hartwig dan Wilson, 2012. Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami herniasi nukleus pulposus. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia dari 90 pada masa bayi menjadi 70 pada lanjut usia; Schwartz, 1998. Selain itu, serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nukleus pulposus melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis. Umumnya herniasi paling besar kemungkinannya terjadi di daerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak hubungan lumbosakral dan servikotorakalis Hartwig dan Wilson, 2012. Gambar 2.5 Compression of L5 and S1 roots by herniated disks Sumber: Engstrom, 2006 Sebagian besar herniasi diskus terjadi di daerah lumbal di antar-ruang lumbal IV ke V L4 ke L5 atau lumbal kelima ke sakral pertama L5 ke S1. Arah tersering herniasi bahan nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf di daerah lumbal miring ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara L5 dan S1 lebih mempengaruhi akar saraf S1 daripada L5 seperti yang diperhitungkan. Herniasi diskus antara L4 dan L5 menekan akar saraf L5 Hartwig dan Wilson, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.2.6. Gejala