Habitat Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur

4.2 Habitat Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur

Sebaran Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur berdasarkan habitat tempat tumbuh dapat dilihat pada Tabel 4.2. Habitat tumbuh bambu liar di lokasi pengamatan berupa hutan sekunder, lahan terbuka, pinggir sungai dan lereng. Sedangkan habitat tumbuh bambu budidaya berupa pekarangan masyarakat dan kebun masyarakat. Tabel 4.2. Habitat Bambu Di Sumatera Utara Bagian Timur No Genus Jenis Habitat Liar Budidaya HS LT PS LR PM KM 1 Bambusa Bambusa blumeana. - √ √ - - - 2 Bambusa glaucescens. - - - - √ - 3 Bambusa glaucophylla. - - - - √ - 4 Bambusa vulgaris. √ √ √ - √ - 5 Bambusa multiplex. - √ √ - √ - 6 Dendrocalamus Dendrocalamus asper. √ √ √ - - √ 7 Gigantochloa Gigantochloa atroviolacea √ √ - - - - 8 Gigantochloa atter. - - √ - - - 9 Gigantochloa achmadii. - √ √ √ - √ 10 Gigantochloa pruriens. √ √ √ - - √ 11 Gigantochloa robusta. - √ √ - - √ 12 Schizostachyum Schizostachyum bracycladum. - √ √ √ - √ 13 Schizostachyum zolingeri. - √ √ √ - - 14 Schizostachyum sp. - √ √ - - - 15 Thyrsostachys Thyrsostachys siamensis. - - - - √ - Keterangan : HS : Hutan Sekunder LT : Lahan Terbuka PS : Pinggir Sungai LR : Lereng LB : Lembah PM : Pekarangan Masyarakat KM : Kebun Masyarakat Tabel 4.2. menunjukkan sebagian besar jenis-jenis bambu liar memiliki habitat tumbuh berupa lahan terbuka dan pinggir sungai masing-masing 11 jenis. Menurut Berlian dan Rahayu 1995 tempat yang disukai bambu adalah lahan terbuka dan pinggir sungai. Pada lahan yang terbuka sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun bambu sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung baik. Widjaja dan Karsono 2003 menyatakan pada umumnya bambu tumbuh di daerah yang terbuka atau pinggir hutan dan pinggir sungai, karena bambu menyukai daerah yang lembab dengan intensitas cahaya yang tinggi. Tabel 4.2 menunjukkan jenis-jenis bambu budidaya memiliki habitat tumbuh berupa pekarangan masyarakat dan kebun masyarakat masing-masing 5 jenis. Menurut Widjaya, et. al. 2004 bagi masyarakat di pedesaan penanaman bambu dalam skala kecil bukan merupakan hal yang sulit, karena masyarakat Universitas Sumatera Utara biasanya menanam bambu di pekarangan rumah mereka sebagai tanaman hias atau sebagai pembatas pagar. Untuk jenis-jenis bambu komersial penduduk menanam bambu dalam skala besar di kebun-kebun milik masyarakat. Jenis-jenis bambu yang memiliki sebaran yang luas berdasarkan habitat tempat tumbuh adalah B. vulgaris, D. asper, G. pruriens dan S. brachycaladum. Umumnya kedua jenis ini ditanam penduduk di pedesaan lahan terbuka dan pekarangan atau tumbuh liar di hutan sekunder ataupun di pinggir sungai. Menurut Widjaya et. al., 2004 Marga Bambusa, Dendrocalamus dan Gigantochloa merupakan marga yang memiliki penyebaran yang sangat luas, hal ini karena umumnya kedua jenis ini memiliki banyak manfaat ekonomi sehingga ditanam penduduk di pekarangan dan kebun masyarakat atau tumbuh liar di hutan sekunder ataupun di pinggir sungai. B. vulgaris memiliki sebaran habitat yang luas pada lokasi penelitian yaitu hutan sekunder, lahan terbuka, pinggir sungai dan pekarangan masyarakat. B. vulgaris tumbuh pada tekstur tanah pasir berlempung PL sampai lempung berpasir LP, C-organik 0.90 -7.00 , N-total 0.07 – 0.50 , P-bray2 6.40 – 56.93 dan K-tukar 0.322 – 0.697 dan pH tanah 6 Tabel 4.3. Suhu udara 25-32 C, suhu tanah 26 C, kelembaban udara 85-89,9 dan intensitas cahaya 8.400 Lux Tabel 4.4. Widajaja 2001 menyatakan B. vulgaris tumbuh di daerah kering atau lembap serta dapat tumbuh pada daerah yang tergenang air. Selanjutnya Berlin dan Rahayu 1995 menyatakan B. vulgaris dapat tumbuh baik pada tanah kering. Jenis bambu ini banyak ditanam dihalaman rumah karena warna buluhnya cukup menarik sebagai tanaman hias. D. asper memiliki sebaran habitat yaitu hutan sekunder, lahan terbuka, pinggir sungai dan kebun masyarakat. D. asper dapat tumbuh pada tekstur tanah lempung berpasir LP sampai pasir berlempung PL dengan C- organik 8.0 -7.00 , N-total 0.07 – 0.50 , P-bray2 6.40 – 56.93 dan K-tukar 0.322 – 0.697 dan pH tanah 6 Tabel 4.3. Suhu udara 25-32 C, suhu Universitas Sumatera Utara tanah 22-25 C, kelembaban udara 85-87 dan intensitas cahaya 9200 Lux Tabel 4.4. Widjaya 2001 D. asper adalah jenis bambu dengan sebaran yang luas serta banyak ditanam di Asia Tropika, memiliki habitat berupa lahan terbuka, pinggir sungai dan hutan sekunder. D. asper tumbuh baik pada tanah subur yang lembap dan basah, tetapi juga mampu tumbuh di daerah kering kurang berair pada dataran rendah. Heyne 1984 menyatakan, untuk pertumbuhan yang baik D. asper membutuhkan kesuburan tanah yang tinggi. Berlin dan Rahayu 1995 menyatakan D. asper dapat ditemui di dataran rendah sampai ketinggian 2000 m dpl. D. asper banyak dibudidayakan karena memiliki sifat buluh yang keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya yang besar serta ruasnya yang panjang. G. pruriens memiliki sebaran habitat berupa hutan sekunder, lahan terbuka, pinggir sungai dan kebun masyarakat. Pada lokasi penelitian jenis ini tumbuh pada tekstur tanah pasir berlempung PL, C-organik 0.90 -7.00 , N-total 0.10 – 0.50 , P-bray2 6.40 – 13.99 dan K-tukar 0.322 – 0.342 dan pH tanah 5.9 Tabel 4.3. Suhu udara 28-29 C, suhu tanah 24 C, kelembaban udara 89 - 87 dan intensitas cahaya 8400 Lux Tabel 4.4. Widjaya 2001 G. pruriens tumbuh baik pada tanah yang lembap di sepanjang sungai dan juga di daerah kering, namun dapat juga tumbuh pada tanah yang asam. Menurut Berlin dan Rahayu 1995 G. pruriens memiliki batang yang lurus, kuat dan ringan sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai anyaman, kerajinan, konstruksi bangunan dan dinding tepas. S. brachycaladum memiliki sebaran habitat berupa lahan terbuka, pinggir sungai, lereng dan kebun masyarakat. Pada lokasi penelitian jenis ini tumbuh pada tanah pasir berlempung PL sampai lempung berpasir LP, C-organik 1.40 -7.00 , N-total 0.80 – 7.00 , P-bray2 0.70 – 0.50 dan K-tukar 6.40- 56.932 dan pH tanah 6 Tabel 4.3. Suhu udara 28-32 C, suhu tanah 20-25 C, kelembaban udara 85 - 89 dan intensitas cahaya 9.200-10200 Lux Tabel 4.4. Widjaja et. al., 2001 menyatakan S. bracycaladum tumbuh baik pada daerah tropis yang lembab serta daerah terbuka dan kering, baik di dataran rendah sampai Universitas Sumatera Utara dataran tinggi. Berlin dan Rahayu 1995 menyatakan bambu dapat tumbuh pada lereng dan jurang karena akar tanaman bambu dapat menahan humus serta dapat menyimpan air tanah dengan baik. Widjaja 2001 penduduk banyak menanam S. bracycaladum karena digunakan sebagai tempatwadah makanan tradisional lemang, kerajinan keranjang. Tabel 4. 3. Karakteristik Fisik Dan Kimia Tanah Tempat Tumbuh Bambu No Jenis Karakteristik Fisik Kimia Tekstur pH C-org N-tot P-Bray2 K-tukar 1 Bambusa blumeana. LP – PL 6 0.90 - 7.00 0.10 - 0.50 6.40 - 13.99 0.322 - 0.342 2 Bambusa glaucescens. PL 6 7.00 0.50 6.40 0.325 3 Bambusa glaucophylla. LP 6.5 0.80 0.07 28.83 0,340 4 Bambusa vulgaris. LP – PL 6 0.80 - 7.00 0.07 - 0.50 6.40 - 56.93 0.322 - 0.697 5 Bambusa multiplex. LP – PL 6 0.90 - 7.00 0.10 - 0.50 6.40 - 13.99 0.322 - 0.342 6 Dendrocalamus asper. LP – PL 6 0.80 - 7.00 0.07 - 0.50 6.40 - 56.93 0.322 - 0.697 7 Gigantochloa atroviolacea. PL 6 7.00 0.50 6.40 0.325 8 Gigantochloa atter. LP – PL 6.5 1.40 - 7.00 0.12 - 0.50 0.40 - 95.48 0.325 - 0.453 9 Gigantochloa achmadii. LP – PL 6 0.86 - 7.00 0.10 - 0.50 0.40 - 50.72 0.325 - 0.453 10 Gigantochloa pruriens. PL 5,9 0.90 - 7.00 0.10 - 0.50 6.40 - 13.99 0.322 - 0.342 11 Gigantochloa robusta. LP – PL 6 1.40 - 7.00 0.12 – 0.50 6.40 – 33.96 0.325 – 0.453 12 Schizostachyum bracycladum. LP – PL 6 1.40 - 7.00 0.80 - 7.00 0.07 - 0.50 6.40 - 56.93 13 Schizostachyum zolingeri. LP – PL 5,8 0.90 - 7.00 0.10 - 0.50 6.40 - 13.99 0.322 - 0.342 14 Schizostachyum sp. LP 6 0.90 0.10 27.77 0.342 15 Thyrsostachys siamensis. LP – PL 5.5 7.00 - 0.90 0.07 - 0.50 6.40 - 27.77 0.029 - 0.697 Keterangan : LP = Lempung Berpasir PL = Pasir Berlempung Tabel 4.3 menunjukkan bahwa karakteristik fisik dan kimia tanah tempat tumbuh bambu di Sumatera Utara Bagian Timur yaitu tekstur tanah lempung berpasir sampai pasir berlempung, pH tanah 5 -6,5, C-org 0.80 – 7.00, N-tot 0.07 – 0.90 , P-Bray2 0.07 – 95,48 dan K-tukar 0.029 – 0.697 . Menurut Heyne 1987 untuk perkembangan yang baik, tumbuhan bambu membutuhkan kesuburan tanah yang tinggi. Berlian 1995 menyatakan bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, tanah kering sampai tanah becek dan dari tanah subur sampai tanah tandus. Bambu tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 5,0 – 6,5. Tabel 4.4. Karakteristik Faktor Fisik Lingkungan Tempat Tumbuh Bambu No Genus Jenis SU ST C KU C IC Lux 1 Bambusa Bambusa blumeana. 25-32 20-25 85-89 8400 2 Bambusa glaucescens. 28 26 87 9200 3 Bambusa glaucophylla. 25-27 25 85-87 9200 4 Bambusa vulgaris. 25-32 26 85-89 8400 5 Bambusa multiplex. 25-28 25-28 85-89 8800-9200 6 Dendrocalamus Dendrocalamus asper. 25-32 22-25 85-87 9200 7 Gigantochloa Gigantochloa atroviolacea. 28 24 89 7900 8 Gigantochloa atter. 28 22 87 9200 9 Gigantochloa achmadii. 28-29 20 85 8400-8800 Universitas Sumatera Utara 10 Gigantochloa pruriens. 28-29 24 89-87 8400 11 Gigantochloa robusta. 27-32 20-25 85-87 9200 12 Schizostachyum Schizostachyum bracycladum 28-32 22-25 89 9200-10200 13 Schizostachyum zolingeri. 27-32 22-25 85-89 9200-10200 14 Schizostachyum sp. 24 25 85 8400 15 Thyrsostachys Thyrsostachys siamensis. 25-28 22-24 85-87 9200-10200 Keterangan : SU = Suhu Udara ST = Suhu Tanah KU = Kelembaban Udara IC = Intensitas Cahaya Tabel 4.4 menunjukkan bahwa faktor fisik lingkungan untuk tiap jenis bambu di Sumatera Utara Bagian Timur yaitu suhu udara 25-32 o C, suhu tanah 20- 28 o C, kelembaban udara 85-89 dan intensitas cahaya 7900-10200 Lux. Hasil ini sejalan dengan pendapat Berlin dan Rahayu 1995 lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan bambu adalah suhu udara 8,7-36 o C, suhu tanah 10-30 o C, pH 5-6,5 namun beberapa jenis dapat tumbuh pada pH 3,5. Menurut Sutiyono, et.al., 1996 bambu dapat tumbuh pada pH 5 – 6,5, suhu udara 8,8 C-36 C dan kelembaban udara minimal 80. Universitas Sumatera Utara

4.3 Pemanfaatan Bambu