Kromatografi Lapis Kertas TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet 200-400 nm dan sinar tampak 400-800 nm. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuraan di daerah spektrum ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai karakteristik spektrum yang sama. Bila digunakan instrumen bekas ganda dengan perekan, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas pembanding. Jika tidak dinyatakan lain, serapan diukur pada panjang gelombang yang ditetapkan degan menggunakan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19 o C hingga 20 o C. Jika hal tersebut tidak sesuai untuk instrumen tertentu, panjang gelombang kuvet dapat diubah atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan telah ditunjukkan bahwa Hukum Beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut. Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan terhadap pelarut yang digunakan untuk membuat larutan uji sebagai pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran dilakukan terhadap suatu campuran pereaksi sebagai pembanding. Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditetapkan Soemitro, et al., 1995. Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absobsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding Khopkar, 2003.

2.8 Kromatografi Lapis Kertas

Kromatografi Lapis Tipis KLT adalah metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan atas penjerapan, partisi, atau gabungannya. KLT merupakan salah satu teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis kualitatif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta senyawa organik, isolasi senyawa tunggal dari campuran multikomponen, analisis kuantitatif, dan isolasi skala preparatif Waksmundzka-Hajnos, et al., 2008. Keuntungan teknik KLT adalah keserbagunaan hanya memerlukan peralatan sederhana, kecepatan waktu yang cukup singkat, dan kepekaan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil Harborne, 1987. 1. Fase Diam Touchstone dan Dobbins, 1983 Fase diam adalah lapisan tipis penjerap atau media terpilih digunakan sebagai media pembawa. Penjerap dilekatkan pada penyangga sebagai pelapis untuk mendapatkan lapisan yang stabil dengan ukuran yang sesuai. Contoh penyangga yang sering digunakan adalah lempeng gelas, lembaran plastik dan aluminium. Sedangkan penjerap yang sering digunakan yaitu silika gel, alumina, kieselguhr, dan selulosa. 2. Fase Gerak Touchstone dan Dobbins, 1983 Sifat dan komposisi kimia fase gerak ditentukan oleh jenis zat yang akan dipisahkan dan jenis penjerap yang digunakan untuk pemisahan. Komposisi fase gerak dapat berupa pelarut murni maupun campuran kompleks dari beberapa pelarut. Seluruh senyawa organik termasuk pelarut digolongkan menurut kemampuan dasarnya untuk membuat ikatan hidrogen. Ada pelarut yang merupakan donor atau aseptor pasangan elektron dan mempunyai kemampuan untuk membentuk jembatan hidrogen intermolekular hidrofilik atau pelarut polar ataupun pelarut yang tidak mempunyai kemampuan tersebut lipofilik, hidrofobik, pelarut non polar. 3. Penyiapan dan Penotolan Sampel Touchstone dan Dobbins, 1983 Beberapa cara penyiapan sampel dilakukan dengan tujuan membuat sampel siap untuk dianalisis secara kromatografi. Cara tersebut dapat berupa pelarutan sampel, ekstraksi, kromatografi kolom, sentrifugasi, dan penguapan. Cara tersebut kadang dilakukan bersamaan untuk mendapatkan sampel yang sesuai untuk kromatografi. Untuk sampel berupa ekstrak, penyiapan dapat dilakukan dengan kromatografi kolom dan partisi pelarut. 4. Pengembangan Touchstone dan Dobbins, 1983 Setelah sampel ditotolkan pada salah satu ujung lempeng, ujung tersebut dibenamkan dalam fase gerak dengan sampel diatas cairan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gaya kapiler akan menyebabkan fase gerak bergerak melewati media dalam proses yang disebut pengembangan. Setelah fase gerak telah hampir mencapai ujung lainnya dari lempeng, maka lempeng dipindahkan dan dikeringkan sebelum prosedur pendeteksian. Pengembangan lapis tipis biasanya dilakukan dengan membiarkan fase gerak bermigrasi pada lempeng yang mana berada pada bejana dengan ukuran sesuai yang telah dijenuhkan 5. Metode Deteksi Touchstone dan Dobbins, 1983 Bercak yang terpisah dapat diamati dengan beberapa cara setelah lempeng dikeringkan. Cara untuk mendeteksi bercak terdiri dari 2 macam yaitu metode kimia dan metode fisik, masing-masing metode dibedakan menjadi 2 macam yaitu metode destruktif secara permanen merubah identitas kimia dari zat dan non-destruktif tidak memberikan perubahan permanen pada identitas kimia zat. Contoh untuk metode kimia destruktif adalah pengarangan dengan asam sulfat, sedangkan metode non-destruktif adalah dengan uap iodin. Contoh untuk metode fisik adalah pengamatan di bawah sinar UV banyak digunakan dan bersifat nondestruktif terhadap sebagian besar zat, walaupun pada beberapa vitamin dan steroid dapat bersifat destruktif. Derajat retensi pada kromatografi lapis tipis biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, dapat dihitung dengan rumus: Rf =

2.9 Kromatografi Kolom Stahl, 1969

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Sintok (Cinnamomum sintoc. Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Analisa Komponen Senyawa Fraksi Aktif dengan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa

0 7 97

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Sintok (Cinnamomum sintoc. Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Analisa Komponen Senyawa Fraksi Aktif dengan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa

11 68 97

Aktivitas Antioksidan Dari Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH).

0 1 14

Aktivitas Antioksidan Dari Minyak Atsiri Dan Ekstraketanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.)Terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH).

0 0 2

Uji Toksisitas Subkronis Minyak Atsiri Kulit Batang Sintok (Cinnamomum Sintoc Bl.) Pada Tikus Putih Galur Wistar.

0 0 12

Uji Toksisitas Subkronis Minyak Atsiri Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) Pada Tikus Putih Galur Wistar.

0 1 12

Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum Sintoc Bl.) Pada Tikus Galur Wistar.

0 0 5

Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit.

1 1 1

Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Pada Tikus Galur Wistar.

0 0 5

Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit.

1 9 12