Simplisia Depkes RI, 1995 Radikal Bebas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologis

Secara ilmiah kulit batang sintok digunakan sebagai antimikroba, antiinflamasi, dan analgetik. Secara empiris, kulit Cinnamomum sintoc umumnya dimanfaatkan sebagai obat untuk diare, gangguan usus dan serbuk nya dimanfaatkan untuk mengobati luka Soh Wuu - Kuang, 2011.

2.1.5 Distribusi dan Habitat

Cinnamomum sintoc terdistribusi di Sarawak wilayah Lundu, Kalimantan barat dan Kalimantan timur. Spesies ini juga terdistribusi di Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Jawa. Habitat dari C.sintoc adalah di hutan dipterokarpa dengan tanah berpasir Soh Wuu - Kuang, 2011.

2.2 Simplisia Depkes RI, 1995

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan sumbernya, simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. 2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat kimia murni. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung Depkes RI, 2000. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes RI, 1995. Menurut Farmakope Indonesia edisi III terdiri dari tiga macam ekstrak yaitu : 1. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. 2. Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar. 3. Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat berwujud kering. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Biasanya operasi ini menggunakan pelarut untuk mengekstraksi Depkes RI, 2000. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus Depkes RI, 2000. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.1 Metode Ekstraksi

1. Ekstraksi menggunakan cara dingin a. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian senyawa dari simplisia tumbuhan cara dingin dengan menggunakan metode perendeman. Cara kerjanya adalah sampel yang telah dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu direndam dalam suatu bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya matahari langsung selama lebih kurang 1-2 hari. Perendaman biasanya dilakukan sebanyak 2 kali perulangan, dimaksudkan agar proses perendaman dapat menyari kandungan kimia tumbuhan dengan sempurna. b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan Depkes RI, 2000. Perkolasi ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut sebagai perkolator. Cara ekstraksi dengan metode perkolasi dilakukan dengan mengalirkan cairan pelarut organik pada sampel yang sebelumnya telah dibasahi. Prinsip dari metode perkolasi adalah pelarut yang telah jenuh yang berada didalam perkolator akan digantikan oleh pelarut yang lebih baru dan segar. 2. Ekstraksi menggunakan cara panas a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendinginan baik Depkes RI, 2000. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Sokletasi Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan pendingin balik Depkes RI, 2000. Pelarut yang digunakan berada pada labu yang terletak terpisah dari sampel. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40 -50 C Depkes RI, 2000. d. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih, temperatur terukur 96 o -98 o C selama waktu tertentu 15-20 menit Depkes RI, 2000. e. Dekokta Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air Depkes RI, 2000. 3. Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang mempunyai 1 atau lebih elektron tidak berpasangan. Radikal ini dapat berasal dari atom hidrogen, molekul oksigen, atau ion logam transisi. Senyawa radikal bebas sangat reaktif dan selalu berusaha mencari pasangan elektron agar kondisinya stabil. Radikal dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen terbentuk dalam tubuh melalui proses metabolisme normal di dalam tubuh. Sementara radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan penyerapan kulit. Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya, memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah serta organ-organ dalam. Sementara dalam jumlah berlebih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengakibatkan stress oksidatif. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan, hingga ke organ tubuh. Oksigen reaktif dapat merugikan molekul dalam sel, sehingga dapat menghancurkan membran sel, asam nukleat dan protein. Peristiwa ini dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit lain seperti penyakit jantung dan kanker Jacinto, et al., 2011. Salah satu senyawa yang berhubungan dengan radikal bebas adalah oksigen. Oksigen sangat berperan dalam berbagai reaksi biokimia tubuh. Namun, oksigen merupakan awal terbentuknya radikal bebas yaitu Reactive Oxigen Species ROS. Beberapa ROS yang dapat merugikan tubuh, yaitu anion superoksida O 2 , radikal hidroksil OH, hidrogen peroksida H 2 O 2 , oksigen tunggal 1 O 2 dan lain lain Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2001.

2.5 Antioksidan

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Sintok (Cinnamomum sintoc. Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Analisa Komponen Senyawa Fraksi Aktif dengan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa

0 7 97

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Sintok (Cinnamomum sintoc. Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Analisa Komponen Senyawa Fraksi Aktif dengan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa

11 68 97

Aktivitas Antioksidan Dari Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH).

0 1 14

Aktivitas Antioksidan Dari Minyak Atsiri Dan Ekstraketanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.)Terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH).

0 0 2

Uji Toksisitas Subkronis Minyak Atsiri Kulit Batang Sintok (Cinnamomum Sintoc Bl.) Pada Tikus Putih Galur Wistar.

0 0 12

Uji Toksisitas Subkronis Minyak Atsiri Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) Pada Tikus Putih Galur Wistar.

0 1 12

Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum Sintoc Bl.) Pada Tikus Galur Wistar.

0 0 5

Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit.

1 1 1

Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Pada Tikus Galur Wistar.

0 0 5

Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit.

1 9 12