Prosedur Peran K.H Ahmad Sanusi dalam Pendidikan Islam

Dari sini, adapun dapat di ceritakan secara singkat yang pernah terjadi di masa itu, bahwa mayoritas masyarakat Sukabumi memeluk agama Islam sehingga kehidupan sosial budayanya pun di pengaruhi oleh nilai-nilai keislaman. Keadaan tersebut diperkuat oleh kebangkitan gerakan kehidupan keagamaan yang terjadi di Pulau Jawa sejak akhir abad ke-19. Di Sukabumi, kebangkitan kehidupan keagamaan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya yang pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, jumlah pesantren yang semakin meningkat, dan pembangunan masjid yang cukup pesat. Namun di pihak lain, Pemerintah Hindia Belanda berupaya agar nilai-nilai keislaman yang dipraktikkan oleh masyarakat Sukabumi tidak berkembang menjadi suatu gerakan keagamaan. Pemerintah kolonial mengawasi secara ketat perilaku para kyai yang memiliki pengaruh yang sangat kuat di kalangan masyarakat. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda pun berusaha untuk mengkristenkan penduduk pribumi. Usaha itu dilakukan sejak pertengahan abad ke-19 oleh S. Van Aendenburg dari Rotterdamsche Zendingsvereniging. Pada akhir abad ke-19, kristenisasi itu berhasil mendirikan sebuah perkampungan Kristen pertama di Sukabumi yang terletak di daerah Pangharepan. Untuk mendukung penyebaran agama Kristen, baik kalangan misi maupun zending menjadikan sekolah dan rumah sakit sebagai media penyebaran agama Kristen. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau sampai tahun 1921, sebagaimana dilaporkan oleh L. De Steurs Residen Priangan tanggal 2 Januari 1921, Di Sukabumi telah berdiri dua buah Zendingschool dan sebuah sekolah partikelir yang bernama Hollandsch-Chineescheschool. Keadaan tersebut, yang mendorong kalangan ulama Sukabumi untuk semakin menghidupkan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Bahkan, mereka kemudian mendorong para santrinya yang telah selesai menimbah ilmu di pesantrennya untuk mendirikan pesantren baru di daerah-daerah. Meskipun hampir disetiap wilayah di Sukabumi terdapat pesantren, namun Cantayan,Genteng, Gunung Puyuh, Cipoho, Babakan Cicurug, Sukamantri, Cibalagung, dan Cipanengah dipandang sebagai pusat pendidikan pesantren di Sukabumi. 2

B. Biografi K.H Ahmad Sanusi Dan Latar Belakangnya

K.H Ahmad Sanusi dari Sukabumi di lahirkan pada tanggal 12 Muharram 1306H, Bertepatan dengan tanggal 18 September 1888 MDaftar Orang-orang Indonesia Terkemuka di Jawa, R. A. 31No. 2119. 3 Di kampung CantayanDesa Cantayan Kecamatan Cantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat daerah tersebut dulunya bernama kampung Cantayan Desa Cantayan Onderdistrik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi. Putra ketiga dari delapan bersaudara, dari pasangan K.H Abdurrohim Ajeungan Cantayan, Pimpinan Pondok Pesantren Cantayan dengan ibu Empok. 4 Beliau adalah seorang yang membentengi aqidah umat dan melahirkan pendidikan yang membebaskan. Karena disatu sisi, ia menyaksikan pendidikan Islam pesantren tertinggal jauh oleh pendidikan yang diselenggarakan oleh misionaris Kristen, sedangkan disisi yang lain pendidikan Islam non formal yang ada waktu itu adalah penghulu yang menjadi ajang kepanjangan tangan pemerintah colonial. 5 Dan K.H Ahmad Sanusi merupakan seseorang yang sangat gigih dalam perjuangannya, dan tidak hanya di keagamaan beliau berperan namun di politik pun beliau aktif. 6 Dilihat dari silsilah keluarga, K.H Ahmad Sanusi masih keturunan Syaikh Haji Abdul Muhyi Pamijahan, seorang Waliyullah yang berada di daerah Pamijahan Tasikmalaya. 7 Didalam buku karangan Miftahul Falah, bahwa berdasarkan cerita yang berkembang di lingkungan keluarga dan masyarakat 2 Miftahul Falah, S.S, Riwayat Perjuangan K.H Ahmad Sanusi, Masyarakat Sejarawah Indonesia: Maret 2009, hlm. 2-4. 3 Wawancara dengan Drs.H. Munandi Shaleh, pada tanggal 11 Februari 2014. 4 Munandi Shaleh, M,Si, K.H Ahmad Sanusi Pemikiran dan Perjuangannya Dalam Pergolakan Nasional, Sukabumi: Ketua Umum MUI, 21 September 2011, hlm. 3. 5 http:ahmadalim.blogspot.com201008kh-ahmad-sanusi.html , Diakses pada tanggal 18 September 2013. 6 Wawancara Drs. K.H. Hasanudin M.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 7 Munandi Shaleh, M,Si, loc.cit., hlm. 3.