Latar Belakang Masalah Peran K.H Ahmad Sanusi dalam Pendidikan Islam

5 1. Sebagai rujukan dalam mengembangkan pendidikan Islam untuk generasi- generasi muda, agar pendidikan Islam dapat menjadi lebih baik lagi. 2. Secara Teoritis, dapat semakin memperkaya khazanah intelektual islam pada umunya dan bagi akademika Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya. 3. Selain itu, dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya sehingga proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal. 4. Dan secara praktis, dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum sehingga mampu menumbuhkan kepedulian terhadap pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya. 6 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pergaulan dengan anak-anak.” Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos anak dan agoge saya membimbing, memimpin. 1 Pendidikan bisa berarti pemeliharaan dengan penuh kasih sayang agar yang dipelihara dapat berkembang dengan baik dan memberi manfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri, lantaran di antara satu alam dengan lainnya saling membutuhkan dalam ekosistem. Misalnya, air jika dipelihara dengan baik akan memberi manfaat bagi manusia tumbuh-tumbuhan, binatang dan seterusnya. Pada tingkat operasional pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah, antara lain beliau telah membacakan ayat-ayat Tuhan kepada manusia, membersihkan mereka dari kemusyrikan dan mengajarkan kepada manusia kitab dan hikmah QS. 62:2. Kata mensucikan pada ayat tersebut, menurut M. Quraisy Shihab, dapat diidentikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak-anak dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika dan fisika. 1 Armai Arief, MA, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD PRESS, April 2005, hlm.17. 7 Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan berarti berkaitan dengan mensucikan, membentuk perilaku dengan adab sopan santun. 2 Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, mendefinisikan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. 3 Menurut M. Arifin bahwa “Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.” 4 Dan menurut Hasan Langgulung bahwa “Pendidikanadalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang di didik .” 5 Sementara itu, dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara.” 6 Dan menurut penulis, bahwa pendidikan adalah usaha sistematis dalam membimbing anak manusia yang berlandaskan pada proses individual dan sosialisasi dalam mengembangkan serta memberi pengetahuan ilmu dari segala bidang apapun terhadap seseorang yang belum mengetahuinya atau belum memahaminya. Berpijak dari istilah di atas, pendidikan bisa diartikan sebagai “usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah 2 Armai Arief, MA, op. cit, hlm. 186-188 3 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 28. 4 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga; Sebagai Pola Pengembangan Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, cet.4, hlm. 14 5 Abuddin Nata,loc.cit., hlm. 28. 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, cet. Pertama, September 2003, hlm. 5. 8 kedewasaan.” Atau dengan kata lain, pendidikan adalah “bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya.” Definisi pendidikan di atas sepertinya hanya dimaksudkan untuk pendidikan anak-anak di lembaga persekolahan. Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana kalau yang diajar atau dibimbing adalah orang yang telah dewasa atau orang tua, apakah hal itu disebut juga pendidikan? Menanggapi hal demikian, para pakar pendidikan umat beragama dalam memberikan makna pendidikan. John Dewey misalnya, mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup. Sementara itu, Komisi Nasional Pendidikan mendefinisikan, pendidikan adalah usaha nyata menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan akhir pendidikan. Meski berawal dari akar kata sama, tetapi pemberian makna terhadap istilah pendidikan begitu beragam. Hal ini disebabkan oleh karena sifat pendidikan yang dinamis. Pengertian pendidikan di zaman Yunani akan berbeda dengan pengertian pendidikan di zaman Aufklarung. Pengertian pendidikan di zaman kemajuan Islam akan berbeda dengan pengertian yang diberikan para pakar pendidikan Islam di zaman kemundurannya. Demikian juga dalam konteks Indonesia, arti pendidikan di zaman Orde Lama, Baru dan Era Reformasi akan berbeda. Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda beragam pada setiap masanya, serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografisnya, apalagi, pendidikan adalah ilmu pengetauan yang bercorak teoritis dan praktis. 7 Di negara demokrasi, pendidikan merupakan sarana untuk membentuk warga negara menjadi diri sendiri. Setiap individu diberi kesempatan yang sama untuk berkembang dan mendapatkan pendidikan yang layak sebagai manusia. Individu 7 Armai Arief, MA, op. cit, hlm. 17-18.