K.H Ahmad Sanusi Mendirikan Al- Ittihadiyatul Islamiyyah

K.H Ahmad Sanusi yang diminta untuk bekerja sama membangun Lingkungan Kemakmuran Asia Timur Raya pun pada dasarnya tidak menolak tawaran kerja sama tersebut. Sikap kooperatif yang diperlihatkan oleh K.H Ahmad Sanusi bukan berarti beliau berposisi sebagai boneka Jepang. Kerja sama yang beliau perlihatkan semata-mata sebagai bentuk strategi dalam perjuangan membebaskan bangsa Indonesia dari penguasaan bangsa asing. Kemudian K.H Ahmad Sanusimenjadi salah seorang pengajar latihan Kyai di Jakarta yang diselenggarakan untuk mengadakan konsolidasi politik Jepang terhadap umat Islam dan diangkat sebagai anggota Dewan Penasihat Daerah BogorGiin Bogor Shu Sangi Kai. 52 Ketika beliau dimintai untuk bekerja sama dengan perorangan Jepang. Posisi K.H Ahmad Sanusi pada waktu itu sebagai ulama dan menurut kalangan Jepang, ulama sangat berpengaruh bagi umat Indonesia. 53 Namun, beliau mengadakan konsolidasi dengan mengajukan syarat kepada Pemerintah Militer Jepang, yakni meminta agar AII dihidupkan kembali. Pemerintah Militer Jepang tidak keberatan atas syarat terrsebut selama K.H Ahmad Sanusi mau mengubah anggaran dasarnya dan mengubah nama organisasi tersebut menjadi Persatoean Oemat Islam Indonesia POII. Sejak tanggal 1 Februari 1944, AII dihidupkan kembali bersama-sama dengan Persjarikatan Oelama Islam POI pimpinan K.H Abdul Halim dari Majalengka. Sejak akhir Mei 1944, K.H Ahmad Sanusi dan K.H Abdul Halim diangkat menjadi wakil POII dan POI dalam Masjoemi. Bahkan K.H Ahmad Sanusi kemudian duduk di jajaran pengurus Masjoemi. 54 Sampai menjelang kemerdekaan republik Indonesia, K.H Ahmad Sanusi tercatat sebagai anggota panitia Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI. Kemudian, namanya dicoret dari keanggotaan BPUPKI karena ia dianggap terlalu banyak memihak Islam. Hal ini dilakukannya dengan tujuan agar kelak Indonesia merdeka menjalankan peraturan yang berdasarkan syariat Islam. Dan dengan selesainya Perang Kemerdekaan 1949, K.H Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi 52 Miftahul Falah, S.S,op.cit., hlm. 162-163. 53 Wawancara dengan Drs. H. Munandi Shaleh, pada tanggal 11 Februari 2014. 54 Miftahul Falah, S.S, loc. cit., hlm. 164. untuk membangun masyarakat Sukabumi di bawah naungan NKRI. Karena beberapa pekerjaan menunggu untuk diselesaikan, salah satunya rencana mempersatukan POII dengan POI. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain karena pada tahun 1950 K.H Ahmad Sanusi dipanggil menghadap Illahi. Berita wafatnya Ajengan Sanusi begitu cepat menyebar dan dalam waktu yang sekejap ribuan umat Islam berkumpul di Pesantren Gunung Puyuh. 55 Sosok K.H Ahmad Sanusi, dalam perannya sangatlah aktif di keagamaan maupun politik. K.H. Ahmad Sanusi adalah seorang ulama tradisional yang modern dan berkharismatik yang tinggi, itulah yang dinilai oleh saya dan masyarakat pada umumnya. 56

3. Perluasan Pesantren K.H Ahmad Sanusi

Selain K.H Ahmad Sanusi menerbitan Tamsyiyatul Islamiyah, ketika beliau menjadi tahanan kota di Sukabumi, K.H Ahmad Sanusi berkeinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Pada akhir tahun 1934, K.H Ahmad Sanusi mendirikan sebuah pesantren kecil yang kemudian dikenal dengan Pesantren Gunung Puyuh. Pada saat itu, beliau mendirikan masjid dan sebuah bangunan sederhana. Meskipun demikian, pesantren tersebut cukup diminati sehingga pada awal berdirinya cukup banyak santri yang masantren di Pesantren Gunung Puyuh. 57 Selain K.H Ahmad Sanusi mempersiapkan prasarana, beliau pun mempersiapkan lembaga pendidikan dari aspek organisasi dan kurikulum. Beliau memutuskan akan memberi nama Syamsul Ulum terhadap lembaga pendidikan yang akan didirikannya. Sementara itu, Kurikulumnya telah dirancang yaitu seorang siswa akan dianggap berhasil menyelesaikan pendidikannya di pesantren tersebut setelah belajar selama 9 tahun. Masa belajar yang sembilan tahun itu dibagi ke dalam tiga jenjang atau kelas sehingga tiap-tiap kelas akan diselesaikan selama tiga tahun. Dan mata pelajarannya pun menyangkut keislaman, belum dimasukkan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan umum pada siswanya. 55 Miftahul Falah, S.S, op.cit., hlm. 201. 56 Wawancara dengan K.H. Anwar Sanusi, S.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 57 Miftahul Falah, S.S, loc. cit., hlm.137-140. Beberapa bulan kemudian, lamanya belajar di Syamsul Ulum diubah menjadi 12 tahun dengan jenjang kelas tetap. Setelah dianggap cukup siap, pada tanggal 20 Desember 1937 Perguruan Syamsul Ulum secara resmi mulai menjalankan program pendidikannya. Pada tanggal tersebut, jelaslah kiranya bahwa perguruan ini berdiri sebagai perluasan Pesantren Gunung Puyuh yang telah didirikan pada akhir tahun 1934 oleh K.H Ahmad Sanusi.Meskipun pesantren Gunung Puyuh telah diperluas dan namanya diganti menjadi perguruan Syamsul Ulum, namun masyarakat lebih mengenalnya dengan nama pesantren Gunung Puyuh. Hal ini disebabkan karena kebiasaan yang berkembang di masyarakat yang menamai sebuah pesantren disesuaikan dengan nama kampung tempat pesantren berdiri. 58 Pada zaman kepemimpinan K.H Ahmad Sanusi saat itu juga disekitar masjid pesantren Syamsul Ulum ini adalah kali seperti sungai kiranya, namun tetap juga bisa terlihat kali itu di belakang. Mengapa bisa rata dengan bangunan-bangunan ini? karena dari sinilah terlihat, bahwa tidak adanya dana sedikit pun dari pemerintah akan tetapi atas bantuan tenaga masyarakat sekitar yang memang gigih dan ikhlas membantu untuk mendirikan Pesantren Gunung Puyuh yang K.H Ahmad Sanusi dirikan tanpa beliau meminta bantuan materi sedikit pun hingga berdirilah lembaga salafiah. Dari kekharismatikan beliau pula masyarakat gigih bantu membangun dan banyak juga yang mengaji dengan beliau pada waktu itu. 59 Tepatnya perguruan Syamsul Ulum didirikan ini lantaran penuhnya santri yang belajar kepada beliau ketika di Pesantren Cantayan yaitu pesantren ayahnya K.H Ahmad Sanusi. Diadakannya sekolah pada waktu itu dengan tahapan I’dadiyah, Tsanawiyah, dan ‘Aliyah, namun pada waktu itu belum tercatat di Kementrian Agama, karena pada waktu itu santri Syamsul Ulum tidak diperbolehkan untuk menjadi birokrat. Dengan pengajaran yang beliau terapkan berbeda dengan pesantren lain, dengan adanya metode-metode dalam mengajar, dan kitab-kitab karagannya yang sangat bermanfaat sebagai acuan belajar santri 58 Miftahul Falah, S.S,op.cit., hlm. 145-148. 59 Wawancara dengan Drs. K.H. Aab Abdullah S. Ip, M.Ag., pada tanggal 11 Februari 2014 Syamsul Ulum hingga saat ini. Hingga banyaknya para santri yang masantren pada waktu itu mencapai 1000. Pada saat K.H Ahmad Sanusi meninggal pun, dan kemudian digantikan oleh K.H Aceh Zarkasyi, santrinya tetaplah banyak. K.H. Ahmad Sanusi menerapkan tiga ajaran yang dijadikan pedoman para santrinyayaitu pendidikan, perjuangan, dan da ’wah. K.H. Ahmad Sanusimenginginkan, agar kelak santrinya mendirikan pesantren jika sudah tamat belajar di Syamsul Ulum. 60 Dan jika dilihat pada masa sekarang ini, kini Syamsul Ulum memiliki beberapa jenjang, dari mulai adanya TPA, MI, MTS, MA, sampai STAI Syamsul Ulumnya pun ada, yang belajar di perguruan Syamsul banyak memakai karangan K.H Ahmad Sanusi. Dan jika dilihat di MA Syamsul memiliki jurusan IPA, IPS, dan keagamaan. Sudah barang tentu pengajaran disini tidak akan ingin tertinggal jauh dari pada kemodernan saat ini. Namun, tetap keagamaannya juga diutamakan, dari semua jenjang menggunakan dari beberapa kitab karangan K.H Ahmad Sanusi yang masih dipakai dari dulu hingga sekarang adalah kitab Tafsir Raudhatul ‘Irfan dan Tamsyiyatul Muslimin, dan kitab lainnya, ilmu- ilmu umum yang diajarkan, serta adanya 61 Jumlah dari pada santri putra yang belajar di Syamsul Ulum adalah 200 santri. Perbedaan kurikulum Syamsul Ulum pada masa kepeminpinan K.H Ahmad Sanusi dengan masa sekarang ini adalah bahwa kurikulum yang diajarkan bercampur dengan kitab-kitab juga pendidikan umumnya juga diadakan. Dan kitab yang masih dipakai dari karangan K.H Ahmad Sanusi di Pesantren Syamsul Ulum saat ini yaitu kitab Raudhatul ‘Irfan dan juga kitab Tamsyiyatul Muslimin, dan banyak kitab-kitab yang lainnya, ditambah lagi dengan adanya pengajaran Tahfidz bagi santriwan dan santriwati atau pun yang sekolah di perguruan Syamsul Ulum. Dan juga lebih di perbanyak lagi dalam kegiatannya seperti adanya kesenian seperti Marawis, Qosidah, dll. 60 Wawancara dengan K.H. Anwar Sanusi S.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 61 Wawancara dengan Drs. K.H. Aab Abdullah S. Ip, M.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. Adapun saat ini Syamsul Ulum Putra menerapkan organisasi yang layaknya seperti OSIS, yaitu OSPA. Dan jika di pesantren putri itu OSPI, di putranya OSPA Organisasi Snatri Putra. Jika organisasi yang di Madrasah adalah OSIMA Organisasi Madrasah. Adapun visi misinya dari Pesantren Syamsul Ulum adalah mencetak kader-kader ulama yang Tafaqu Fiddin. 62 Namun di Pesantren Syamsul Ulum putri, jumlah santrinya sebanyak 500an santriwati. Disini juga memakai organisasi layaknya OSIS, namun namanya berbeda yaitu Organisasi Santri Putri OSPI. Dan yang bertugas untuk membantu ketua yayasan mengelolah Pesantren, dari kebanyakan anak mahasiswa-wi dari STAI Syamsul Ulum sebanyak 35 orang. Mereka bukan hanya kuliah, namun juga ikut mengaji di Pesatren Syamsul Ulum. 63 K.H Ahmad Sanusi yang pertama kali menerapkan sekolah-sekolah mewah dengan adanya bangku, kursi dan metode yang diajarkannya pun berbeda dari pesantren-pesantren lain karena tujuan beliau ingin semata-mata menterdepankan pendidikan agar bangsa Indonesia ini tidak dikalahkan oleh negara lain yang ingin menguasainya pada saat itu. Dan dengan itu beliau merasa ingin ada perubahan bahwa tidak semua orang yang belajar di Pesantren itu monoton. Beliau sangat menyemangati muridnya untuk selalu bercita-cita yang tinggi karena tidak harus semua orang yang lulus dari Pesantren itu mesti menjadi Kyai. Namun, beliau juga mengharapkan untuk mendirikan pesantren yang sudah selesai belajar olehnya. Dan beliau sangat berpegang teguh pada keagamaan walaupun aktifnya K.H Ahmad Sanusi dalam ruang lingkup politik. Dari sini, masyarakat sangat menyadari bahwa K.H Ahmad Sanusi itu adalah ulama tradisional yang modern dan dipercayai kepandaian beliau dengan dilihat dari beberapa peran K.H Ahmad Sanusi lainnya. 64 62 Wawancara dengan K.H. Anwar Sanusi S.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 63 Wawancara dengan Drs. K.H. Hasanudin M.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 64 Wawancara Drs. K.H. Hasanudin M.Ag, pada tanggal 11 Februari 2014. 79 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan secara umum dari pembahasan tentang “Peran K.H Ahmad Sanusi dalam Pendidikan Islam” yang telah penulis teliti. Adapun kesimpulannya, sebagai berikut: 1. K.H Ahmad Sanusi merupakan salah seorang ulama tradisional dan ulama yang produktif. Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Muharram 1306 H, Bertepatan dengan tanggal 18 September 1888 M. Di kampung Cantayan Desa Cantayan Kecamatan Cantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat daerah tersebut dulunya bernama kampung Cantayan Desa Cantayan Onderdistrik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi. 2. Dan K.H Ahmad Sanusi adalah seseorang yang sangat gigih dalam perjuangannya, dan beliau tidak hanya berperan aktif dalam pendidikan Islam namun dalam politik pun beliau aktif. Beliau yang pertama kali menerapkan sekolah-sekolah mewah dengan adanya bangku, kursi dan metode yang diajarkannya pun berbeda dari pesantren-pesantren lain karena tujuan beliau ingin semata-mata menterdepankan pendidikan agar bangsa Indonesia ini tidak dikalahkan oleh negara lain yang ingin menguasainya pada saat itu. 3. Adapun Peran K.H Ahmad Sanusi dalam Pendidikan Islam, diantaranya sebagai berikut: 1. Beliau aktif pada dunia pendidikan dan penerbitan, dengan banyaknya karya-karya K.H Ahmad Sanusi hingga seratus lebih, diantaranya: Kitab Tafsir al- Qur’an, Kitab Hadits, Kitab Ilmu Tauhid, Kitab Ilmu Fiqh, Kitab Ilmu Bahasa Arab, Kitab Akhlak, Kitab Ilmu Mantiq, Kitab Ilmu Bade’, Kitab Ilmu Bayan, Kitab Sejarah, Kitab Jum’ah, Kitab Munadoroh, dll; 2. Keaktifan K.H Ahmad Sanusi pada organisasi yang didirikannya sendiri dengan nama Al-Ittihadiat al-Islamiyah AII yang merupakan organisasi masa hasil fusi antara PUI dan PUII; 3. Dan, Beliau