Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian

penelitian. 4 Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.

E. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, tahun 2013. 4 Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multi Disipliner, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semester, 2006, hlm. 226. 41 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN “PERAN K.H AHMAD SANUSI DALAM PENDIDIKAN ISLAM ” A. Sejarah Sukabumi Pada Masa Pergantian Abad ke 19 - Abad ke 20. Pada masa pergantian abad ke 19-20, adanya gerakan pembaratan dan penyesatan fikiran dengan melakukan berbagai seruan dan gerakan untuk membaratkan, menyesatkan, meragukan pemikiran dalam islam dan memerangi bahasa Arab yang merupakan media pokok untuk memahami sumber-sumber pokok ajaran Islam. Di antara gerakan-gerakan itu adalah gerakan missionari Kristen, gerakan Zionisme, gerakan kembali ke bahasa pasar ‘ammiyah menggantikan bahasa baku fusha dan menggunakan huruf Latin menggantikan huruf Arab. Gerakan Missionari telah menjadi gerakan internasional semenjak tahun 1830M. Ketika diakui oleh Paus dan direncanakan di biayai oleh negara-negara Eropa dengan modal yang begitu banyak. Aktifitas-aktifitas Missionari ini ada dua jalan: Pertama, melalui pendudukan, baik militer maupun lain-lain. Kedua, melalui usaha-usaha pendidikan. 1 1 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-husna, cet.1, 1988, hlm. 89-91. Dari sini, adapun dapat di ceritakan secara singkat yang pernah terjadi di masa itu, bahwa mayoritas masyarakat Sukabumi memeluk agama Islam sehingga kehidupan sosial budayanya pun di pengaruhi oleh nilai-nilai keislaman. Keadaan tersebut diperkuat oleh kebangkitan gerakan kehidupan keagamaan yang terjadi di Pulau Jawa sejak akhir abad ke-19. Di Sukabumi, kebangkitan kehidupan keagamaan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya yang pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, jumlah pesantren yang semakin meningkat, dan pembangunan masjid yang cukup pesat. Namun di pihak lain, Pemerintah Hindia Belanda berupaya agar nilai-nilai keislaman yang dipraktikkan oleh masyarakat Sukabumi tidak berkembang menjadi suatu gerakan keagamaan. Pemerintah kolonial mengawasi secara ketat perilaku para kyai yang memiliki pengaruh yang sangat kuat di kalangan masyarakat. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda pun berusaha untuk mengkristenkan penduduk pribumi. Usaha itu dilakukan sejak pertengahan abad ke-19 oleh S. Van Aendenburg dari Rotterdamsche Zendingsvereniging. Pada akhir abad ke-19, kristenisasi itu berhasil mendirikan sebuah perkampungan Kristen pertama di Sukabumi yang terletak di daerah Pangharepan. Untuk mendukung penyebaran agama Kristen, baik kalangan misi maupun zending menjadikan sekolah dan rumah sakit sebagai media penyebaran agama Kristen. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau sampai tahun 1921, sebagaimana dilaporkan oleh L. De Steurs Residen Priangan tanggal 2 Januari 1921, Di Sukabumi telah berdiri dua buah Zendingschool dan sebuah sekolah partikelir yang bernama Hollandsch-Chineescheschool. Keadaan tersebut, yang mendorong kalangan ulama Sukabumi untuk semakin menghidupkan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Bahkan, mereka kemudian mendorong para santrinya yang telah selesai menimbah ilmu di pesantrennya untuk mendirikan pesantren baru di daerah-daerah. Meskipun hampir disetiap wilayah di Sukabumi terdapat pesantren, namun Cantayan,Genteng, Gunung Puyuh, Cipoho, Babakan Cicurug, Sukamantri,