17
Organologi adalah, suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari tentang instrument musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deksripsi
alat musik itu sendiri tanpa mengenyampingkan aspek-aspek budaya dari alat musik itu sendiri.
Sarunie buluh merupakan alat musik tiup yang sejenis dengan recorder dan termasuk dalam klasifikasi alat musik aerofon yang berfungsi
membawakan melodi lagu dalam penggunaanya. Masyarakat Simalungun mengelompokkan alat musik Sarunei Buluh ke dalam kelompok alat
musikyang dimainkan secara tunggal solo instrument, namun pada kesempatan-kesempatan tertentu Sarunei Buluh tersebut dimainkan secara
ansambel.
1.4.2 Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005.Sebagai landasan berpikir
dalam melihat suatu permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teori-teori yang revelan, yang sesuai untuk permasalahan
tersebut. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, eksitensi artinya
keberadaan. Sementara pengertian kebudayaan menurut E.B Talyor, dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture 1871 adalah: “keseluruhan yang
mencakup pengetahuan dan kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, serta
18
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Sarunei Buluh Simalungun adalah instrumen musik aerofon, berlidah tunggal, yang memiliki tujuh lubang, yang suaranya berasal dari udara. Oleh
karena itu dalam pengklasifikasian alat musik tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961, yaitu sistem
pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem pengklasifikasian ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari:
idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan alat musik itu sendiri, aerofon penggetar utama bunyinya adalah udara, membranofon penggetar
utama bunyinya adalah kulit atau membrane, dan kordofon penggetar utama bunyinya adalah senar.
Maka penulis meyimpulkan bahwa eksistensi merupakan keberadaan yang mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnyaa yang diperoleh manusia sebagai menjadi landasan teori eksistensi kebudayaan untuk menyatakan keberadaan
instrumenSarunei Buluh dalam masyarakat Simalungun. Dalam tulisan ini untuk membahas pendeskripsian alat musik, penulis
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Kashima 1978:174 terjemahan Rizaldi Siagan dalam laporan APTA, bahwa studi musik dapat
dibagi dalam dua kelompok sudut pandang yang mendasar, yaitu studi strukural dan studi fungsional. Studi struktural berkaitan dengan observasi
pengamatan, pengukuran, perekaman, atau bentuk pencatatan, ukuran besar
19
kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipakai unutuk pembuatan alat musik tersebut.
Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat komponen yang memproduksi menghasilkan suara, antara lain membuat
pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dankeras lembutnya suara loudness bunyi nada, warna nada
dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggolongkan proses dan teknik pembuatan
Sarunei Buluh Simalungun yang dilakukan Rabes Saragih kedalam studi structural.
Menurut Herskovits 1964:217-218 dalam Merriam, penggunaan musik dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu:
kebudayaan material, kelembagaan sosial, hubungan manusia dengan alam, estetika, dan bahasa.
1.5 Metode Penelitian