24
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI
BAPAK RABES SARAGIH
Bab II ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian dan biografi singkat Bapak Rabes Saragih sebagai seniman alat musik
tradisional Simalungun.Wilyah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih berfokus kepada gambaran masyarakat Simalungun
khususnya yang ada di Nagori Purba Tongah secara umum. Namun sebelum membahas topiktersebut, akan diuraikan terlebih dahulu Desa Nagori Purna
Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di Desa Nagori Purba Tongah yang merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai tempat pembuatan Sarunei
Buluh bapak Rabes Saragih yang bertempat tinggal Jalan Purba Tongah, Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Menurut data yang didapat dari
Kantor Lurah Desa Nagori Purba Tongah, secara geografis Desa Nagori Purba Tongah adalah terletak antara 02’50’18 LU- 99’11’20 BT. Dengan luas wilayah
adalah 172,71Km² dengan letak geografis. Adapaun batas-batas wilayah Desa Nagori Purba Tongah adalah sebagai berikut:
1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dolok,
25
2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Haranggaol Horisan dan
Kecamatan Dolok Pardamean, 3
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Silimakuta, 4
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Raya.
2.2 Keadaan Penduduk
Pada awalnya penduduk asli Desa Nagori Purba Tongah didominasi oleh suku Simalungun, namun setelah terjadi urbanisasi kependudukkan, Desa Nagori
Purba Tongah menjadi bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai ragam suku dan etnis, yaitu Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola, Jawa, Aceh,
Pakpak,, Minang Kabau, Melayu. Pada tahun 2013 penduduk Desa Nagori Purba Tongah mencapai 22.773 jiwa.Dengan jumlah rumah tangga 5.852. Dengan
kepadatan penduduk 131,86 jiwakm
2.
Penduduk perempuan di Desa Nagori Purba Tongah lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2013 penduduk
Desa Nagori Purba Tongah yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11.298 jiwa dan penduduk laki-laki 101,57 jiwa.
Secara etimologi kata “Simalungun” dapat dibagi kedalam tiga suku kata yaitu: Sibearti “orang”, masebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun
berarti “sunyi,kesepian”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang bersedih hati, sunyi dan kesepian.”
Secara umum masyarakat Simalungun yang tinggal di wilayah Simalungun maupun perantauan merupakan suatu pribadi yang pendiam dan
26
tertutup. Menurut Hendrik Kraemer ketika berkunjung ke Tanah Batak pada bulan Februari-April tahun 1930 melaporkan bahwa jika dibangdingkan dengan
orang Batak Toba, orang Simalungun jelas lebih berwatak halus, lebih suka meyendiri di hutan dan secara alamaiah kurang bersemangat dibangdingkan
dengan orang Batak Toba. Hal yang senada juga dikatakan oleh Walter Lempp tentang tabiat dariu pada masyarkat Simalungun yaitu orang Simalungun lebih
halus dan tingkah lakunya hormat sekali,tidak pernah keras atau meletus, meskipun sakit hati.
Hal itu dimungkinkan karena suku Simalungun satu-satunya yang pernah dijajah oleh suatu kerajaan di Jawa yang berkedudukkan di Tanah
Jawa.Masyarakat Simalungun yang bertempat tinggal di Kecamatan Purba mengenal satu lembaga adat yang disebut Parhuta Maujana
Simalungun.Lembaga adat ini telah ada mulai dari tingkat Serikat Tolong Menolong STM, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Pusat Tribudi, 2010.
Masyarkat yang tinggal di Kecamatan Purba, pada umumnya bekerja sebagai petani, buruh, wiraswasta, dan Pegawai Negeri Sipil PNS.Menurut
wawancara penulis dengan bapak Rabes saragih, pekerjaan beliau adalah sebagai pemaian musik sarunei buluhSimalungun, dan bertani adalah pekerjaan
sampingan beliau.Untuk membuat Sarunei Bulluh Simalungun dilakukan Bapak Rabes Saragih apabila adanya pesanan untuk membuat alat musik Sarunei Buluh
Simalungun tersebut.
27
2.3 Sistem Bahasa