40
bangsawan mereka sebut juga “tuhan” bukan saja disegani tetapi ditakuti masyarakat, tetapi akhirnya sesudah masuknya agama Islam dan Kristen sebutan
tersebut berubah menjadi Tuan. Masuknya Agama Islam ke Simalungun adalah pada abad ke-15 melalui
daerah Asahan dan Bedagai yang dibawa oleh orang-orang dari kerajaan Aceh. Awalnya perkembangan Agama Islam berada di daerah sekitar Perdagangan dan
Bandar Sihotang, 1993:23. Kemudian sekitar tahun 1903, Gereja Batak Toba HKBP yang berada
dalam fase perkembangan kemudian berkembang hingga menjangkau masyarakat di luar lingkungan mereka sendiri.Pada suatu konferensi yang
dilakukan pada tahun tersebut diambil suatu keputusan untuk memulai karya misi pada masyarakat Simalungun.Kelompok Kristen Simalungun yang masuk
dari upaya ini pada awalnya hanya sekadar bagian dari Gereja Batak Toba dinamakan HKBP-S.Namun pada tahun 1964terjadi pemisahan dan lahirlah
organisasi baru yang menamakan diri sebagai Gereja Kristen Protestan SimalungunGKPS. Salah satu bagian integral dari proses Kristenisasi adalah
berupa pendirian gereja-gereja dan sekolah-sekolah. Di sana anak-anak dan orang-orang dewasa dapat belajar membaca dan menulis dalam bahasa mereka
sendiri dan kemudian dalam bahasa Indonesia.
2.7 Biografi Singkat Bapak Rabes Saragih
Bapak Rabes Saragih adalah seorang Seniman Simalungun yang ahli dalam memainkan alat musik Sarunei Simalungun.Bapak Rabes Saragih lahir di
41
Kampung Baru, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, pada 01-Agustus- 1953. Ayahnya bernama Hormat Alm. seorang seniman Sarunei Simalungun.
Ibunya bernama Rosmentina Purba.Bapak Rabes Saragih memiliki dua bersaudara perempuan dan satu laki-laki, beliau merupakan anak paling
besar.Selain bekerja petani, ayah beliau juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai pemaian Sarunei, jiwa seni yang dimiliki beliau diwariskan oleh
orang tuanya.Beliau menikah dengan Ibu br. Purba pada tanggal 02-februari- 1972 dan memiliki empat orang anak laki-laki dan perempuan.
Beliau mengenal alat musik Sarunei dari Ayahnya dan mulai belajar alat musik tersebut dengan cara melihat orang bermain Sarunei pada acara pesta-
pesta. Dengan keinginan yang besar beliau belajar sendiri memainkan Sarunei Buluh, lambat laun beliau sudah bisa memainkan Sarunei Buluh dan pada saat
beliau berumur 18 tahun, beliau sudah bias memainkan Sarunei Buluh. Banyak acara yang sudah diikuti oleh Bapak Rabes Saragih di Kabupaten
Simalungun khususnya bahkan di Sumatera Utara.Pada tahun 1986 bapak Rabes Saragih mengikuti Festival pertandinagn Gondrang Simalungun.Beliau
merupakan seniman yang sangat diseganin dan terpandang di masyarakat Simalungun.Beliau selalu dipangil kalau ada acara resmi seperti Rondang
Bittang sebagai Pemain Sarunei.Dikarenakan kondisi kesehatan beliau saat sekarang sudah sangat menurun, beliau mendapatkan penghargaanpiagam dari
pemerintah, pada tahun 1986. Dari hasil wawancara saya dengan masyarakat setempat bahwa bunyi
suara Sarunei Buluh yang dimainkan bapak Rabes Saragih memilki ciri khas
42
yang sangat indah.Beliau mengetahui Sarunei Buluh dengan cara melihat dan memperhatikan bagaimana bentuk Sarunei Buluh tersebut, kemudian beliau
membuat Sarunei itu sendiri dirumahnya.
43
BAB III KAJIAN ORGANOLOGIS SARUNEI BULUH SIMALUNGUN
3.1 Kasifikasi Sarunei Buluh Siamlungun
Dalam mengklasifikasikan Sarunei Buluh, penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Curth Sachs dan Hornbostel 1914 yaitu:“sistem
pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari : Idiofon,
penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, Membranofon, penggetar utama
bunyinya adalah kulit atau membran, Kordofon, penggetar utamaa bunyinya adalah senar atau dawai”.
Sesuai dengan tinjauan penelitian mengenai organologis alat musik Sarunei Buluh, penelitian mengklasifikasikan alat musik ini ke dalam kelompok
aerofone. Aerofone ada beberapa jenis yaitu, Blown Flute, End Blown Flute, Side Blown Flute, Rim Blown Flute, Wistle Flute, Nose Flute. Dengan mengacu
pada teori diatas, maka alat musik Sarunei Buluh jika dilihat dari sumber bunyinya yaitu alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, alat
musik Sarunei Buluh ini golongan ke pada klasifikasi aerofone yaitu sumber utama bunyi yang digahsilkan oleh getaran udara. Sedangkan dalam pembagaian
jenis klasifikasi aerofone, musik Sarunei Buluh tergolong kedalam “end blown flute” karena alat musik Sarunei Buluh ditiup sebagai penghembusan udara.