36 a.
Pemerintah daerah memiliki asset tanah dan bangunan b.
Pihak ketiga merenovasi bangunan c.
Pihak ketiga mengelola dan mengoperasikan bangunan dan dengan menyewakan dari pemerintah daerah untuk disewakan lagi pada
pihak lain atau dipakai sendiri
d. Pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa dari
pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan sesuai kesepakatan e.
Pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan asuransi f.
Risiko kerjasama sesuai kesepakatan. 7.
Kerjasama bangun, Serah, dan Sewa Build, Transfer, Leasehold Kerjasama anatara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan
ketentuan: a.
Pemerintah memiliki aset tanah b.
Pihak ketiga membangunkan diatas tanah pemerintah c.
Pihak ketiga menyerahkan bangunan kepada pemerintah daerah setelah selesai
d. Pihak ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan dengan cara
menyewakan kepada orang lain. e.
Pihak ketiga memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dari hasil sewa tersebut yang besarnya sesuai kesepakatan.
f. Pihak ketiga menaggung biaya pemeliharaan.
g. Risiko s elama masa kerjasama ditanggung oleh pihak ketiga.
Dalam kondisi ini maka pengadaan barangjasa pemerintah yang dilelang kepada perusahaan kontraktor swasta ini dapat disimpulkan
bahwa perjanjian ini menganut dasar Build and transfer, karena pihak kontrak hanya membangun apa yang diperjanjikan dalam kontrak. Setelah
kontraktor menyelesaikan pekerjaan maka akan diserahkan kepada pihak pemerintah selaku penyelengara lelang pekerjaan.
C. Dasar Hukum Perjanjian Kerjasama Pengadaan BarangJasa
Pemerintah
Pengadaan barang ataupun jasa yang terjadi antara orang peroranganbadan hukum dengan perorangan atau badan hukum lainnya, diatur
secara umum dalam KUH Perdata dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak
37 untuk melakukan pengadaan barangjasa harus sesuai dengan persyaratan
perjanjian sebagaimana yang diisyaratkan dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu: 1.
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3.
Suatu hal tertentu 4.
Suatu sebab yang halal Latar belakang yang mendasari PERPRES Nomor 4 Tahun 2015 pertama
ialah berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1 Republik Indonesia, maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010. Dengan melihat Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka terbentuknya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan BarangJasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah.
Beberapa hal yang baru dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah:
15
1. Yang melakukan proses pemilihan penyedia dalam pengadaan langsung,
penunjukan langsung, dan e-purchasing adalah pejabat pengadaan. 2.
Penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa dipersyaratkan antara lain memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan telah
memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir.
15
http:ahmaddamopolii.info2015123perpres-4-tahun-2015-perubahan-keempat-atas- perpres-54-tahun-2010 diakses pada tanggal 7 Juni 2015
38 3.
Persyaratan pemenuhan kewajiban perpajakan tahun terakhir dikecualikan untuk pengandaan langsung dengan menggunakan bukti
pembelian atau kwitansi. 4.
Pengumuman rencana umum pengadaan oleh pengguna anggaran dilakakukan setelah rancangan peraturan daerah setelah disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD. 5.
Tanda bukti perjanjian terdiri atas; a.
Kwitansi b.
Surat Perintah Kerja c.
Surat Perjanjian d.
Surat pesanan 6.
Bukti perjanjian untuk pengadaan barangjasa melalui e-purchasing dan pembelian secara online adalah surat pesanan.
7. Jaminan pelaksanaan sudah tidak diperlukan untuk pengadaan langsung,
penunjukan langsung darurat, sayembara, dan pengadaan e-purchasing. 8.
Untuk pengadaan barangjasa tertentu, kelompok kerja ULP dapat mengumumkan pelaksanaan pemilihan penyedia barangjasa secara luas
kepada masyarakat sebelum RUP diumumkan. 9.
Dalam hal proses pemilihan penyedia barangjasa dilaksanakan melalui pengesahan DIPADPA dan alokasi anggaran DIPADPA tidak disetujui
atau ditetapkan kurang dari nilai pengadaan barangjasayang diadakan, proses pemilihan penyedia barangjasa dilanjutkan ke tahap
penandatanganan kontrak setelah dilakukan resisi DIPADPA atau proses pemilihan penyedia barangjasa dibatalkan. Dimana para pihak
39 menandatangani kontrak setelah penyedia barangjasa meenjaminkan
menyerahkan jaminan pelaksanaan. 10.
Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang.
11. Pemberian kesematan kepadapenyedia barangjasa menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada melampaui tahun
anggaran maka dengan melakukan kontrak atas sumber pembiayaan DIPA atas sumber-sumber pembiayaan tahun anggaran berikutnya.
12. Penegasan pelaksanaan pengadaan barangjasa pemerintah dilakukan
secara elektronik. 13.
Ketentuan pelaksanaan e-tendering untuk pengadaan jasa konsultasi. Ketentuan pengadaan barangjasa di desa diatur dengan pedoman yang
ditetapkan oleh BupatiWalikota yang mengacuh pada pedoman yang ditetapkan oleh LKPP berdasarkan kepada Kepres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pengadaan BarangJasa pemerintah, pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pengadaan barangjasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan
barangjasa adalah kegiatan untuk memperoleh barangjasa oleh
KementrianLembagasatuan kerja perangkat Daerahinstitusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan untuk memperoleh barangjasa.”
Pengertian pengguna barangjasa menurut Pasal 1 ayat 3 Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah “pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
danatau jasa milik negara daerah di masing-masing KLDI”.
40 Lembaga Kebijakan BarangJasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
LKPP berdasarkan Pasal 1 ayat 4 Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah “Lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana yang dimaksud dalam Perpres Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah sebagaimana diubah dengan peraturan presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga
Kebijakan Pengadaan BarangJasa.” Penggunaan anggaran yang selanjutnya disebut PA dalam pasal 1 ayat 5
Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah “Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran KementrianLembagasatuan kerja perangkat Daerah atau
pejabat yang disamakan pada Institusi pengguna APBDAPBN.” Pejabat pengadaan dalam pasal 1 ayat 9 Perpres Nomor 4 Tahun 2015
adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung dan e-Purchasing.
41
BAB III KEDUDUKAN PERPRES NOMOR 4 TAHUN 2015 DALAM PERJANJIAN