24 membuatnya, perjanjian itu tidak dapat membawa rugi atau manfaat
kepada pihak ketiga, selain dalam hal yang diatur klaim Pasal 1317. Oleh karena perjanjian itu hanya mengikat para pihak yang
membuatnya dan tidak dapat mengikat pihak lain.Maka asas ini dinamakan asas kepribadian.
B. Klasifikasi Jenis Perjanjian Kerjasama
Dalam Kitab Undang-undang hukum Perdata dibagi beberapa hal tentang perikatan, yaitu:
1. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang.
Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang Ketentuan ini, diatur dalam KUH Perdata Pasal 1235 sampai dengan
Pasal 1238. Sebagai contoh untuk perikatan ini, adalah jual beli, tukar menukar, penghibahan, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan lain-
lain. 2.
Perjanjian untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. perjanjian untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu diatur
pada pasal 1239 sampai dengan 1242, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam
kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Sebagai contoh perjanjian ini adalah perjanjian hutang.
3. Perjanjian untuk penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak
dipenuhinya suatu perikatan.
25 Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Penjelasannya ini tertera pada Pasal 1243 sampai
dengan Pasal 1252 KUHPerdata. Menurut Sutarno, perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu
11
1. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan
meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan
perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjianjual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak
penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan
hak menerima barangnya.
:
2. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan
kewajiban pada salah satu pihak sajaMisalnya perjanjian hibah. Dalam hibah ini kewajiban hanya ada padaorang yang menghibahkan yaitu
memberikan barang yang dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak
11
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, hlm. 82.
26 menerima barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada
orang yang menghibahkan. .
3. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah schenking dan
pinjam pakai Pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.
4. Perjanjian konsensuil, riil dan formil. Perjanjian konsensuil adalah
perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antarapihak yang membuat perjanjian. Perjanjian riil adalah perjanjian
yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1741 KUHPerdata dan
perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata. Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-
undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum
notaris atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, undang-undang menentukan akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian
perkawinan dibuat dengan akta notaris. .
5. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama. Perjanjian
bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai
dengan bab XVIII. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak
27 diatur secara khusus dalam undang-undang. Misalnya perjanjian
leasing, perjanjian keagenan dan distributor, perjanjian kredit.
Menurut R. Subekti terdapat beberapa macam jenis perjanjian jika dilihat dari bentuknya, adapun jenis perjanjian jika dilihat dari bentuknya yakni
12
1. Perikatan bersyarat, adalah suatu perikatan yang digantungkan pada
suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Pertama mungkin untuk memperjanjikan, bahwa
perjanjian itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu timbul. Suatu perjanjian yang demikian itu, mengandung adanya suatu
perikatan pada suatu syarat yang menunda atau mempertanggung jawabkan ospchoriende voorwade
:
2. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketepatan waktu
tijdshcpaling, perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang
belum tentu atau tidak akan terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat
ditentukan kapan datangnya, misalnya meninggalnya seseorang
.
3. Perikatan yang memperbolehkan memilih alternatif adalah suatu
perikatan dimana terdapat dua macam atau lebih prestasi, sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana yang ia lakukan.
4. Perikatan tanggung menanggung hooldelijk atau solidair ini adalah
suatu perikatan dimana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak
12
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 52
28 yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan,
atau sebaliknya. Beberapa orang bersama-sama berhak menagih suatu piutang dari satu orang. Tetapi perikatan semacam belakangan ini,
sedikit sekali terdapat dalam praktek. 5.
Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi, apakah suatu perikatan dapat dibagi atau tidak tergantung pada kemungkinan
tidaknya membagi prestasi. Pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak atau maksud kedua belah pihak yang membuat suatu
perjanjian. Persoalantentang dapat atau tidaknya dibagi suatu perikatan, barulah tampil ke permukaan. Jika salah satu pihak dalam
perjanjian telah digantikan oleh beberapa orang lain. Hal mana biasanya terjadi karena meninggalnya satu pihak yang menyebabkan ia
digantikan dalam segala hak-haknya oleh sekalian ahli warisnya. 6.
Perikatan dengan penetapan hukum strafbeding, adalah untuk mencegah jangan sampai ia berhutang dengan mudah saja melalaikan
kewajibannya, dalam praktek banyak hukuman, apabila ia tidak menepati kewajibannya. Hukuman ini, biasanya ditetapkan dalam
suatu jumlah uang tertentu yang sebenarnya merupakan suatu pembayaran kerugian yang sejak semula sudah ditetapkan sendiri oleh
para pihak yang membuat perjanjian itu. Hakim mempunyai kekuasaan untuk meringankan hukuman apabila perjanjian telah sebahagian
dipenuhi.
29 Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian dapat dibedakan menurut
berbagai cara. Pembedaan tersebut adalah sebagai berikut
13
1. Perjanjian timbal balik. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang
menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual-beli.
:
2. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban.Perjanjian dengan
cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja Perjanjian atas beban adalah perjanjian di mana
terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontrak prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut
hukum 3.
Perjanjian khusus benoend dan perjanjian umum onbenoend. Perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri.
Maksudnya ialah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling
banyak terjadi sehari-hari. Di luar perjanjian khusus tumbuh perjanjian umum yaitu perjanjian-perjanjian yang tdiak diatur di dalam KUH
Perdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tak terbatas. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktekadalah berdasarkan
asas kebebasan mengadakan perjanjian atau partij otonomi yang berlaku di dalam Hukum Perjanjian. Salah satu contoh dari perjanjian
umum adalah perjanjian sewa beli.
13
Op-cit, Meriam darus Badrulzaman, hlm 9
30 4.
Perjanjian kebendaan zakelijk dan perjanjian obligatoir Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang
menyerahkan haknya atas sesuatu, kepada pihak lain. Sedangkan perjanjian obligatoir adalah perjanjian dimana pihak-pihak
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain perjanjian yang menimbulkan perikatan.
5. Perjanjian konsensuil dan perjanjian riil Perjanjian konsensuil adalah
perjanjian di mana di antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan-perikatan.
6. Perjanjian-Perjanjian yang istimewa sifatnya.
a. Perjanjian liberatoir, yaitu perjanjian di mana para pihak
membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang kwijtschelding pasal 1438 KUH Perdata;.
b. Perjanjian pembuktian bewijsovereenkomst yaitu perjanjian
dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka.
c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi, pasal
1774 KUH Perdata. d.
Perjanjian public, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak bertindak
sebagai penguasa pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas. Adapun jenis perjanjian kerjasama kontrak bisnis dapat dilihat dari
hubungan hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada suatu perusahaan.
31 Terlepas dari bidang usaha yang dijalani, adapun macam-macam hubungan dan
kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut
14
1. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra
bisnis. :
Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa dalam rangka mengadakan suatu bangunan pabrik
dan atau kantor, dimana perusahaan menjadi pemilik yang memberikan order kerja dan kontraktor menjadi pemborong yang
menerima order kerja. Skala dan kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang proyek kecil hingga yang proyek besar; dari yang
sederhana hingga yang canggih. Konsep perikatan perjanjian-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian
Pemborongan hingga Engineering Procurement Construction Contract atau EPC Contract.
Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama
bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka kedua belah pihak melakukan:
a. Suatu kerjasama operasi joint operation; seperti: Joint Operation
Agreement atau Production Sharing Agreement
14
Diakses dari http:www.hukumonline.comklinikdetailcl31jenis-jenis-kontrak-bisnis, pada tanggal 6 juni 2015
32 b.
Penyertaan modal saham joint venture dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan joint venture company, yang
perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement. Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-
hal yang sangat luas dan beragam. Pada umumnya: a.
Struktur transaksi pembiayaan proyek seperti: Build OperateandTransfer Agreement atau disingkat BOT Agreement,
atau Build Operate and Own Agreement atau disingkat BOO Agreement
b. Proses alih teknologi atau pengetahuan tertentu seperti: Technical
Assistance Agreement; c.
Kepentingan pengembanganjaringan bisnis seperti: Collaboration Agreement;
d. Kepentingan penelitian dan pengembangan serta rekayasa
mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada pendapatan yang diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang
diutamakan seperti: Research, Developmentand Engineering Agreement;
e. Kepentingan hak milik intelektual seperti: Licence Agreement.
2. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok.
Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan produksi atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya
disebut Supply Agreement.
33 3.
Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retaileragen penjualan.
Dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain
yaitu distributor atau retailer atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative Agreement.
4. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur.
Dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan dapat melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen
yang bersangkutan dengan melakukan perjanjian jual beli dengan cicilan Purchase With Installment atau sewa beli Hire Purchase
Agreement. 5.
Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham. Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal
yang sudah diatur dalam anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada kesepakatan antara pemegang saham
lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement. 6.
Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau pinjaman.
Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit Agreement. Namun dari segi sifat hutang dan struktur transaksi
dapat merupakan macam ragam hubungan atau transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility Agreement.
34 Secara konsepsional dikenal beberapa bentuk kerjasama antara pemerintah
dengan swasta, yaitu: 1.
Build and transfer Suatu perjanjian dimana kedudukan kontraktor hanya membangun
proyek tersebut, setelah selesai dibangunnya proyek tersebut maka proyek yang bersangkutan diserahkan kembali kepada pihak bowler
tanpa hak kontraktor untuk mengelolahmemungut hasil dari proyek tersebut. Dalam praktik build and transfer ini disebut dan dipadankan
dengan contract design and build atau full finace sharing, turn key project.
2. Build, operated, transfer BOT
Setelah membangun proyek tersebut pihak swasta kemudian berhak mengelolah atau mengoperasikan proyek tersebut dalam waktu
tertentu, dan dengan pengoperasian tersebut pihak swasta memperoleh keuntungan, dan setelah jangka waktu disepakati kemudian proyek
tersebut diserahkan kepada pihak swasta tanpa memperoleh pembayaran dari pemerintah.
3. Kerjasama bangun, kelola, sewa, dan serah build,operate,leasehold,
and transfer. Perjanjian antara pemerintah dengan pihak swasta dengan syarat,
sebagai berikut: a.
Pemerintah daerah memiliki asset tanah b.
Pihak ketiga membangun diatas tanah milik pemerintah daerah. c.
Pihak ketiga mengelola, mengoperasikan dengan menyewakan kepada pihak lain atau pemerintah daerah itu sendiri.
35 d.
Pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa kepada pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan.
e. Jangka waktu kerjasama sesuai kesepakatan bersama.
f. Setelah berakhirnya kerjasama pihak ketiga menyerahkan seluruh
bangunan kepada pemerintah daerah.
4. Kerjasama Bangun, Serah, dan Kelola Build, Transfer,and Operate.
Perjanjian anatara pemerintah dengan pihak swasta dengan syarat, sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki aset tanah
b. Pihak ketiga membangun di atas tanah pemerintah daerah
c. Setelah pembangunan selesai pihaak ketiga menyerahkan
bangunan kepada pemerintah daerah d.
Pihak ketiga mengelola bangunan tersebut selama kerjasama e.
Pihak ketiga memberikan imbalan berupa uang atau bangunan lan kepada pemerintah daerah sesuai kesepakatan
f. Risiko selama masa kerjasama ditanggung oleh pihak ketiga
g. Setelah berakhirnya kerjasama, tanah dan bangunan tersebut
diserahkan kembali kepada pemerintah daerah.
5. Kerjasama Rehabilitasi, Guna, dan Serah Renovate,Operate, and
Transfer. Memiliki syarat yang harus dipenuhi, sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki asset tanah dan bangunan
b. Pihak ketiga memiliki modal untuk rehabilitasi bangunan
c. Pihak ketiga mengelola bangunan selama kerjasama
d. Hasil pengelolaan seluruhnya menjadi hak pihak ketiga
e. Pihak ketiga tidak boleh mengagunkan bangunan
f. Jangka waktu kerjasama ditetapkan maksimal lima tahun
g. Setelah berakhirnya masa kerjasama, tanah dan bangunan
diserahkan kepada pemerintah daerah dalam keadaan baik 6.
Kerjasama Renovasi, Guna Sewa, dan Serah Renovate, Operate, Leasehold, and Transfer .
Kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan syarat-syarat sebagai berikut:
36 a.
Pemerintah daerah memiliki asset tanah dan bangunan b.
Pihak ketiga merenovasi bangunan c.
Pihak ketiga mengelola dan mengoperasikan bangunan dan dengan menyewakan dari pemerintah daerah untuk disewakan lagi pada
pihak lain atau dipakai sendiri
d. Pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa dari
pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan sesuai kesepakatan e.
Pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan asuransi f.
Risiko kerjasama sesuai kesepakatan. 7.
Kerjasama bangun, Serah, dan Sewa Build, Transfer, Leasehold Kerjasama anatara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan
ketentuan: a.
Pemerintah memiliki aset tanah b.
Pihak ketiga membangunkan diatas tanah pemerintah c.
Pihak ketiga menyerahkan bangunan kepada pemerintah daerah setelah selesai
d. Pihak ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan dengan cara
menyewakan kepada orang lain. e.
Pihak ketiga memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dari hasil sewa tersebut yang besarnya sesuai kesepakatan.
f. Pihak ketiga menaggung biaya pemeliharaan.
g. Risiko s elama masa kerjasama ditanggung oleh pihak ketiga.
Dalam kondisi ini maka pengadaan barangjasa pemerintah yang dilelang kepada perusahaan kontraktor swasta ini dapat disimpulkan
bahwa perjanjian ini menganut dasar Build and transfer, karena pihak kontrak hanya membangun apa yang diperjanjikan dalam kontrak. Setelah
kontraktor menyelesaikan pekerjaan maka akan diserahkan kepada pihak pemerintah selaku penyelengara lelang pekerjaan.
C. Dasar Hukum Perjanjian Kerjasama Pengadaan BarangJasa