Tema-tema Penting dalam Filsafat Eksistensialis Kierkegaard
menghasilkan pertanggunganjawab atas pilihan-pilihan tersebut.
15
Term ini cukup jelas dibahas oleh Kierkegaard dalam buku The Concept of Anxiety.
2. Otentik dan tidak otentik Authentic and Inauthentic
Dalam bahasa Jerman otentik adalah “Eigentlichkeit”, secara etimologi berasal dari kata eigen, yang artinya kepunyaan sendiri, memiliki own, atau
dalam pengertian lain “ruang milik seseorang a room of one’s own”. Sementara itu dalam bahasa Yunani otentik adalah autentes yang artinya
pengarang asli, atau orang yang secara asli melakukan tindakan tertentu. Orang yang mempunyai kewenangan terhadap kepemilikannya tersebut.
16
Søren Kierkegaard merupakan orang yang pertama dalam tradisi eksistensialis yang memperkenalkan tema otentik. Dia menjelaskan bahwa
kedirian yang otentik authentic selfhood merupakan diri yang sadar akan kebebasannya secara personal terhadap tindakan yang memiliki
pertanggung-jawaban. Kesadaran penuh akan kebenaran pada dirinya secara utuh sebagai individu.
Sementara ketidak-otentikan inauthentic merupakan kebalikan dari otentik: bukan kepunyaanmilik sendiri. Secara definitif jika direlevansikan
dengan filsafat eksistensialisme bahwa ketidak-otentikan adalah seseorang yang kehilangan diri, atau yang lari dari kebebasannya dan terus-menerus
menganggap eksistensi orang tersebut impersonal, di mana orang itu tidak dapat sampai pada pertanggung-jawaban.
15
Stepen Michelman Historical., p. 35
16
Stepen Michelman, Historical., p. 43
3. Pilihan Choice Pilihan adalah adalah tindakan ‘etis’
17
, keputusan seseorang yang itu dibuat dengan seluruh kedalaman batin seseorang tersebut. Pilihan merupakan
perlawanan individu yang keluar dari eksistensi ‘estetis’
18
sampai pada kesadaran yang bebas dan bertanggungjawab yang mengangkat etika. Prinsip
dasar dari pilihan adalah bukan pembenaran, akan tetapi komitmen, ketepatan subyek dan sikap personal.
4. Subyektif Subjective Subyek diartikan sebagai individu atau personal. Secara definitif
subyektif merupakan suatu metode yang memberikan porsi penuh terhadap pengalaman eksistensi kesadaran individu. Dalam arti kesadaran pengalaman
dideskripsikan sebagai metode melihat dunia dari pengalaman mental subyek.
19
Dengan kata lain subyektif merupakan suatu upaya individu dengan sunggguh-sungguh dan penuh sadar dalam pencariannya terhadap kebenaran.
Relasi yang lebih ditekankan adalah bagaimana hubungan kebenaran dengan individu yang mencari sebuah kebenaran itu.
Kierkegaard sangat menekankan terhadap kebenaran subyektifitas, di mana kebenaran ini merupakan pencarian mendasar seorang subyek terhadap
suatu kebenaran. Kebenaran akan semakin di peluk oleh subyek dan akan
17
Penjelasan dari istilah ini terdapat di bab IV tentang tahap-tahap eksistensialisme.
18
Penjelasan dari istilah ini terdapat di bab IV tentang tahap-tahap eksistensialisme.
19
Donald M. Borchert, Encylclpedia Of Philosophy Volume IX, Macmilan Reference: USA, p. 290
menjadi lebih mendekati subyek dan secara langsung pada akhirnya kebenaran itu sendiri akan menjadi bermakna bagi si subyek.
5. Pertanggung-jawaban Responsibility Pertanggung-jawaban dapat diartikan bahwa seseorang memiliki
kesadaran penuh pada dirinya dalam melakukan sesuatu dan dapat menanggung resiko atas perbuatan yang di lakukannya. Responsibility harus
dibedakan dengan pertanggung-jawaban secara moral dan legal yang mendapat tekanan dari luar. Sebagai contoh : hukuman yang diberikan polisi
kepada seseorang yang melanggar ketika melintas di lampu merah, kemudian secara legal orang tersebut diwajibkan membayar denda. Atau hukuman pada
orang tua yang tidak menghabiskan waktunya bersama keluarga pada hari libur sehingga secara moral orang tua wajib membuat keluarganya tidak
sedih.
20
Eksistensialisme menekankap bahwa pertanggung-jawaban merupakan suatu gambaran peristiwa-peristiwa penting, bukan peristiwa yang terjadi
setiap hari. Hal ini berarti bahwa seseorang menerima kehidupan sebagai hasil dari pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan dirinya, akan tetapi bukan dari
keadaan ligkungan atau bukan dari keputusan-keputusan yang lain.
Melihat penjelasan dari tema-tema di atas –meskipun singkat—setidaknya dapat mengantarkan pemahaman tentang filsafat eksistensialisme Kierkegaard.
Sebenarnya masih banyak tema-tema lain dalam kajian filsafat eksistensial
20
Stepen Michelman, Historical., p. : 285-286
Kierkegaard, seperti: kebebasan fredoom, iman faith, ketakutan dan bergetar fear and trambling. Di sini penulis memiliki alasan kenapa hanya memilih lima
term yang dijelaskan; pertama, kelima term di atas memang memiliki pengertian yang cukup mendalam dalam pandangan Kierkegaard sehingga perlu ada
penjelasan secara definitif. Kedua, bahwa term-term yang lain jika diartikan secara etimologi tidak terlalu jauh artinya dari kosakata dalam bahasa Indonesia.