menguasai realitas secara keseluruhan. Rasio yang dimaksud bukan dipahami sebagai ‘subyek tertentu’ melainkan sebagai suatu ‘intelegensi yang mengatasi
individu’, suatu ‘subyek absolut’. Rasio seperti ini mampu mengatasi pikiran- pikiran individu dan menjadi inti hakiki kenyataan itu sendiri. Kenyataan lalu
dimengerti sebagai perwujudan diri dari subyek absolut atau rasio itu.
1
Realitas adalah rasional, logis, dan spiritual. Bagi aliran ini segala sesuatu memiliki struktur yang bisa dipahami atau memiliki inti yang bisa dicerna oleh
pemikiran manusia yaitu dengan kekuatan konsep dan fleksibilitasnya. Setiap aspek perjalanan manusia bisa diketahui melalui struktur rasional yang diamati.
Ungkapan yang populer dari Hegel bahwa “kenyataan adalah rasional dan rasional adalah kenyataan.”
2
Idealisme melihat bahwa dunia bergantung pada gagasan yang kita bangun, atau merupakan hasil kegiatan kesadaran kita. Filsafat mengembangkan
pada pusat dunia kesadaran, yakni kesadaran universal dan Diri Yang Absolut Absolut Self. Yang bekerja di alam dan dalam kesadaran manusia individual,
serta mencoba mempersatukan keduanya. Sebagaimana Hegel mengatakan bahwa diri absolut adalah eksplisit. Ini berarti meninjau kembali sejarah filsafat dan
pemikiran manusia pada umumnya, guna menunjukkan bahwa semua bentuk kesadaran kita sedang berusaha merealisasikan identitas diri absolut ini.
3
1
F. Budi Hardiman, Filsafat Kontemporer dari Machavelli sampai Nietsche, Gramedia: Jakarta, 2005, h. 155
2
Thomas Hidya Tjaya, Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri, KPG: Jakarta, 2004, h. 6
3
Thomas Hidya Tjaya, Kierkegaard., h. 6
Kesadaran adalah Roh Geist yang bergerak dalam sejarah dan roh ini pada akhirnya akan membawa manusia pada pembebasan menyeluruh dan
kebenaran obyektif meskipun harus dilalui dalam proses yang panjang. Segala bentuk pertentangan dan konflik dalam realitas dan perjalanan hidup manusia
termasuk perang dan revolusi pada akhirnya akan didamaikan. Roh yang merupakan perwujudan dari realitas obyektif secara dialektik akan mengalami
proses pengembangan diri dan kesadaran diri serta mengenal segala sesuatu.
B. Lahirnya Eksistensialisme: Sebuah Kritik Atas Hegelian
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa pemikiran Hegel mampu memberikan pengaruh yang cukup luas di kalangan masyarakat Jerman
pada waktu itu. Idelaisme seperti telah menjadi madzhab mayoritas dan orang telah tersihir dengan konsep-konsep yang ditawarkannya Roh Absolut.
Menurutnya kebenaran dapat dicapai dengan suatu sintesa dari tesis dan antitesis. Dengan demikian filsafat telah mendapatkan suatu bangunan kebenaran yang
kokoh dan tidak mungkin bisa dapat digoyahkan dengan badai-badai konsep kebenaran yang lain. Hegel menciptakan suatu pengetahuan yang mencakup
keseluruhan totalitas. Dia ingin menunjukkan tentang kebenaran universal yang dapat ditemukan melalui pertentangan ide tersebut.
Akan tetapi, suatu hal yang mungkin dilupakan oleh Hegel adalah bahwa konsep-konsep yang ditawarkan tentang kebenaran absolut tidak bisa menyentuh
realitas inidividu secara konkrit. Inilah yang kemudian dipertanyakan sekelompok yang mencoba mengkritisi pandangan Hegel. Roh absolut hanya sebuah konsep
yang mengawang dan tidak bisa menjawab terhadap masalah-masalah individu secara nyata. Roh absolut dari Hegel ternyata bersifat abstrak dan kabur. Untuk itu
perlu adanya pencarian kebenara baru yang bisa dapat menyelami pengalaman- pengalaman eksistensial individu.
Para kelompok yang menawarkan konsep tentang perlunya memahami pengalaman-pengalaman manusia konkrit inilah yang dinamakan sebagai tokoh
Eksistensialisme. Eksistensialisme lebih menekankan pada kenyataan manusia konkrit, eksistensialisme tidak bisa menerima bahwa realitas ini adalah suatu yang
totalitas. Eksistensialisme memutuskan perhatian pada fenomena kenyataan langsung, yakni kenyataan yang singular dan partikular. Eksistensialisme melihat
manusia sebagai individu yang berdiri berhadapan dengan realitas dalam sebuah relasi yang penuh ketegangan, kemungkinan dan tragedi. Eksistensialisme tidak
pertama-tama melihat manusia sebagai makhluk yang berpikir secara rasional, melainkan makhluk yang bertindak dalam menentukan pilihan-pilihan hidupnya..
Para eksistensialisme memandang, bahwa inilah jawaban bagi kegelisahan yang selama ini dipikirkan, sekaligus sebagai kritik atas
“keangkuhan” konsep filsafat Hegel. Namun demikian tidak dipungkiri bahwa konsep filsafat Hegel merupakan batu pijakan terhadap filsafatnya dari usaha
untuk mencapai suatu kebenaran. Tentunya mereka para eksistensialis perlu sadar diri bahwa kacang tidak melupakan kulitnya.
Dalam perkembangannya filsfat eksistensialisme di Jerman mampu menggulingkan dominasi Idealisme Hegel. Di antara tokoh-tokoh eksistensialisme