Patogenesis dan Patofisiologi Stres Bentuk, Gejala Klinis dan Tingkat Stres Bentuk-bentuk stres:

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi Stres

Secara fisiologi, respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi hipotalamus, selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Saraf simpatis berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contoh akan meningkatkan kecepatan denyut jantung takikardi dan mendilatasi pupil. Saraf simpatis memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Jika tubuh tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan perubahan, maka akan terjadi gangguan keseimbangan. 20,22 Sistem korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF corticotropin-releasing factor yaitu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis, terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini selanjutnya akan mensekresikan hormon ACTH adrenocorticotropic hormone, lalu dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. kemudian, akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon antara lain kortisol berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah. 20,22 ACTH adrenocorticotropic hormone memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk mengeluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi dari berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah dan ditambah aktivitas cabang saraf simpatik dari sistem saraf otonom berperan dalam respons fight or flight respon untuk melawan atau kabur. 20,22 Gambar 2.1. Mekanisme respon tubuh terhadap stres. http:appraisalassociatesta.comstress-health-and-disease-the phsyiology-and-phatophysiology-of-stress-response

2.1.5 Bentuk, Gejala Klinis dan Tingkat Stres Bentuk-bentuk stres:

Stres terbagi dua bentuk yaitu distress dan eustress. 1. Distress stres negatif yaitu stres individu yang tidak mampu mengatasi keadaan emosinya sehingga akan mudah terserang distress. Distress memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri-ciri individu yang mengalami distress adalah mudah marah, sulit berkonsentrasi, cepat tersinggung, bingung, pelupa, pemurung, penurunan akademik, dan kesulitan mengambil keputusan. 6,20 2. Eustress stres positif yaitu stres baik atau stres yang tidak mengganggu individu dan memberikan perasaan senang dan bersemangat. Eustress adalah respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat, dan konstruktif membangun. 6,20 Gejala-gejala stres yaitu: a. Gejala Emosional Meliputi kecemasan, gelisah, mudah marah, frustasi, merasa harga diri, dendam, percaya diri menurun, sensitif dan hiperaktif. b. Gejala Fisikal Meliputi tidur tidak teratur insomnia, lelah, diare, sakit di bagian terutama leher dan bahu. c. Gejala Interpersonal Meliputi kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah mempersalahkan orang lain dan tidak peduli dengan orang lain. d. Gejala Intelektual Meliputi susah berkonsentrasi dan sulit atau lambat mengambil keputusan. 6,20 Tanda-tanda stres Tanda-tanda stres, antara lain adalah:  Sakit kepala  Susah tidur  Kurang dapat berkonsentrasi  Temperamental atau mudah tersinggung  Sakit maag  Tidak ada kepuasan dalam hidup misalnya bekerja, belajar ataupun bersosialisasi. 23 Tingkat Stres Tingkat stres yaitu hasil penilaian derajat stres yang dialami individu. Tingkat stres merupakan salah satu faktor pembeda dalam melakukan koping sebagai kegiatan kognitif. Tingkat stres digolongkan menjadi stres ringan, stres sedang, dan stres berat. a. Stres ringan Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan berbahaya. 24 b. Stres sedang Stres sedang umumnya lebih lama dari stres ringan. Biasanya berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang. 24 c. Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Stres yang berat biasanya lebih cenderung mengalami gangguan, misalnya pusing, mengalami ketegangan ketika bekerja, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, nyeri leher dan bahu serta berkeringat dingin. Mahasiswa yang mengalami stres berat biasanya seringkali membolos atau tidak ikut aktif dalam mengikuti perkuliahan. 24,25 Tahapan tingkat stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 DASS 42. DASS merupakan skala subjektif dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, cemas, dan stres. DASS 42 adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh lovibon 1995 untuk menilai serta mengetahui tingkat depresi, kecemasan, dan stres. Alat ukur ini merupakan alat ukur yang sudah diterima secara internasional. DASS 42 bertujuan untuk mengenal status emosional individu yang biasanya digambarkan sebagai stres. 20,22 Peneliti menggunakan alat ukur yaitu kuesioner DASS 42 yang telah dimodifikasi oleh chomaria 2009, sriati 2008, yulianti 2004 dan http:digilib.unsri.ac.id 2009 dan kemudian dikategotikan menjadi 3 tingkatan stres yaitu: Stres ringan dengan skor 56 dari skor total, Stres sedang dengan skor 56-75 dari skor total, dan Stres berat dengan skor 75 dari skor total. 22

2.1.6 Pengaruh Intensitas Belajar terhadap terjadinya Stres