Etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

ETOS BELAJAR MAHASISWA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Siti Nurhayati

NIM : 10.40.32.20.10.33

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H /2009 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syaif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Februari 2009


(3)

ETOS BELAJAR MAHASISWA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Siti Nurhayati

NIM : 10.40.32.20.10.33

Pembimbing,

Dr. Masri Mansoer, M.A

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H /2009 M


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “ETOS BELAJAR MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Sosiologi Agama.

Jakarta, 26 Februari 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Hermawati, MA Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP. 150.227.408 NIP. 150.282.401

Penguji I, Penguji II

Prof. Dr. Suwarno Imam Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP. 150.033.254 NIP. 150.282.401

Pembimbing,

Dr. Masri Mansoer, MA NIP. 150.244.493


(5)

ABSTRAC

Siti Nurhayati

Colleges Student Learned Ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

This researches is description of figure in common college student learned ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. But, writer had the assumption that a few factor has been influence the ethos of college student. So, writer tried to do explanatory research, which is survey research have objectives to explain influence and correlation between religiousity and social cultural with the ethos of college student through a hypothesizing examination.

This research is executed at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This observational population is all UIN Syarif Hidayatullah Jakarta college student on the academic year 2007/2008. Observational sample is 250 respondents which chosen by cuota random sampling of ten faculties without proportional. Data collecting utilizes questionnaire and observation. Analysis is data utilizes descriptive statistic, correlation product moment and multiple regression two predictors.

The result of observation show us that : 1). Colleges student learned ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tends to high with percentage 51,6%. 2) There is positive correlation and significant between religiousity with college student learned ethos, it showed by correlation coefficient about 0,466 on significant 1%. 3 ). There is positive correlation and significant between social cultural with college student learned ethos, it showed by correlation coefficient about 0,265 on significant 1%. 4 ) There is positive influence and significant between religious and social cultural with college student learned ethos, it showed by F hitung about 21,25 on significant 5%. Contribution have given by religiousity variable about 80,23% and cultural social variable about 19,71%.


(6)

ABSTRAK

Siti Nurhayati

Etos Belajar Mahasaswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi, yang menggambarkan secara umum etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, penulis mempunyai asumsi bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi etos belajar mahasiswa. Sehingga, penulis mencoba melakukan explanatory research, yaitu penelitian survei yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara keberagamaan dan lingkungan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa melalui pengujian hipotesa.

Penelitian ini dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun akademik 2007/2008. Sampel penelitian adalah 250 orang responden yang dipilih secara cuota random sampling dari sepuluh fakultas dengan tidak menggunakan proporsional. Pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif, korelasi product moment dan regresi berganda dua prediktor.

Hasil penelitian menunjukkan : 1). Etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung tinggi dengan prosentase 51,6%. 2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keberagamaan dengan etos belajar mahasiswa, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,466 pada tingkat signifikansi 1%. 3). Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,265 pada tingkat signifikansi 1%. 4) Ada pengaruh positif dan signifikan antara keberagamaan dan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa yang ditunjukkan dengan F hitung sebesar 21,25 pada taraf signifikansi 5%. Kontribusi yang diberikan oleh variabel keberagamaan sebesar 80,23% dan variabel sosial budaya sebesar 19,71% terhadap etos belajar mahasiswa.


(7)

ABSTRAC

Siti Nurhayati

Colleges Student Learned Ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

This researches is description of figure in common college student learned ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. But, writer had the assumption that a few factor has been influence the ethos of college student. So, writer tried to do explanatory research, which is survey research have objectives to explain influence and correlation between religiousity and social cultural with the ethos of college student through a hypothesizing examination.

This research is executed at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This observational population is all UIN Syarif Hidayatullah Jakarta college student on the academic year 2007/2008. Observational sample is 250 respondents which chosen by cuota random sampling of ten faculties without proportional. Data collecting utilizes questionnaire and observation. Analysis is data utilizes descriptive statistic, correlation product moment and multiple regression two predictors.

The result of observation show us that : 1). Colleges student learned ethos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tends to high with percentage 51,6%. 2) There is positive correlation and significant between religiousity with college student learned ethos, it showed by correlation coefficient about 0,466 on significant 1%. 3 ). There is positive correlation and significant between social cultural with college student learned ethos, it showed by correlation coefficient about 0,265 on significant 1%. 4 ) There is positive influence and significant between religious and social cultural with college student learned ethos, it showed by F hitung about 21,25 on significant 5%. Contribution have given by religiousity variable about 80,23% and cultural social variable about 19,71%.


(8)

ABSTRAK

Siti Nurhayati

Etos Belajar Mahasaswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi, yang menggambarkan secara umum etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, penulis mempunyai asumsi bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi etos belajar mahasiswa. Sehingga, penulis mencoba melakukan explanatory research, yaitu penelitian survei yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara keberagamaan dan lingkungan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa melalui pengujian hipotesa.

! "

" # # "

" "" " ""

" $ % & "" '

# " $ "

Hasil penelitian menunjukkan : 1). Etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung tinggi dengan prosentase 51,6%. 2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keberagamaan dengan etos belajar mahasiswa, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,466 pada tingkat signifikansi 1%. 3). Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,265 pada tingkat signifikansi 1%. 4) Ada pengaruh positif dan signifikan antara keberagamaan dan sosial budaya dengan etos belajar mahasiswa yang ditunjukkan dengan F hitung sebesar 21,25 pada taraf signifikansi 5%. Kontribusi yang diberikan oleh variabel keberagamaan sebesar 80,23% dan variabel sosial budaya sebesar 19,71% terhadap etos belajar mahasiswa.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Etos Belajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Olehnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA dan Ibu Dra. Jaoharatul Jamilah, MSi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Masri Mansoer, MA selaku dosen pembimbing atas kesabaran, kritik, dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Sosiologi Agama (SA) atas

segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

6. Keluargaku yang tercinta dan terkasih, tiada yang lebih indah kecuali dirumah kita sendiri. Penulis sangat berterimakasih kepada Bapak Sumadi dan Ibu Parmi atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran, pengorbanan, harapan dan doa sehingga mengantar penulis pada kesuksesan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih untuk adik-adikku, Agus Triono yang selalu ceriwis mengingatkan dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. Tri Widyanto yang selalu membuat kepalaku pusing karena tingkahnya yang aneh-aneh. Meskipun begitu, aku sangat sayang kalian adik-adikku. Saudari kembarku, Sundari Wening Warastri yang sedang berjuang menyelesaikan skripsinya. Terima kasih atas segala persahabatan yang selama ini kita bina dengan baik dan menjaga keutuhannya meski terpisah oleh jarak.

7. Team Of BAN. Siti Nay Nurjanah, sahabat yang tak pernah ku duga sebelumnya dari awal Propesa Jurusan 2004. Terima kasih atas kebaikanmu yang selalu menopangku ketika sedih hadir menyapa hariku dan menjadi pendengar setiaku dalam banyak kisah. Nadzariyah, sahabat yang selalu membuatku terus bertanya tentang sikap diam dan keterlambatannya dalam setiap event. Terima kasih atas pengertianmu yang membuat ku tetap bertahan dalam segala kondisi. Lina Hermawati, sahabat yang selalu membuatku terus berekspresi dalam berbagai tantangan. Terima kasih atas ketegaranmu yang membuatku selalu berani menghadapi apapun. Iik Ikrimah, sahabat yang selalu menjadi partner kerjaku dalam berbagai kesempatan. Terima kasih atas keceriaannya yang membuatku tertawa terbahak-bahak dan mengajarkanku untuk selalu optimis dalam banyak hal. Siti Suraidah, seseorang yang selalu memberikan masukan positif ketika


(11)

galau menghantauiku. Terima kasih untuk segalanya, semoga kau dan aku tak akan pernah merasakan kecewa.

8. Sosiologi 2004. Terima kasih untuk teman-teman kelasku yang telah menciptakan pelangi di sisi kelas : Ilham, Hari, Wahid, Angga, Nia, Zumy, Soleh, Budi, dan lain–lain. Sosiologi 2005-2006. Terima kasih karena kalian telah membantuku dalam try out penelitianku. Tyo Z. Amri, Rica H. Syah, Ade Ferdiawan, Faturrahman, dan Lucky Setiawan. Terima kasih telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesain skripsi ini. Namun, penulis tidak mungkin dapat menyebutkan satu-persatu. Atas bantuan mereka, penulis hanya bisa mendoakan semoga semua yang dilakukan akan menjadi amal shaleh dan Allah memberikan balasan pahala yang berlipat ganda. Amin ya rabbal’alamin.

Tak ada gading yang tak retak, sebuah peribahasa yang menggambarkan bahwa tak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula dengan skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna dan bebas dari kesalahan. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang sangat penulis nantikan.

Ciputat, 16 Februari 2009


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAC……….. i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……….……. v

DAFTAR TABEL……….…. viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI………... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

D. Metodologi Penelitian………... 5

1. Variabel Penelitian………. 6

2. Operasional Variabel Penelitian ……… 8

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 10

4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel……. ………… 10

5. Teknik Pengumpulan Data………. 12

6. Teknik Uji Instrumen………. 13

7. Teknik Analisis Data……….. 16

8. Prosedur Penelitian………. 17

9. Hipotesis Penelitian ……….. 18


(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Agama……… 22

1. Agama dalam Perspektif Sosial………. 22

2. Fungsi Agama……… 23

3. Dimensi-dimensi Keberagamaan………... 25

B. Etos Belajar……… 27

1. Pengertian Etos Belajar………. 27

2. Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar ……… 34

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar……… 40

BAB III PROFIL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………... 43

B. Visi dan Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………... 45

C. Motto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………. 46

D. Struktur Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……… 47

E. Deskripsi Responden……….. 48

BAB IV ETOS BELAJAR MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar Mahasiswa …………. 52

1. Motivasi………. 52

2. Disiplin………... 52

3. Rasionalitas………. 53

( ) % ****** **************** !(

+ , - " $ " . + / 0

*************** !1

2 ) $ " 0 ***


(14)

3 ) ) $ " ************** !1

$3 " ) $ " **************

!

#3 ) $ " **************** !4

+ ***

1

3 5 " " 6 ***************** 1

$3 5 " " 7 ****************** 1

#3 5 " " 0 6 6 "" ********* 18 C. Pengaruh Keberagamaan dan Sosial Budaya terhadap

Etos Belajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……… 64

2 ) 7 **************** 1!

9 " 5 + " ************ 1

8 / , " ********************* 1

( / " ********************** 14

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 70

B. Saran………. 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional Variabel/Parameter Keberagamaan dan Sosial

Budaya terhadap Etos Belajar Mahasiswa……… 8

Tabel 2 Skor untuk Setiap Pilihan Jawaban………... 12

Tabel 3 Nilai Signifikansi Pertanyaan Setiap Parameter………... 14

Tabel 4 Nilai Koefisien Reliabilitas………... 16

Tabel 5 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin……… 49

Tabel 6 Sebaran Responden Menurut asal sekolah sebelum masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………... 50

Tabel 7 Sebaran Responden Menurut Motivasi Belajar……… 51

Tabel 8 Sebaran Responden Menurut Disiplin……….. 53

Tabel 9 Sebaran Responden Menurut Rasionalitas………... 54

Tabel 10 Sebaran Responden Menurut Kreativitas………. 55

Tabel 11 Sebaran Responden Menurut Etos Belajar………... 55

Tabel 12 Sebaran Responden Menurut Tahun Akademik……… 56

Tabel 13 Sebaran Responden Menurut Keyakinan Keagamaan……….. 57

Tabel 14 Sebaran Responden Menurut Pengetahuan Keagamaan………... 58

Tabel 15 Sebaran Responden Menurut Praktek Keagamaan………... 59

Tabel 16 Sebaran Responden Menurut Tingkat Keberagamaan…………... 60

Tabel 17 Sebaran Responden Menurut Lingkungan Teman Kuliah……… 61

Tabel 18 Sebaran Responden Menurut Lingkungan Dosen……… 63

Tabel 19 Sebaran Responden Menurut Lingkungan Tempat Tinggal…………. 64

Tabel 20 Hasil Korelasi Antar Variabel independen dan variabel dependen … 64 Tabel 21 Nilai Koefisien Determinasi………. 66

Tabel 22 Nilai Koefisien……….. 67

Tabel 23 Kontribusi Variabel……….. 67

Tabel 24 Hasil Uji Anova……… 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran II: Daftar Jawaban Kuesioner Responden Lampiran III: Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Lampiran IV: Daftar Jawaban Kuesioner Responden Perdimensi Lampiran V: Daftar Transformasi Data Kuesioner Perdimensi Lampiran VI: Hasil Uji Normalitas

Lampiran VII: Daftar Wisuda Angkatan ke 74 Tahun 2008/2009 Lampiran VIII: Hasil Analisis Deskriptif

Lampiran IX: Hasil Rataan dan Hasil Uji T-Test Lampiran X: Hasil Uji Korelasi

Lampiran XI: Hasil Uji Regresi Berganda antara Variabel Keberagamaan dengan Variabel Sosial Budaya dengan Variabel Etos Belajar Lampiran XII: Hasil Uji Regresi Linear antara Variabel Keberagamaan

dengan Variabel Etos Belajar

Lampiran XIII: Hasil Uji Regresi Linear antara Variabel Sosial Budaya dengan Variabel Etos Belajar

Lampiran XIV Hasil Uji Multikolineratitas Lampiran XV Hasil Uji Heterokedastisitas


(17)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

= dh

= b = th = al

= t = zh = a

= ts = ‘ = i = j = gh = u = h = f

= kh = q Vokal Panjang

= d = k = â

= dz = l î

= r = m = û

= z ! = n Diftong

" = s = w = aw

# = sy $ = h = ay

% &


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah telah mencatat bahwa sudah seabad bangsa Indonesia bangkit. Semarak gempita dalam kemeriahan perayaan yang diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 2008 di Senayan, Gelora Bung Karno mengundang keprihatinan yang mendalam di tengah keterpurukan bangsa Indonesia. Kebangkitan Nasional bukan sekedar peringatan seremonial dengan penghamburan dana, tenaga dan emosi yang sia-sia. Namun, pemaknaan semangat perubahan untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.

Seratus tahun kebangkitan nasional merupakan moment yang tepat untuk membangunkan masyarakat Indonesia secara nyata dan terencana dengan tujuan yang terukur dan pasti. Sudah seharusnya, kebangkitan nasional dapat mengugah semangat para generasi penerus bangsa untuk melakukan perubahan dipelbagai bidang dan menggapai cita-cita nasional dengan mengibarkan bendera merah putih di segala penjuru dunia dengan segudang prestasi. Kebangkitan Nasional diawali dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Budi Utomo adalah organisasi pendidikan yang sangat peduli terhadap nasib bangsa terutama di bidang pendidikan. Budi Utomo berusaha memajukan rakyat agar terlepas dari belenggu kemiskinan, dan kebodohan.

Kebangkitan Nasional tidak dapat dipisahkan dari aspek pendidikan. Pendidikan merupakan kunci utama untuk meraih kemajuan dan perubahan.


(19)

Kebangkitan Nasional yang bermula dari organisasi pendidikan berusaha untuk memajukan negara dan rakyat, dengan munculnya kaum Intelektual yang mengubah negara ke arah yang lebih baik. Kebangkitan nasional hendaknya dapat dihayati maknanya dengan aplikasi yang nyata.

Kemajuan suatu bangsa tidak hanya tergantung oleh kekayaan yang dimiliki atau jumlah penduduk yang banyak, tetapi ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. Disinilah peran pendidikan sebagai sarana untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, karena pada hakikatnya keberhasilan pendidikan berarti keberhasilan menyongsong masa depan bangsa yang lebih cerah. Banyak contoh yang dapat dipetik dari berbagai bangsa atas keberhasilannya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas meskipun sumber daya alam yang dimiliki tak berlimpah, seperti Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Keberhasilan tersebut dikarenakan peran pendidikan yang tinggi. Pendidikan Tinggi di Indonesia diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan.1

Perilaku masyarakat Indonesia dikenal dengan etos yang rendah. Hal ini tampak pada kondisi yang terjadi pada mahasiswa di perguruan tinggi. Tercatat dalam penelitian bahwa perguruan tinggi di Indonesia hanya menempati urutan 50 dan 70 di tingkat Asia. Sedangkan di tingkat dunia, Indonesia hanya menempati posisi 500. Nampaknya, Indonesia akan benar-benar tertinggal dari Myanmar dan Laos.2

1 Sidhunata, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan (Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi), (Yogyakarta : Kanisius, 2000), hal. 61.

2 Nn, 3 PT di Indonesia masuk 500 Universitas Terbaik, 15 Oktober 2008, diakses melalui situs internet http://gogle.com//


(20)

Masa depan bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh kaum terpelajar. Namun, mahasiswa sebagai agen perubahan tak dapat mencerminkan etos keilmuan yang tinggi. Mereka cenderung malas untuk meningkatkan kompetensi, akuntabilitas dan kreatifitas dalam bidang akademik. Selain itu, mahasiswa tidak lagi menghargai disiplin dan sering kali bolos.

Islam mengajarkan bahwa seseorang akan memperoleh sesuai dengan ikhtiar yang dilakukannya. Hal itu dipertegas dalam Al-quran pada surat (Al-Anfaal : 53).

!"

#$

%

"!$ &

'()*

+ ,

-'./0

1

2

567 8$

9

&:

;;<

=

>?@

A B

C

DE

artinya : (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dengan demikian, tidak ada manusia yang dapat makmur tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Maka dapat ditafsirkan bahwa perubahan nasib sangat tergantung pada etos. Ada dua indikator yang membicarakan mengenai relevansi usaha penumbuhan dan pengembangan etos keilmuan dikalangan Islam yaitu pertama, faktor sosiologis-demografis; semata-mata berdasarkan kenyataan bahwa rakyat Indonesia sebagian beragama Islam. Kedua, faktor historis-ideologis; untuk jangka waktu yang lama Islam telah menunjukkan kejeniusannya sebagai pendukung dan


(21)

pendorong pesatnya perkembangan etos keilmuan.3 Lebih lanjut, dalam studi yang dilakukan oleh Geertz pada tahun 1950-an menyatakan pertumbuhan ekonomi dan pembaruan Islam berjalan secara beriringan. Mohammad Sobary dalam Kesalehan dan Tingkah laku Ekonomi (1999) juga menyimpulkan hal yang sama untuk masyarakat Betawi di Desa Suralaya dan Ahmad Janan Asifudin (2003) membuktikan bahwa agama Islam menjadi basis etos kerja Islami untuk menghasilkan kemajuan.

Fakta yang terjadi berbanding terbalik dengan yang seharusnya. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berbasis pada agama Islam masih terdapat banyak mahasiswa yang memperlihatkan indikasi etos belajar yang rendah. Mahasiswa cenderung belajar instans dalam kondisi keterpaksaaan dan keinginan belajarnya hanya timbul ketika ujian dengan sistem kebut semalam.4 Padahal, etos belajar dan orientasi kuliah menentukan kematangan intelektual dan jiwa kemandirian. Ironi memang, Islam selalu mengajarkan bahwa manusia hendaknya bersikap, berpikir dan berbuat sesuai dengan pedoman Al-quran dan Hadis. Islam juga sangat mendorong etos belajar. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang seluruh mahasiswanya muslim seharusnya mempunyai etos belajar yang tinggi. Nampaknya, Tingkat religiusitas mahasiswa sangat mempengaruhi dalam pembentukkan sikap di kehidupannya termasuk bidang akademik. Selain itu, faktor sosial budaya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga ikut andil dalam pembentukan etos belajar mahasiswa.

3 Nurcholish Madjid. Tradisi Islam (Peran dan fungsinya), (Jakarta: PARAMADINA, 1997), hal. 31.

4Eri Sumarwan, Meluruskan Orientasi Kuliah, 30 Desember 2004, diakses melalui situs internet http://yahoo.com// pada tanggal 11 Agustus 2008.


(22)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar tidak meluasnya permasalahan. Selanjutnya, penulis merumuskan masalah ke dalam petanyaan sebagai berikut :

“Bagaimana etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap etos belajar

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu, manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan kontribusi dan motivasi etos belajar bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi, akuntabilitas dan kreatifitas dalam bidang akademik.

2. Menambah khasanah pengetahuan dan literatur kepustakaan, khususnya bagi Mahasiswa Ushuluddin dan Filsafat dalam kajian sosial agama. Sehingga, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan landasan bagi penelitian selanjutnya.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi dalam


(23)

penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan secara umum etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, penulis mempunyai asumsi bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi etos belajar mahasiswa. Sehingga, penulis mencoba melakukan explanatory research, yaitu penelitian survei yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa. Senada dengan pendapat Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989), bahwa “Apabila untuk data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan”.5

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel yang akan di uji yaitu Faktor keberagamaan (X1) dan Faktor Sosial budaya (X2) independent variable sedangkan etos belajar mahasiswasebagai dependent variable (Y).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS (Statistic Program Social Science) 15.00 for windows. Data yang diperoleh dihasilkan dari angket yang disebarkan kepada responden dengan skor menurut skala likert. Selanjutnya, digunakan transformasi indeks parameter pada setiap variabel yang akan diuji. Dalam transformasi indeks parameter, interval antara nilai indeks terkecil dengan nilai indeks terbesar adalah 1 - 100. Maka, transformasi

5 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989) hal. 21


(24)

indeks parameter adalah hasil dari penjumlahan nilai transformasi dari setiap parameter. Seperti yang dikutip oleh Masri Mansoer dalam disertasi ”Perilaku Keberagamaan Remaja”, Rumus transformasi adalah :

a) Transformasi Indeks Parameter

Indeks Parameter = JDP - JM x 100

JMX - JM

di mana :

JDP = Jumlah nilai yang didapat dari tiap parameter JM = Jumlah nilai minimum tiap parameter

JMX = Jumlah nilai maksimum tiap parameter b) Transformasi Indeks Variabel

Nilai variabel merupakan nilai indeks yang didapat dari penjumlahan indeks tiap parameter yang telah ditransformasikan.6

Indeks Variabel = JPV - JMV x 100

JXV - JMV

di mana :

JPV = Jumlah indeks parameter yang di dapat tiap variabel JMV = Jumlah nilai minimum tiap variabel

JXV = Jumlah nilai maksimum tiap variabel

6 Masri Mansoer, 2008, Perilaku Keberagamaan Remaja ( Kasus pada siswa SLTA di Kota Jakarta Selatan, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak, Disertasi Pasca Sarjana IPB, hal. 114.


(25)

2. Operasional Variabel Penelitian

Konsep yang masih abstrak, tidak dapat diukur dan disajikan dalam bentuk bilangan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran terhadap konsep yang masih abstrak yang disebut sebagai definisi operasional. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989), definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberikan informasi bagaimana caranya mengukur sesuatu variabel.7

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel/Parameter Keberagamaan dan Sosial Budaya terhadap Etos Belajar Mahasiswa

No. Variabel Parameter Indikator Skala

1 Keberagamaan Dimensi Keyakinan Keagamaan

Keyakinan tentang adanya Tuhan sebagai pencipta, malaikat yang senantiasa mencatat semua perkataan dan perbuatan manusia, Alquran sebagai sumber pedoman dan petunjuk, segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan takdir dan setiap

perbuatan akan

dipertanggungjawabkan di akhirat.

Ordinal

Dimensi Pengetahuan Keagamaan

•Intensitas individu mengakses informasi keagamaan baik melalui media cetak, media elektronik dan media massa

Ordinal


(26)

•Keterlibatan aktif dalam diskusi keagamaan.

Dimensi Praktek Keagamaan

Ketaatan dalam menjalankan shalat wajib, shalat sunnah, shalat berjamaah, puasa sunah, bersedekah atau membantu orang lain, serta berdzikir.

Ordinal

Lingkungan Teman Kuliah

Penilaian tingkat disiplin, tanggung jawab terhadap tugas, motivasi, pro-aktif, ketaatan pada peraturan, dan prestasi belajar.

Ordinal

Lingkungan Dosen

Penilaian tingkat motivasi, pro-aktif, sikap terbuka terhadap kritik, ketaatan pada peraturan, dan kreativitas para dosen pengajar.

Ordinal 2 Sosial Budaya

Lingkungan Masyarakat Tempat Tinggal

Penilaian tingkat disiplin, tanggung jawab, motivasi, pro-aktif, sikap terbuka terhadap kritik, kreativitas, dan integritas keilmuan di lingkungan tempat tinggal.

Ordinal

Motivasi Belajar

Pemaknaan mahasiswa

mengenai belajar sebagai rahmat, belajar sebagai amanah, belajar sebagai panggilan jiwa, dan belajar sebagai aktualisasi diri.

Ordinal 3

Etos Belajar

Disiplin

Konsistensi mahasiswa dalam


(27)

kebiasaan datang ke kampus tepat waktu, dan taat pada peraturan yang berlaku di kampus.

Rasionalitas

Intensitas mahasiswa dalam membaca berbagai literatur, menghadiri berbagai diskusi dan seminar serta mengikuti kursus atau pelatihan.

Ordinal

Kreativitas

Intensitas untuk merubah atau memperbaiki kebiasaan buruk individu dalam belajar.

Ordinal

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang meliputi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Adab dan Humaniora, Ushuluddin dan Filsafat, Syariah dan Hukum, Dakwah dan Komunikasi, Dirasat Islamiyah, Psikologi, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Sains dan Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 November sampai dengan 30 November 2008.

4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat sebagai mahasiswa aktif pada tahun akademik 2007/2008 yang berjumlah 20.000 mahasiswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah cuota random sampling, yaitu teknik pengambilan


(28)

sampel secara acak dengan kelompok-kelompok kecil (cluster), dimana unsur-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen.

Mengacu pada rumus solvin dalam menetapkan jumlah sampel dengan tingkat kepercayaan 10 % maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 100 orang mahasiswa. Namun, peneliti menyesuaikan dengan teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini, maka mendapatkan perwakilan 250 orang yang didistribusikan ke seluruh fakultas yang terdapat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tidak menggunakan proporsional.

Rumus Solvin n = N 1+ N. (e) 2 Keterangan:

n = Besar Sampel N = Besar Populasi e = Batas Error (10 %)

Dengan menggunakan rumus solvin diketahui jumlah sampel : n = 20.000 = 99, 5 = 100 orang

1 + 20.000 (0.10) 2


(29)

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a). Angket

Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan angket (questionnaire), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah data pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dimana jawaban atas pertanyaan sudah tersedia, responden tinggal memilih jawaban sesuai pertanyaaan yang dimaksud. Angket ini disebarkan untuk mendapatkan data yang komprehensif yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penulis memberikan penilaian terhadap jawaban dari masing-masing soal angket tersebut dengan menggunakan ketentuan skala Likert. Angket yang disusun mempunyai skor jawaban dengan interval 1-5. Setiap jawaban memiliki skor tersendiri sesuai dengan item positif dan negatif, seperti yang tergambar dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Skor untuk Setiap Pilihan Jawaban

No. Pilihan Jawaban Skor

1 Positif 5 4 3 2 1

2 Negatif 1 2 3 4 5

b). Studi kepustakaan

Dalam penelitian ini, Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber, seperti buku-buku, jurnal, dan internet.


(30)

c). Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sarana pengamatan.9 Penulis mengadakan observasi secara seksama terhadap bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam dan luar kampus serta mengamati keadaan di sekitar lingkungan kampus, seperti sarana dan prasarana.

6. Teknik Uji Instrumen a). Validitas

Instrumen sebagai alat ukur pengumpul data yang berkaitan dengan kualitas data. Ada dua persyaratan penting yang berlaku dalam sebuah angket yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang valid menunjukkan seberapa baik sebuah instrumen digunakan untuk mengukur parameter dalam penelitian. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Dalam pengujian tingkat validitas instrumen, peneliti dapat melakukan try-out dengan memakai responden terbatas terlebih dahulu sebanyak 30 mahasiswa. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan pearson correlation dengan ketentuan bahwa suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansi dibawah 0,05.


(31)

Tabel 3. Nilai Signifikansi Pertanyaan Setiap Parameter

No. Parameter Nilai Signifikansi Keterangan

1 Keyakinan Agama 0,016 Valid

2 Pengetahuan Agama 0,000 Valid

3 Praktek Agama 0,000 Valid

4 Motivasi 0,000 Valid

5 Disiplin 0,000 Valid

6 Rasionalitas 0,000 Valid

7 Kreativitas 0,000 Valid

8 Lingkungan Teman Kuliah 0,041 Valid

9 Lingkungan Dosen 0,000 Valid

10 Lingkungan Masyarakat Tempat Tinggal 0,031 Valid

Sumber : data primer yang diolah

Tabel menunjukkan nilai signifikansi dari setiap parameter. Maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang terdapat dalam setiap parameter dapat dikatakan valid karena memiliki signifikansi dibawah 0,05.

b). Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keterhandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Apabila data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan, berapakalipun pengambilan data yang dilakukan hasilnya akan tetap sama. Hasil pengukuran kuesioner dapat dianalisa dengan teknik Alpha Cronbach, rumus sebagai berikut:

Rumus Varians X2( X)2

n n


(32)

Rumus Alpha Cronbach (k)

k-1 Keterangan :

n = jumlah sampel

X = nilai skor yang dipilih

r

i = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan

i = mean kuadrat kesalahan t2 = jumlah varians butir

Interpretasi data nilai Alpha Cronbach adalah sebagai berikut: (1) 0.00 - 0.20 = tidak reliabel

(2) 0.21 – 0.40 = kurang reliabel (3) 0.41 – 0.60 = cukup reliabel (4) 0.61 – 0.80 = reliabel (5) 0.81 – 1,00 = sangat reliabel

Jadi koefisien reliabilitas instrumen untuk penelitian ini setiap variabel adalah seperti pada tabel 4. Dari nilai Alpha Cronbach yang terlihat pada semua variabel penelitian ini berada diatas nilai 0,60 maka dapat dinyatakan bahwa semua kuesioner yang digunakan untuk instrumen penelitian ini adalah reliable.

(1- i2) t2


(33)

Tabel 4. Nilai Koefisien Reliabilitas

Variabel Jumlah Pertanyaan Koefisien Reliabilitas

Keagamaan 24 buah 0,80

Sosial Budaya 21 buah 0,77

Etos Belajar 27 buah 0,90

Jumlah 72 buah 0,83

Sumber : data primer yang diolah

7. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif, maka metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif adalah menggunakan rumus statistic untuk menguji hipotesis dengan data angka dan mencari tingkat signifikansi. Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Analisis data deskriptif dengan penyajian dalam bentuk tabel, grafik, dan ukuran pemusatan gejala sentral, seperti persentase, rata-rata, dan variasi.2 Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk

menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perilaku keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tingkat sosial budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan analisis data inferensial dilakukan untuk pengujian hipotesis dengan taraf kesalahan tertentu, dimana hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil.22

10 Agus Purwonto, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, (Jakarta: GRASINDO, 2007), hal. 1.


(34)

Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap etos belajar adalah uji korelasi dan regresi linear sederhana. Selain itu, untuk mengetahui arah kuatnya hubungan antara variabel keberagamaan dan variabel sosial budaya secara bersama-sama terhadap etos belajar digunakan uji regresi berganda. Pengujian tersebut dilakukan karena data yang digunakan berdistribusi normal dan interval.

Analisis statistik deskriptif dari data skor yang diperoleh pada setiap parameter/variabel dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:

a) Sangat Rendah/Sangat Tidak Taat/Sangat Tidak Tahu : skor 0 - 20 b) Rendah/Tidak Taat/Tidak Tahu : skor 21 - 40 c) Sedang/Kurang Taat/Ragu-ragu : skor 41 - 60

d) Tinggi/Taat/Tahu : skor 61 - 80

e) Sangat Tinggi/Sangat Taat/Sangat Tahu : skor 81 -100

8. Prosedur Penelitian

a). Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, penulis merumuskan permasalahan, menentukan variabel, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori pendukung, kemudian menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini.


(35)

Dalam tahap pengambilan data, penulis menentukan jumlah sampel (responden) dari populasi yang ada. Selanjutnya, para responden diminta untuk mengisi angket yang telah tersedia.

c). Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data, data yang telah terkumpul kemudian diberi nilai dan diinput ke dalam program SPSS. Kemudian, diakhiri dengan menganalisa data melalui metode statistika.

d). Tahap Pembahasan

Tahap pembahasan merupakan tahapan akhir dari penelitian, dimana penulis menginterpretasikan dan membahas hasil analisis data melalui metode statistik yang didukung dengan teori. Kemudian, membuat kesimpulan serta saran dan diskusi yang menjadi penunjang kelengkapan penulisan penelitian ini.

9. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keberagamaan (X1)

Sosial Budaya (X2)

Etos Belajar (Y)


(36)

Keterangan:

Variabel keberagamaan (X1), dan variabel sosial budaya (X2) mempengaruhi variabel etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Y).

Berdasarkan gambar diatas, maka dapat di susun beberapa proposisi sebagai hipotesis yang akan di uji kebenarannya secara empirik.

Hipotesis I

“Bagaimana pengaruh keberagamaan dan sosial budaya terhadap etos belajar mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan”.

Ho : Keberagamaan (X1) dan sosial budaya (X2) tidak mempengaruhi etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Y) secara simultan.

Ha : Keberagamaan (X1) dan sosial budaya (X2) mempengaruhi etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Y) secara simultan.

Hipotesis II

“Bagaimana pengaruh keberagamaan dan sosial budaya terhadap etos belajar mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial”.

Ho : Keberagamaan (X1) dan sosial budaya (X2) tidak mempengaruhi etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Y) secara parsial.


(37)

Ha : Keberagamaan (X1) dan sosial budaya (X2) mempengaruhi etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Y) secara parsial.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi sistematika penulisan terdiri atas :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menjabarkan tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan dimulai dengan Agama dalam Perspektif Sosial, Fungsi Agama, Dimensi-dimensi Keberagamaan, Pengertian Etos Belajar, Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar.

BAB III PROFIL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Bab ini membahas mengenai Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Visi dan Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Motto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Struktur Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Deskripsi Responden.

BAB IV ETOS BELAJAR MAHASISWA UIN SYARIF


(38)

Bab pembahasan hasil penelitian merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. Dalam bab ini berisikan tentang Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar Mahasiswa, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Etos Belajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengaruh Keberagamaan dan Sosial Budaya terhadap Etos Belajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang diperuntukkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam meningkatkan etos belajar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. AGAMA

1. Agama dalam Perspektif Sosial

Banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai agama. Salah satunya, Hendropuspito yang mendefinisikan agama sebagai suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya. Pengertian mengenai agama yang dikemukakan oleh Hendropuspito nampaknya sejalan dengan pendapatnya Durkheim, yang menekankan ciri kolektif dalam definisinya. Durkheim menyatakan bahwa agama adalah sistem yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda yang terpisah dan terlarang kepercayaan-kepercayaan dan peribadatan-peribadatan yang mempersatukan semua orang yang menganutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut gereja.”12 Sedangkan Yinger mengemukakan definisi yang bersifat fungsional. Menurutnya, Agama merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan oleh berbagai bangsa


(40)

dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan-persoalan tertinggi dalam kehidupan manusia.13

2. Fungsi Agama

Dalam menjalani kehidupannya, manusia selalu menghadapi masalah. Manusia tidak mampu menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya dengan akalnya semata namun berdasarkan pada agama yang dianutnya. Berbagai permasalahan yang sering dihadapi oleh manusia, yaitu ketidakmengertian, ketidakpastian, keterbatasan manusia untuk mengatasi masalahnya serta kelangkaan sumber-sumber kebutuhan manusia. Dalam menghadapi masalah tersebut, muncul beban psikologis seperti perasaan takut, bingung, kesal, putus asa, dan tertekan. Kemajuan ilmu pengetahuan maupun teknologi sering tidak mampu memecahkan semua masalah itu. Agama yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikologis tersebut. Oleh karena itu, manusia memberikan beberapa fungsi terhadap agama, diantara adalah sebagai berikut:

a. Fungsi edukatif

Agama memiliki fungsi edukatif yang mencakup tugas mengajar dan bimbingan. Dalam menyampaikan ajaran-ajarannya agama memiliki perantara, seperti Nabi, kyai, pendeta. Selain itu, manusia diberi petunjuk untuk mencapai keselamatan baik didunia maupun diakhirat melalui kitab suci. Agama memberi pedoman pada manusia untuk menjalankan aktivitasnya didunia agar mendapatkan karunia Tuhan. Jika manusia kehilangan arah atau


(41)

menyimpang dari norma atau nilai yang berlaku, maka agama dapat mengembalikan keseimbangan.

b. Fungsi penyelamatan

Setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup pada saat ini hingga kehidupan sesudah mati. Agama mengajarkan dan memberikan jaminan untuk mencapai kebahagiaan di kehidupan mendatang (sesudah mati). Manusia percaya bahwa seseorang yang religius dapat mencapai titik kebahagiaan tersebut.

c. Fungsi pengawasan sosial

Agama memiliki fungsi pengawasan sosial dimana agama bertanggungjawab atas adanya norma-norma susila yang berlaku dalam masyarakat. Agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Selain itu, agama juga memberikan sanksi kepada manusia yang melanggar dan melakukan pengawasan yang ketat pada pelaksanaanya. Sebagai manusia yang beragama, individu senantiasa harus konsekuen terhadap aturan-aturan agamanya dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia kelak akan kembali ke pangkuan Sang Pencipta dan mempertanggungjawabkan segala perbuatan di dunia.

d. Fungsi memupuk persaudaraan

Konflik dan perpecahan seringkali terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini, agama mengajarkan untuk cinta perdamaian dan persatuan dengan


(42)

mengukuhkan toleransi dan sikap saling menghargai diantara sesama umat beragama dan antar umat beragama. Bila nilai-nilai positif tersebut ditanamkan pada setiap individu maka konflik yang terjadi akan dapat diredam.

e. Fungsi transformatif

Fungsi transformasi memiliki pengertian mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Hal ini berarti mengubah nilai-nilai lama dengan mengganti nilai-nilai baru. Kehidupan masyarakat lama dibentuk oleh nilai-nilai adat yang diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga pola pikir dan tingkah laku telah terbentuk sesuai dengan nilai adat yang berlaku. Seiring dengan perkembangannya, agama membawa pengaruh terhadap nilai-nilai adat yang telah dianut oleh masyarakat. Apabila nilai adat ada yang bertentangan dengan nilai agama dan dianggap kurang wajar, maka transformasi terjadi dengan mengubah kesetiaan manusia adat dan membentuk kepribadian manusia yang ideal. Dalam hal ini, transformasi memiliki pengertian membina dan mengembangkan nilai-nilai sosial adat yang baik dan dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas.14

3. Dimensi-dimensi Keberagamaan

Religiusitas mempunyai kata dasar religio yang berasal dari bahasa Latin yaitu religio. Religio yang memiliki akar kata religare yang berarti mengikat. Konsep religiusitas dalam literatur sosiologis diartikan sebagai interaksi antara agama dan masyarakat, dimana agama berperan dalam melakukan segala aktivitas yang didorong


(43)

oleh nilai-nilai agama yang diyakininya. Maka, tingkat religiusitas atau tingkat keberagamaan adalah kadar atau kualitas dalam individu mengintegrasikan ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan tingkat religiusitas dalam penelitian ini adalah seberapa besar individu mampu mengintegrasikan ajaran-ajaran agama terhadap etos belajar. Menurut R. Stark dan C. Y Glock, keberagamaan meliputi dimensi keyakinan, dimensi praktek agama (ritual), dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama dan dimensi konsekuensi.15

Dimensi keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dengan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Dalam Islam, dimensi ini disebut dengan akidah yaitu kepercayaan dan keyakinan yang mendalam sehingga melahirkan keimanan kepada Allah yang Maha Esa, malaikat, al-quran, rasul-rasul, adanya hari kiamat, dan kepada Qada dan Qadar. Pada hakekatnya, akidah merupakan pengaplikasian rukun iman.

Dimensi praktek agama mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Dalam Islam, dimensi ini disebut dengan ibadah yaitu pelaksanaan perintah Allah dan Rosul-Nya seperti syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan hakekat ibadah adalah ketaatan dan ketundukan secara mutlak kepada Allah. Sehingga segala amal perbuatan manusia yang dilakukan dengan dasar ketaatan dan ketundukkan kepada Allah adalah sebuah ibadah.

15 Roland Robertson, Agama Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta : CV Rajawali, 1992), hal. 291-303.


(44)

Dimensi pengalaman berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, dimana perasaan seseorang mengalami ketenangan dan kedamaian terhadap kekuatan supranatural. Dimensi pengetahuan agama yang mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi konsekuensi dan pengamalan merupakan akibat dari dimensi-dimensi sebelumnya yang tampak dalam perilaku seseorang dalam melakukan setiap aktivitas. Dalam Islam, dimensi ini disebut dengan akhlak yaitu perilaku yang telah menjadi pribadi bagi seorang muslim sehingga munculnya secara spontan. Akhlak merupakan buah dari iman yang kuat.

B. ETOS BELAJAR

1. Pengertian Etos Belajar a. Definisi Etos

Secara etimologi, etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.16 Menurut pendapat Franz Magnis-Suseno yang dikutip oleh Toto Tasmara, etos adalah semangat dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang sejauh di dalamnya termuat tekanan moral dan nilai-nilai moral tertentu. Sedangkan Clifford Geertz

16 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insan Press, 2002), hal. 15.


(45)

mengartikan etos sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.17

Pada mulanya, etos diteliti lebih lengkap oleh seorang sosiolog Jerman, Max Weber pada tahun 1905 yang memformulasikan hubungan rasional antara etos kerja dengan kesuksesan suatu bangsa dalam buku yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Weber mencirikan etos kerja bangsa Jerman antara lain bertindak rasional, berdisiplin tinggi, bekerja keras, berorientasi sukses secara materi, tidak berfoya-foya, hemat dan sederhana, menabung serta berinventasi. Menurut Weber, Protestan memiliki pengaruh dalam pembentukan spirit kapitalisme di negara-negara Barat. Selain itu, kapitalisme diidentikkan dengan pencarian keuntungan (profit), dan keuntungan tersebut dapat diperbaharui secara terus-menerus.

Selanjutnya, Robert N. Bellah juga berusaha menemukan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan Jepang menjadi masyarakat industri modern. Jepang merupakan satu-satunya bangsa non-Barat yang mampu dengan cepat mentransformasikan dirinya menjadi negara industri memiliki peranan ekonomi yang sangat penting dalam sistem sosial dan sistem nilai. Keberhasilan itu disebabkan adanya faktor-faktor tertentu pada masa pra-modern yang mempersiapkan landasan bagi perkembangan-perkembangan yang terjadi saat ini.

Bellah yang dipengaruhi oleh karya Max Weber mempertanyakan kemungkinan adanya faktor-faktor religius di masyarakat Jepang yang mirip dengan

17 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insan Press, 2002), hal. 15.


(46)

etika Protestan pada masyarakat Barat yang memicu keberhasilan ekonomi bangsa Jepang. Setelah diteliti, masyarakat Jepang pra-modern telah dibentuk dengan etika yang bersumber sebelum era Tokugawa. Etika ini berkembang sedemikian rupa pada masa Tokugawa, dan mempersiapkan masyarakat Jepang untuk mengalami kemajuan yang pesat pada masa Meiji.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa etos merupakan semangat yang terdapat dalam diri setiap individu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari untuk mengerjakan sesuatu secara optimal atau seringkali disebut sebagai spirit. Jansen Sinamo juga berpendapat dalam kata etos mengandung semua kata kunci yang menjadi elemen sukses dalam ratusan bahkan ribuan buku sukses yang sudah terwakili dengan lengkap.18

b. Definisi Belajar

Beralih pada pengertian yang kedua mengenai belajar. Menurut Witherington, belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Sedangkan Charles E. Skinner mengungkapkan learning is a process of progressive behavior adaptation.19 Morgan menyatakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 20

18 Jansen Sinamo, Etos Kerja Profesiona Navigator Anda Menuju Sukses, (Jakarta : PT Spirit Mahardika, 2008), hal. 26

19 Taliziduhu Ndraha, Manajemen Perguruan Tinggi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal. 42. 20 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal.84


(47)

Chaplin (1972) dalam bukunya Dictionary of Psychology merumuskan dua macam belajar, yaitu pertama adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman; kedua, belajar adalah proses memperoleh respons-respons karena adanya latihan khusus.21

Belajar merupakan suatu proses dimana membantu manusia untuk menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Proses belajar inilah yang membuat manusia tetap bertahan hidup (survive). Dari definisi mengenai belajar yang diungkapkan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi dalam individu dari yang belum bisa menjadi sudah bisa menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi itu harus relatif bersifat permanen dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). 22

Dari kedua pengertian etos dan belajar diatas, dapat diketahui bahwa etos belajar adalah semangat dan perilaku belajar yang terdapat dalam diri setiap individu untuk melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Sehingga, mahasiswa yang memiliki etos belajar yang tinggi cenderung meningkatkan kompetensi, akuntabilitas dan kreatifitas dalam bidang akademik.

Dalam proses belajar, Cronbach mengemukakan ada tujuh unsur utama yang meliputi :

21 Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta : PT Raja Garfindo Persada, 2004), hal. 26

22 Irwanto, dkk, Psikologi Umum (Buku Panduan Mahasiswa), (Jakarta : Gramedia, 1989), hal. 105.


(48)

a. Tujuan. Pada awalnya, belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang hendak dicapai oleh individu. Kegiatan belajar akan lebih efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu. Adapun tujuan dari belajar yaitu: mendapatkan pengetahuan, perencanaan konsep dan ketrampilan, serta pembentukkan sikap.23 Ibn Khaldun juga berpendapat mengenai tujuan pendidikan yang saling terkait, diantaranya: pertama, memberikan kesempatan akal pikiran untuk aktif dan bekerja menuju terwujudnya kematangan individu agar dapat hidup dengan baik dalam masyarakat yang berkembang kebudayaannya. Kedua, menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang dipandang sebagai alat membantunya untuk hidup dimasyarakat. Ketiga, membantu mendapatkan rizki, karena pendidikan dipandang sebagai suatu lapangan pekerjaan.24 Sedangkan menurut The Liang Gie, belajar di perguruan tinggi harus diarahkan kepada suatu cita-cita tertentu, dimana cita-cita tersebut diperjuangkan dengan pelbagai kegiatan.25 Dalam hal ini, mahasiswa didorong untuk bersungguh-sungguh mencapai tujuan belajar dan memiliki orientasi ke masa depan. Dari paparan diatas dapat dikemukakan tujuan belajar mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: pengembangan intelektual, akademik dan profesionalitas. b. Kesiapan. Dalam proses belajar, individu perlu memiliki kesiapan, baik

23 Sardinian A.M, Interaksi dan Motivasi, Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 25.

24 Nidlomun Ni’am, Ibn Khaldun dan Pendidikan, (INKOMA No.6 Th. II – Juli 1991), hal. 50.

25 The Liang Gie, Cara belajar yang efisien, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1997), hal. 15.


(49)

kesiapan fisik dan psikis, kesiapan berupa penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

c. Situasi. Situasi belajar yang kondusif akan sangat mempengaruhi hasil belajar yang baik. Dalam hal ini, situasi dipengaruhi oleh sarana dan prasarana tempat belajar, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, para pengajar yang turut andil dalam kegiatan belajar serta kondisi fisik individu tersebut.

d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut, individu dapat menentukan apakah ia dapat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.

e. Respons. Dalam hal ini, respon terkait erat dengan interpretasi. Respon merupakan usaha untuk melakukan perhitungan dan perencanaan apakah individu akan menghentikan langkahnya untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan yang diharapkan tidak mungkin tercapai.

f. Konsekuensi. Setiap usaha yang dilakukan oleh individu akan membawa hasil, baik keberhasilan maupun kegagalan. Apabila seorang mahasiswa berhasil dalam belajarnya, maka ia akan merasa senang, puas, bangga, dan akan meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha berikutnya.

g. Reaksi terhadap kegagalan. Usaha yang dilakukan selamanya tidak membuahkan hasil yang baik kadang kala kegagalan yang didapat. Sebuah kegagalan akan menimbulkan perasaan yang sedih dan kecewa. Reaksi mahasiswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa saja membawa pengaruh


(50)

yang positif dan negatif. Pengaruh positif yaitu dengan memandang kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda. Sehingga, kegagalan tersebut bisa membangkitkan semangat untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan atau merubah kebiasaan-kebiasan buruk dalam belajar. Sedangkan, pengaruh negatif yaitu terlalu sedih dan kecewa dalam menghadapi kegagalan. Sehingga, kegagalan tersebut malah menurunkan semangat dan memperkecil usaha belajar selanjutnya.

Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan perkembangan memiliki hubungan yang erat, dimana dengan belajar maka individu akan mengalami perkembangan yang pesat dan dalam proses perkembangan individu dituntut untuk terus belajar. Kedua hal tersebut merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.

b. Belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar dimulai sejak buaian sampai menjelang lahat. Artinya, tidak ada batasan untuk individu melakukan proses belajar.

c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. Hasil belajar yang maksimal bisa didapat bila individu memiliki potensi yang tinggi dan dukungan dari lingkungan yang kondusif, serta usaha belajar yang tinggi untuk mencapai tujuan tersebut.


(51)

aspek tertentu saja, melainkan menyentuh segala aspek yang ada.

e. Belajar berlangsung dengan pengajar ataupun tanpa pengajar. Proses belajar bisa berlangsung dengan atau tanpa siapapun, baik dalam situasi formal dan informal.

f. Kegiatan belajar bisa berlangsung di setiap tempat dan waktu. Kegiatan belajar tidak hanya terjadi di kampus, melainkan dimana saja seperti di rumah, di organisasi, lingkungan masyarakat, dan lain-lain. Belajar juga bisa terjadi setiap saat tidak hanya terjadi ketika kuliah berlangsung.

g. Belajar membutuhkan perencanaan dan motivasi. Dalam belajar, perencanaan merupakan hal yang terpenting. Sebab, dengan perencanaan individu dapat mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Selain itu, hal tersebut juga didukung oleh motivasi yang tinggi.

h. Proses belajar terjadi bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.26

Proses belajar akan berjalan dengan lancar dan mudah apabila beberapa prinsip diterapkan dengan benar. Jika prinsip-prinsip ini tidak diterapkan, maka terkadang proses belajar tidak pernah terjadi. Kalaupun terjadi, maka akan berjalan dengan sulit dan lambat.

2. Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar

26 Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 165-166.


(52)

Menurut Wardi Bachtiar dalam bukunya yang berjudul “ Metodologi Penelitian Dakwah” memaparkan uraian variabel yang menjadi tolak ukur dalam etos kerja muslim. Terkait dengan penelitian ini, penulis mencoba mengadaptasi beberapa aspek yang menjadi tolak ukur dalam etos belajar, yaitu:

a. Motivasi

Motivasi berasal dari kata moti yaitu sesuatu yang memulai gerakan. Sedangkan motivasi berarti to move atau menyebabkan terjadinya aktifitas-aktifitas seeorang. Motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu.27 Dengan kata lain, motivasi merupakan pemicu dan pendorong untuk bertingkah laku secara terarah dalam mencapai tujuan. Selain itu, motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. 2) motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Apabila seorang mahasiswa melakukan kegiatan dengan memiliki motivasi yang lemah, maka hasil yang ditempuh tidak akan maksimal. Maka, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar.

Beberapa fungsi motivasi secara umum adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pendorong untuk membangkitkan keinginan, 2. Sebagai penentu arah perbuatan yakni

27 Michael Amstrong, Seri Pedoman Manajemen Sumber Daya Alam, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 1990), hal 65.


(53)

ke arah tujuan yang hendak dicapai, 3. Penyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan, 4. Membentuk sikap disiplin diri.

Manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari karya orang lain.

Bertitik tolak dari definisi motivasi pada dasarnya terdapat tiga komponen utama yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan akan timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dorongan dalam diri seseorang secara sadar menimbulkan upaya untuk memenuhi kekurangan dan kebutuhannya. Berkaitan dengan motivasi, Mc. Clelland (1961) menghubungkan motif dengan kebutuhan manusia. Pada dasarnya kebutuhan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yakni sebagai berikut :

1.1. Kebutuhan untuk berprestasi (Need for achievement), yaitu dimana masing-masing orang ingin diketahui sebagai orang yang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu meliputi seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya need for achievement seseorang selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dari orang lain, misalnya seorang mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya.


(54)

mempunyai kebutuhan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain, terutama orang-orang yang mengadakan interaksi dengannya, misalnya pengaruh seorang dosen mempunyai wewenang untuk menentukan nilai seorang mahasiswa dari mata kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan.

3.1. Kebutuhan untuk kekuasaan (Need for power), yaitu kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain, apakah orang lain itu teman kuliah, teman satu organisasi dan lain-lainnya.

Pentingnya motivasi belajar bagi mahasiswa adalah sebagai berikut : (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dengan teman, (3) mengarahkan kegiatan belajar dengan meningkatkan semangat belajar (4) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Jansen Sinamo yang dijuluki sebagai Bapak Ethos Indonesia, memetakan motivasi kerja dalam konsep yang disebut sebagai “Delapan Etos Kerja Profesional”. Dalam hal ini penulis, mencoba mengadopsi konsep tersebut yang dikaitkan dengan etos belajar. Etos pertama, belajar adalah rahmat. Allah memberikan rahmat kepada setiap manusia, hendaknya anugrah tersebut dapat diterima dengan ikhlas. Belajar merupakan ajang bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan intelektual dan akademiknya. Sudah seharusnya kesempatan itu dapat dimanfaatkan dengan baik. Tak pantas rasanya, bila kita merespon nikmat yang diberikan dengan sikap yang malas.


(55)

Etos Kedua, belajar adalah amanah. Mahasiswa mendapatkan amanah dari orang tua untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa, Negara dan agamanya. Etos ini membuat kita bisa belajar dengan sepenuh hati dan menjauhi tindakan yang tercela, misalnya mencontek pada saat ujian ataupun melakukan prokrastinasi akademik. Etos ketiga, belajar adalah panggilan. Jika kita menyadari bahwa belajar merupakan suatu panggilan, maka kita akan melakukannya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Etos keempat, belajar adalah aktualisasi. Belajar adalah proses perubahan yang terjadi dalam individu dari yang belum bisa menjadi sudah bisa menuju ke arah yang lebih baik. Etos kelima, belajar adalah ibadah. Seseorang yang memiliki etos belajar yang tinggi, maka ia akan belajar secara serius dengan rasa cinta didalamnya. Etos keenam, belajar adalah seni. Kesadaran untuk belajar dilakukan dengan menyenangkan. Sehingga, mahasiswa dapat menikmati peran dan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Mahasiswa belajar dengan penuh kreatifitas.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi seorang mahasiswa untuk cenderung berprestasi mencapai sukses dan jika mendapatkan sebuah kegagalan, maka ia akan berusaha lebih keras.

b. Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa latin “disciple” yang artinya mengikuti dengan taat.28 Disiplin erat kaitannya dengan penggunaan terhadap waktu, dimana seseorang yang memiliki pribadi yang disiplin akan berhati-hati dalam pengelolaan waktu dan


(56)

mempertanggungjawaban apa yang telah dilakukannya. Kedisiplinan dalam belajar tercermin melalui sikap rajin, penghargaan terhadap waktu dan mematuhi segala peraturan yang ada dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Seorang individu yang membangun kehidupannya diatas pondasi-pondasi yang mendalam dan maju jauh lebih cepat dan lebih menyakinkan daripada individu yang bertindak secara sembarangan dan tanpa disiplin. Ketiadaan disiplin dan ketertiban akan membawa kerugian besar, yang tidak dapat dipulihkan oleh apapun.

c. Rasionalitas

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Rasional mempunyai pengertian mempertinggi produksi dengan berhemat tenaga kerjanya.29 Namun, terkait dengan penelitian ini rasional lebih diartikan sebagai kemampuan untuk meningkatkan produktivitas diri dengan prestasi belajar. Berpikir rasional merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir rasional, mahasiswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan ramalan-ramalan.30 Dengan belajar rasional, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.

29 Daryanto, S.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Apollo, 1998), hal. 472. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 123.


(57)

d. Kreativitas

Kreativitas berasal dari bahasa latin “Creare” yang artinya menghasilkan, melahirkan, mencipta, mencapai.31 Dalam hal ini, kreatif memiliki pengertian yaitu tidak puas hanya dengan apa yang ada. Dia selalu melakukan perubahan baru dengan cara mencari alternatif yang lebih baik, sebagaimana sabda Rasullah,

“Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik lagi daripada hari ini…”.32

Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam mencetuskan sesuatu gagasan yang relatif baru dan kemampuan untuk menyelesaikan dari suatu persoalan ke persoalan lain. Dalam belajar, mahasiswa yang kreatif biasanya tampak dari cara belajarnya yang seakan-akan tidak kehilangan akal. Jika mengalami kesulitan dalam memecahkan sebuah persoalan, maka ia cenderung menemukan gagasan yang baru.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi etos belajar meliputi : a. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah. Kondisi tubuh yang sehat sangat mempengaruhi semangat dan intesitas mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan

31 Diennaryati Tjokro Suprihatono, Kaitan Intelegensia, Kreativitas dan Pengikat diri

terhadap tugas dengan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri. Tesis Pasca sarjana Universitas Indonesia, 1990, hal, 31.


(58)

kampus. Selain itu, kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan mahasiwa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Apabila tubuh seorang individu lemah akan menimbulkan penurunan kualitas ranah cipta sehingga materi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik bahkan tidak berbekas. Oleh karena itu, sudah seharusnya kondisi jasmani dijaga dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, pola istirahat yang cukup, dan olahraga yang teratur.

2) Faktor Psikologi, baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri dari :

a) Faktor interaksi yang meliputi faktor potensi yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor nyata yakni prestasi yang dimiliki.

b) Faktor non-interaksi yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu. Seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dengan penyesuaian diri.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Sosial

a) Lingkungan sosial kampus. Lingkungan sosial kampus dapat mempengaruhi semangat belajar seorang mahasiswa, seperti para dosen, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Daya dorong yang positif dalam lingkungan sosial kampus dapat ditunjukkkan dengan sikap yang terbuka dan memperlihatkan suri teladan yang baik


(59)

oleh para dosen.

b) Lingkungan sosial keluarga. Keluarga merupakan tempat pembelajar yang pertama dan utama bagi seseorang. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga akan memberi dampak yang baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh mahasiswa.

c) Lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal. Lingkungan sosial masyarakat yang kondusif, akan memacu individu untuk terus meningkatkan integritas keilmuan.

2) Faktor Budaya

Koentjaraningrat memberikan sebuah pernyataan bahwa Bangsa Indonesia belum mempunyai bayangan bentuk masyarakat seperti apa yang hendak dicapai.33 Akibatnya, bangsa ini belum mempunyai orientasi untuk masa depan. Dalam hal ini, langkah yang paling tepat untuk menumbuhkan sikap mental tersebut adalah dengan cara mengembangkan budaya pembelajar melalui pendidikan. Kemajuan teknologi membuat mahasiswa pada khususnya, dituntut untuk terus menerus belajar.

Menurut Emi Zulaifah yang dikutip dari Schein (1992) memaparkan lima dimensi mengenai budaya organisasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik yang disebut sebagai budaya pembelajar.34 Adapun dimensi yang dimaksud meliputi : Hubungan antara lingkungan dan organisasi, Sifat aktivitas

33 Ricardi S Adnan, Potret Suram Bangsaku (Gugatan alternatif desain pembangunan),

(Depok : UI Press, 2006), hal. 97.

34 Emi Zulaifah, Budaya Pembelajar dan Pemimpin Organisasi, (Psikologika Nomor 11 Tahun VI, 2001), hal. 37.


(60)

manusia, Penghayatan akan realitas dan kebenaran, Sifat dasar manusia, Penghayatan akan hubungan antar manusia, Informasi dan komunikasi.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual/keagamaan. 35

35 M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upayakan Optimalkan kegiatan Belajar Mengajar,


(1)

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 41,2000 49,5181 7,0369 13

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted S1 37,6840 43,9038 ,4304 ,7930

S2 38,0760 42,2793 ,5831 ,7816

S3 38,1360 44,2786 ,3633 ,7980

S4 38,3880 44,0537 ,4024 ,7950

S5 38,1680 43,2086 ,4834 ,7890

S6 37,6560 42,2105 ,4946 ,7872

S7 37,6880 44,5207 ,2929 ,8044

S8 37,9160 40,8644 ,5569 ,7812

S9 38,4800 41,2787 ,5168 ,7849

S10 38,0960 41,4285 ,5235 ,7844

S11 38,1680 42,0600 ,4722 ,7890

S12 37,6840 43,8074 ,3130 ,8037

S13 38,2600 43,5265 ,3176 ,8039

Reliability Coefficients N of Cases = 250,0 N of Items = 13 Alpha = ,8050


(2)

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 123,2680 152,9680 12,3680 33

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted P1 118,7240 150,9797 ,1004 ,9080

P2 118,5560 148,3201 ,3197 ,9051

P3 118,7680 147,8978 ,2766 ,9058

P4 118,5960 148,2177 ,3140 ,9051

P5 118,6840 148,2893 ,2861 ,9055

P6 118,5120 148,2750 ,3720 ,9045

P7 118,4880 148,4758 ,3236 ,9050

P8 118,4640 148,3862 ,4334 ,9042

P9 118,8080 147,3124 ,3494 ,9047

P10 118,6560 147,6964 ,3892 ,9043

P11 118,5960 148,2177 ,3431 ,9048

P12 118,7440 147,9021 ,2465 ,9065

R1 120,1440 145,3928 ,4027 ,9040

R2 119,8400 143,7655 ,4942 ,9026

R3 119,7160 143,3287 ,4657 ,9031

R4 119,9280 142,6293 ,4958 ,9026

R5 120,1360 140,5196 ,5842 ,9010

R6 120,0120 142,7107 ,4957 ,9026

R7 119,8720 142,1201 ,5625 ,9015

R8 119,8720 140,3450 ,5911 ,9009

R9 119,7960 139,9783 ,6288 ,9002

R10 119,7360 139,8738 ,6185 ,9004

R11 120,0280 140,6699 ,5322 ,9019

R12 119,9360 140,1485 ,5874 ,9009

R13 119,8200 141,6984 ,5086 ,9023

R14 119,7640 140,9120 ,5788 ,9011

R15 120,3080 142,8485 ,4817 ,9028

R16 120,4000 141,2289 ,5276 ,9020

R17 120,1920 142,1156 ,5313 ,9020

R18 120,2360 143,2895 ,4679 ,9030

R19 120,4720 142,1056 ,4900 ,9027

R20 120,4600 143,2293 ,4363 ,9036

R21 120,3120 141,7175 ,5035 ,9024 _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients


(3)

N of Cases = 250,0 N of Items = 33 Alpha = ,9059


(4)

Normal P-P Plot of Regression S

Dependent Variable: Etos

Observed Cum Prob

1,0 ,8

,5 ,3

0,0

E

x

p

e

c

te

d

C

u

m

P

ro

b

1,0

,8

,5

,3

0,0


(5)

Scatterplot

Dependent Variable: Etos

Regression Standardized Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 -3

R

e

g

re

s

s

io

n

S

ta

n

d

a

rd

iz

e

d

R

e

s

id

u

a

l

4 3 2 1 0 -1 -2 -3 Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed

Coefficient t Sig.

95% Confidence

Interval for B Correlations

Collinearity Statistics

Hasil Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Heterokedastisitas


(6)

s

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part

Tolera

nce VIF

1 (Constant) 25,625 4,087 6,270 ,000 17,575 33,675

Keberag

amaan ,414 ,057 ,424 7,302 ,000 ,302 ,526 ,466 ,421 ,406 ,916 1,092

Sosial

Budaya ,102 ,041 ,142 2,450 ,015 ,020 ,183 ,265 ,154 ,136 ,916 1,092

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant)

Sosial

Budaya Keberagamaan

1 1 2,962 1,000 ,00 ,00 ,00

2 ,030 9,936 ,08 ,99 ,08

3 ,008 19,141 ,91 ,00 ,92

a Dependent Variable: Etos

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 47,52 72,36 61,01 4,359 250

Residual -21,91 28,31 ,00 7,854 250

Std. Predicted Value -3,095 2,603 ,000 1,000 250

Std. Residual -2,779 3,590 ,000 ,996 250