Standar Pencahayaan Pencahayaan .1 Sumber cahaya

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 Sumber Kepmenkes,2002 Kualitas cahaya atau penerangan, m enurut Suma’mur 1993, kualitas penerangan terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan langsung direct glare atau kesilauan karena pantulan cahaya dari permukaan Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Minimal Lux Keterangan Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus 100 Ruang penyimpanan ruang peralataninstalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar dan terus menerus 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi,ruang kontrol,pekerjaan mesin perakitanpenyusun Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna.pemrosesan tekstil,pekerjaan mesin halus perakitan halus Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus yang mengkilap reflected glare dan bayangan shawdows. Kesilauan adalah cahaya yang tidak diinginkan Unwanted light yang dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan, gangguan annoyance , kelelahan mata atau gangguan penglihatan. Kesilauan menurut S uma’mur 1993 dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Disability Glare yaitu terlalu banyaknya cahaya yang secara langsung masuk kedalam mata dari sumber kesilauan sehingga menyebabkan kehilangan sebagian dari penglihatan. Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang yang mengendarai mobil pada malam hari dimana lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlau terang. 2. Discomfort Glare yaitu rasa ketidaknyamanan pada mata terutama bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini dialami oleh orang yang bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secara langsung pada malam hari. 3. Reflected Glare yaitu pantulan cahaya yang mengenai mata kita dan pantulan cahaya ini berasal dari semua permukaan benda yang mengkilap langit-langit, kaca, dinding, meja kerja, mesin-mesin, dll yang berada dalam lapangan penglihatan visual field. Reflected glare kadang-kadang lebih mengganggu dari pada disability glare atau discomfort glare karena terlalu dekatnya sumber kesilauan dari garis penglihatan. Standar intensitas penerangan ditempat kerja dalam P.M.P No.7 pasal 12 tahun 1964 tentang syarat-syarat Kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Didalam hal cahaya matahari tidak mencukupi atau tidak dipergunakan, harus diadakan penerangan dengan jalan lain sebagai tambahan atau pengganti cahaya matahari. 2. Untuk pekerjaan yang dilakukan pada malam hari harus diadakan penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya. 3. Penerangan dengan jalan lain itu tidak boleh menyebabkan panas yang berlebih-lebihan atau merubah suasana udara. 4. Apabila penerangan buatannya menyebabkan kenaikan suhu ditempat kerja lain, maka suhu itu tidak boleh naik melebihi 32 C. Dalam hal itu, harus dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi pengaruh kenaikan suhu tersebut peredaran angin, dll. 5. Sumber penerangan yang menimbulkan asap atau gas sisa sedapat mungkin dihindarkan dari semua tempat kerja. Sumber penerangan sistem ini hanya digunakan dalam keadaan darurat. 6. Sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan menyebar serta semerata mungkin dan tidak boleh berkedip-kedip. 7. Sumber cahaya yang dipergunakan tidak boleh menyebabkan sinar yang menyilaukan atau bayangan-bayangn atau kontras yang mengganggu pekerjaan. 8. Apabila bahan dari alat-alat yang dipergunakan menyebabkan sinar yang menyilaukan atau berkedip-kedip, maka harus diadakan tindakan- tindakan untuk melenyapkan sinar yang mengganggu tersebut, atau mengurangkan pengaruhnya terhadap mata. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Pencahayaan yang baik di tempat kerja bermanfaat untuk : 1. Mampu mengurangi risiko kecelakaan kerja dan masalah kesehatan. 2. Konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik di tempat kerja. 3. Tempat kerja yang lebih terang, lebih bersih sehingga menghasilkan lingkungan yang aktif dan bersemangat. 4. Hasil kerja yang baik. 5. Visibilitas dan ketelitian yang lebih baik serta meningkatkan kecepatan kerja dalam menghasilkan produk Tingkat pencahayaan di tempat kerja mampu memberi dampak yang signifikan dalam produktivitas. Dengan pencahayaan yang cukup, pekerja mampu menghasilkan karya yang lebih banyak dengan kesalahan yang lebih sedikit, sehingga mampu meningkatkan produktivitas sebesar 10-50. Pencahayaan di tempat kerja yang baik dapat mengurangi tingkat kesalahan sebesar 30-60 serta mengurangi keluhan pada mata dan sakit kepala, nausea, dan sakit leher yang dapat berkembang menjadi eyestrain. Pencahayaan yang baik membuat pekerja mampu berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaannya sehingga meningkatkan hasil kerja.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pencahayaan

Secara umum warna ruangan mempengaruhi mata namun tidak berdampak secara langsung. Faktor lain yang mempengaruhi adalah suhu. Suhu yang tidak tepat dapat menyebabkan stres, termasuk ketegangan mata. Suhu disini dapat menyebabkan iritasi mata dikarenakan suhu yang tinggi dapat meningkatkan emisi polutan kimia dari furniture dan lantai Rostron, 2005 Dalam Adriana 2011 disebutkan bahwa Standar kenyamanan suhu udara di negara Indonesia berpedoman pada standar Amerika ASHARE, 1992. Dalam Karyono tahun 2001 mereka merekomendasikan suhu nyaman 22,5 o C – 26 o C atau disederhanakan menjadi 24 o C atau rentang 22 o C hingga 26 o C. Menurut Suptandar 1999, terang cahaya suatu penerangan ditentukan oleh faktor-faktor : 1. Kondisi ruang tertutup atau bukaan 2. Letak penempatan lampu 3. Jenis dan daya lampu 4. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang memantulkan atau menyerap 5. Warna-warna dinding gelap atau terang 6. Udara dalam ruang asap rokok dan sebagainya 7. Pola diagram dari tiap lampu Sumber pencahayaan dari matahari biasanya melalui atapvide, jendela, genting kaca dan sebagainya. Cahaya dari sumber alam ini sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan pencahayaan buatan dalam perancangan ruang dapat bersumber dari lampu atau permainan bidang kaca.

2.3 Aplikasi pencahayaan di tempat kerja

Dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan ditempat kerja, secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan yaitu : 1. Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan. Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja. 2. Identifikasi dan penilaian masalah serta kesulitan penerangan, agar masalah penerangan dapat ditangani dengan baik. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan yaitu sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan Tarwaka, 2004. Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi lingkungan kerja. Menurut Soewarno 1992, menyebutkan bahwa penerangan sangat diperlukan untuk kesejahteraan dan keselamatan ditempat kerja. Oleh karena itu, disadari adanya pengaruh negatif dari penerangan yang tidak memenuhi persyaratan. Tenaga kerja akan mengeluarkan tenaga yang lebih besar bila pencahayaan dalam bekerja menjadi lebih kecil dan sebaliknya beban kerja yang menjadi lebih ringan bila pencahayaan ditempat kerja ditambah. Begitu pula dengan kebutuhan penerangan untuk tempat kerja tergantung pada jenis pekerjaan tertentu. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian, maka dibutuhkan intensitas penerangan yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang kurang teliti. Tenaga kerja dalam melakukan segala macam aktivitas kerjanya

Dokumen yang terkait

Analisis koleksi buku perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 2 86

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

9 134 137

Pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 9 87

Upaya perpustakaan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam negeri (fkik-UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat

0 5 104

Respon Pengunjung Terhadap Layanan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

0 5 72

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2013

1 18 114

Indeks Jurnal Koleksi Jurnal Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Periode Tahun

0 76 64

Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

5 26 95