faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

(1)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA TAHUN 2011

SKRIPSI

Disusun Oleh :

SYIFA PUJI SUCI

NIM: 106101003359

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Maret 2011


(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 23 Maret 2011

Syifa Puji Suci, NIM : 106101003359

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

xv + 88 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran ABSTRAK

Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor utama pelaksanaan pembangunan nasional dapat terlaksana apabila tubuh terpenuhi oleh zat gizi yang dapat dipenuhi oleh pola makan yang baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan Masyarakat didapatkan bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu seluruh mahasiswa mengkonsumsi fast food.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Oktober 2010 - Maret 2011 di PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan pola makan pada mahasiswa. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah 125 orang yang diambil dengan metode simple random sampling. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik chi square.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 57.6% mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Berdasarkan hasil uji statistik analisis chi-square sikap gizi berhubungan dengan pola makan (Pvalue < 0,05). Sedangkan pola makan tidak terdapat hubungan secara statistik dengan jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, aktivitas dan tempat tinggal.

Dengan demikian, disarankan kepada pihak PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebaiknya mensosialisasikan pedoman umum gizi seimbang di


(4)

pengetahuan yang baik tetapi juga dalam membentuk suatu sikap atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan perbaikan pola makan mahasiswa. Sosialisasi juga diharapkan dapat memperbaiki sikap gizi yang lebih positif sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan pola makan yang tepat. Hal ini sekaligus diharapkan agar mahasiswa mampu menyiasati pemenuhan gizi bagi responden dalam penelitian ini yang uang sakunya termasuk kategori cukup. Untuk mahasiswa dengan kategori uang saku baik diharapkan dengan pengetahuan dan sikap positif dapat membelanjakan uangnya untuk kualitas jenis makanan yang lebih baik.


(5)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH PROGRAM

Thesis, 23 March 2011

Syifa Puji Suci, NIM : 106101003359

Factors Associated to Diet of Student in Public Health Faculty of Medicine and Health Sciences State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta in 2011 xv + 88 pages, 14 table, 2 picture, 3 appendices

ABSTRACT

The quality of human resources is a major factor implementation of national development can be facilitated if the body is fulfilled by the nutrients can be met by a good diet. Based on preliminary studies conducted on 10 students of Public Health found that 40% of students eat twice a day, judging from the types of food in one week all the students eat fast food.

Research conducted by the student PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in Oktober 2010 - March 2011 in PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta aims to determine the factors related to diet in college students. The Type of research is quantitative with cross sectional study design. The samples were student PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta with a total 125 students who were taken by simple random sampling method. The data obtained was then performed chi square test.

The results of this study show that 57.6% of students PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta have a diet that does not comply with the food guidelines (PUGS). Based on a statistical test of chi-square analysis of nutritional attitudes associated with diet (p value <0.05). While diet there was no statistically significant relationship with gender, nutritional knowledge, pocket money, activities and lodging.

Thus, it is recommended to the PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta should promote the general guidelines for balanced nutrition in college, for example with the installation of posters, public lectures, mading, and rubrics in the magazine BEMJ about diet. It is expected that not only provides a good knowledge but also in forming an attitude or a strong desire to student implement an improved diet. Socialization is also expected to improved the nutrition a more positive attitude so that students can apply the proper diet. This is also expected that students be able to


(6)

knowledge and positive attitude to spend their money for buy better quality foods. reading list : 65 (1986-2010)


(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA MAKAN MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2011

Telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Maret 2011

Mengetahui

Catur Rosidati, SKM, MKM Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM Pembimbing I Pembimbing II


(8)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

Jakarta, 23 Maret 2011

Penguji I

Catur Rosidati , SKM, MKM

Penguji II

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

Penguji III


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Syifa Puji Suci

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 02 Februari 1987

Alamat : Kd. Kombong No. 8 RT/RW 02/03

Menes Pandeglang Banten 42262 Jenis Kelamin : Perempuan

Telepon : 0253 – 501391

Handphone : 085217757224

Golongan Darah : B

E-mail : faa_here@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Purwaraja 3 (1993-1999)

2. MTs MA Pusat Menes (1999-2002)

3. SMA 1 Pandeglang (2002-2005)


(10)

KATA PENGANTAR ا اسل كي ع ةمحرو ا ه و رب اك هت

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011”. Salawat dan salam selalu kita persembahkan bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahku tersayang Bpk Muhidin, Ama mamahku tercinta Ibu Iyar Sutiarsih, Spd yang selalu mengiringi dengan doa di setiap langkahku.

2. Prof. DR (hc). dr. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Yuli Prapanca Safar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Iting selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan, ilmu dan kesabaran dalam membimbing hingga skripsi ini selesai.


(11)

7. Bapak Ahmad Gozali atas semua bantuan dan kebaikannya.

8. SuamiQ tercinta Ikmal Mazaji, Spd yang selalu setia mendoakan, memberikan semangat dan dorongan untuk semua masalah yang ada.

9. KakakQ yang tertampan Fani Jamal Gafa, S.Si, Apt dan adikQ tercantik Falah Safira yang sudah terdaftar di ITB semoga berhasil.

10. Keluarga Besar suamiQ Bpk, Ibu, T’ilfa dan keluarga, nurul n adia. 11. Teman-Teman angkatan 2006 yang selalu memberi dukungan.

12. Adik-adik angkatan 2008, 2009 dan 2010 yang telah bersedia menjadi responden.

13. Teman-teman TOAER’S (Duma=Kuping, Keke=Gingsul, Alin=Idung, Yoc=Uni, Yuni=Nenek nnnnn bibir) atas kebersamaan selama ini, bisa nerima kekurangan dan nano-nano persahabatan. Semoga tali persaudaraan ini dapat terjalin selamanya.

14. Ibu, Bpk, anak-anak kosan serta tak lupa tetangga-tetangga mas Yono, mas No, anang, dan ari yang menjadi keluarga kedua di ciputat.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amien.

هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسل ا و

Jakarta, 23 Maret 2011


(12)

COVER

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGUJI ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.2.1 Tujuan Umum ... 9

1.2.2 Tujuan Khusus ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.5.1 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 11

1.5.2 Bagi Peneliti Lain ... 11


(13)

2.1 Pola Makan ... 13

2.1.1 Jumlah Bahan Makanan... 15

2.1.2 Jenis Bahan Makanan ... 16

2.2 Food Frekuensi Questionnaire (FFQ) ... 20

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pola Makan ... 22

2.3.1 Uang Saku... 22

2.3.2 Faktor Sosila dan Religi ... 24

2.3.3 Pendidikan ... 25

2.3.4 Jumlah Anggota Keluarga ... 25

2.3.5 Ketersediaan Pangan ... 26

2.3.6 Tempat Tinggal... 26

2.3.7 Pengetahhuan Gizi ... 27

2.3.8 Jenis Kelamin ... 29

2.3.9 Sikap Gizi ... 30

2.3.10 Aktivitas... 31

2.4 Mahasiswa ... 33

2.5 Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ... 35

3.2 Definisi Operasional... 37

3.3 Hipotesis ... 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 41

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41


(14)

4.4 Instrumen Penelitian... 43

4.5 Pengumpulan Data ... 44

4.5.1 Pengumpulan Data ... 44

4.5.1.1 Data Primer ... 44

4.5.1.2 Data Sekunder... 44

4.6 Pengolahan Data... 44

4.7 Analisis Data ... 47

4.7.1 Analisis Univariat... 47

4.7.2 Analisis Bivariat ... 47

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum ... 48

5.2 Analisis Univariat... 50

5.2.1 Gambaran Pola Makan ... 50

5.2.2 Gambaran Uang Saku ... 50

5.2.3 Gambaran Pengetahuan gizi ... 51

5.2.4 Gambaran Jenis Kelamin ... 52

5.2.5 Gambaran Sikap Gizi ... 53

5.2.6 Gambaran Aktivitas ... 54

5.2.7 Gambaran Tempat Tinggal ... 55

5.3 Analisis Bivariat ... 56

5.3.1 Hubungan Uang Saku Dengan Pola Makan ... 56

5.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan ... 57

5.3.3 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Pola Makan ... 58

5.3.4 Hubungan Sikap Gizi Dengan Pola Makan ... 59

5.3.5 Hubungan Aktivitas Dengan Pola Makan ... 60


(15)

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 62

6.2 Kelebihan Penelitian ... 63

6.3 Gambaran Pola Makan ... 63

6.4 Uang Saku dan Hubungannya dengan Pola Makan ... 67

6.5 Pengetahuan dan Hubungannya dengan Pola Makan ... 70

6.6 Jenis Kelamin Hubungannya dengan Pola Makan ... 72

6.7 Sikap Gizi Hubungannya dengan Pola Makan ... 73

6.8 Aktivitas Hubungannya dengan Pola Makan ... 75

6.9 Tempat Tinggal Hubungannya dengan Pola Makan ... 77

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 79

7.2 Saran ... 81

7.2.1 Bagi Peneliti lainnya ... 81

7.2.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(16)

Nomor Tabel Halaman 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan 16 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan pada Mahasiswa PSKM

FKIK UINSyarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

50

5.2 Distribusi Frekuensi Uang Saku Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

51

5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

51

5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

52

5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Gizi Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

53

5.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

54

5.7

5.8

Distribusi Frekuensi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 Hubungan Uang Saku dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

55

56


(17)

Nomor Tabel Halaman 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Pola Makan Mahasiswa

PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

57

5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

58

5.11 Hubungan Sikap Gizi dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

59

5.12 Hubungan Aktivitas dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

60

5.13 Hubungan Tempat Tinggal dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011


(18)

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 34


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional (Azwar, 2004). Kualitas hidup dan produktivitas kerja akan tercapai dengan baik/optimal bilamana tubuh dalam kondisi sehat. Sementara itu kondisi tubuh sehat sangat erat kaitannya dengan kecukupan gizi. Kecukupan gizi telah terbukti berpengaruh pada pertumbuhan fisik perkembangan mental dan intelektual, meningkatkan produktivitas, mencegah resiko terjadinya penyakit, yang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Depkes, 2002).

Kekurangan dan kelebihan zat yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak yang negatif. Perbaikan pola makan dan peningkatan status gizi yang seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Baliwati, 2004). Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.2006). Pola makan adalah jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial (PERSAGI, 2009).

Mahasiswa merupakan usia dewasa dimana faktor gizi berperan dalam meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Unsur gizi merupakan faktor


(20)

kualitas sumber daya manusia yang pokok, gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasan intelektual bagi manusia menurut Hidayat (1997) dalam Indrawagita (2009).

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi pola makan mereka. Pola makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Sayogo, 2006). Menurut Putra (2008) banyak faktor pertumbuhan mahasiswa diiringi dengan meningkatnya aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut. Orang-orang yang aktif memang membutuhkan lebih banyak makanan untuk energi. Maka untuk meningkatkan energi orang yang aktif tidak hanya dapat mengandalkan makanan tinggi kalori, tetapi seharusnya juga memiliki makanan kaya zat gizi seperti sereal, roti, buah sayur dan susu (Sizer, 1988).

Untuk memenuhi makanan kaya dengan zat gizi masyarakat hampir di setiap negara menyusun pedoman makanan yang di Amerika dikenal dengan Food Guide Pyramida. Di Indonesia pedoman umum gizi seimbang yang harus di artikan sampai kepada jenis zat gizi yang seimbang (Silalahi, 2006). Namun, seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat maka terjadi pula perubahan kebiasaan makan yang cenderung relatif praktis. Makanan jadi (processed food) dan makanan siap saji menjadi kegemaran dan tren dimasyarakat (Sumartono, 2002).

Kehidupan mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan (Guthrie & Picciano, 1995). Pola makan pada orang dewasa merupakan permulaan seseorang dalam mengadopsi perilaku makan yang cenderung akan menetap (Brown, 2005). Mahasiswa saat ini banyak menggemari fast food seperti mie instan, sehingga kurang mengonsumsi


(21)

makanan yang mengandung serat. Ada beberapa dampak yang akan timbul apabila kekurangan atau kelebihan dalam konsumsi makanan. Dampak kekurangan konsumsi makanan berdasarkan penelitian Bahria (2009), ditemukan bahwa sebanyak 92,1% dewasa kurang mengonsumsi buah dan 77,1% kurang mengonsumsi sayur. Hal ini selaras dengan pendapat Arisman (2007) yang mengatakan bahwa pola makan orang dewasa saat ini cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur. Selain itu berdasarkan hasil survei di Universitas Sumatera Utara pada mahasiswa teknik yang dilakukan oleh Darlina (2004), mahasiswa sekarang sering mengkonsumsi jenis makanan instan. Pada penelitiannya juga didapat 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi makanan instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari.

Kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi pola makan mereka lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah (kalsium, riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat dan serat), selain itu kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food. Dari 471 orang dewasa di Jakarta 15-20% mengkonsumsi fast food sebagai makan siang (Mudjianto dkk, 2006). Pola makan fast food juga cenderung tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Tentu saja perubahan selera akan jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan dan status gizi (Baliwati, 2004). Dampak dari kelebihan konsumsi makanan yang mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit degeneratif lainnya (Sayogo, 2006).


(22)

Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia (Hamam, 2005). Menurut statistik WHO dalam Erlinda.dkk (2009), 70% kematian dini disebabkan oleh penyakit diabetes, kanker, serangan jantung, dan stroke. Kematian dini tersebut, 50% diantaranya berhubungan dengan pola makan yang tidak baik. Diperkirakan bahwa 7 dari 10 cek kesehatan yang dilakukan terdapat gangguan atau penyakit kronis, berhubungan dengan pola makan yang tidak baik (Aritonang, 2003). Faktanya sudah ditemukannya penyakit stroke sebesar 1,1% pada usia 18-24 tahun (Depkes RI, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan ditemukaannya penyakit degeneratif pada usia muda adalah faktor pola makan yang mengandung tinggi lemak, gula, dan garam tetapi kurang mengonsumsi serat khususnya yang berasal dari buah dan sayur (Arisman, 2007).

Hasil penelitian Karjadi (1974) dalam Purboyo (2001) terungkap bahwa pada orang dewasa, anemia zat gizi besi akan menurunkan tingkat produktivitas kerja antara 10-15 %. Sehingga jika permasalahan dan kondisi tersebut terjadi pada mahasiswa dibiarkan akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Sebagai ilustrasi kekurangan energi protein yang diakibatkan kekurangan makanan bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ poin menurut UNICEFF (1997) dalam (Depkes, 2002). Diperkirakan Indonesia kehilangan 330 juta IQ point akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas, yang diperkirakan antara 20-30% (Depkes, 2002). Kondisi di atas juga berdampak pada Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia semakin menurun dalam dua tahun terakhir. Jika pada tahun 2007 berada di


(23)

peringkat 107 dari 177 negara, pada tahun 2009 menurun menjadi peringkat ke 111 Angka ini jauh di bawah negara-negara ASEAN (KOMINFO, 2010).

Pemenuhan gizi seimbang bukanlah hal yang mudah bagi mahasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan membuat orang lebih memiliki perhatian dan kemampuan untuk belajar lebih mudah (Gillepsie, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus memperhatika pola makan dari aspek jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah & D.Briawan. 2005). Secara umum faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang status dikaitkan dengan gaya hidup diantaranya adalah pendapatan, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal (kota/desa), agama/kepercayaan, karakteristik individu, pengetahuan gizi (Pelto, 1981) dalam (Suhardjo, 2003).

Selanjutnya Suharjo (1989) menyebutkan salah satu penyebab terjadi kekurangan gizi pada seseorang adalah pola makan yang dipengaruhi oleh sosial ekonomi (tingkat pendapatan) serta faktor pribadi (pengetahuan, jenis kelamin, sikap dan perilaku). Pada penelitian Aritonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi. Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan antara pola makan dengan pendidikan, pengetahuan, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Pada penelitan Nasution (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dan sikap pemenuhan gizi dengan pola makan mahasiswa.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa didapatkan bahwa 20% mahasiswa memiliki pola makan yang salah yaitu jumlah konsumsi makananya kurang dari angka kecukupan gizi, 40% mahasiswa makan dua kali


(24)

dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu 100 % mahasiswa pernah mengkonsumsi fast food.

Penelitian yang akan dilakukan mengambil subjek mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2008-2010. Sering para mahasiswa kurang mementingkan pola makan yang baik dari segi kualitasnya, sedangkan aktivitas yang berat para mahaiswa membutuhkan energi yang cukup. Program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan belum pernah dijadikan lokasi penelitian mengenai pola makan. Selain itu, mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai calon tenaga kesehatan merupakan faktor penguat dalam promosi kesehatan, tetapi masih ada mahasiswa yang belum memiliki motivasi dan kesadaran untuk menerapkan pola makan seimbang sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Penelitian ini pun bermanfaat pada mahasiswa untuk menjalankan pola makan yang baik agar terhindar dari penyakit dan tetap beraktifitas dengan baik. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.


(25)

1.2 Rumusan Masalah

Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur 19-24 tahun. Guna menjalankan kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa harus dipemenuhi dengan gizi seimbang makanan pokok (3-8 porsi/hari), sayuran (2-3 porsi/hari) dan buah-buahan (3-5 porsi/hari), lauk pauk (2-3 porsi/hari). Tetapi Kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa menyebabkan pola makan yang salah seperti kurang konsumsi buah (3-5 porsi/hari), dan sayur (2-3 porsi/hari). Pola makan salah mempengaruhi status gizi yang berdampak pada penurunan produktifitas. Secara umum faktor yang mempengaruhi pola makan diantaranya pendapatan, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, tempat tinggal dan aktivitas.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan Masyarakat didapatkan bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu 100 % mahasiswa mengkonsumsi fast food. Penelitian dilakukan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena belum pernah dijadikan lokasi penelitian mengenai pola makan. Selain itu, mahasiswa Kesehatan Masyarakat sebagai calon tenaga kesehatan masyarakat merupakan faktor penguat dalam promosi kesehatan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.


(26)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pola makan mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

2. Bagaimana gambaran uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas

dan tempat tinggal mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

3. Apakah ada hubungan antara uang saku dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

6. Apakah ada hubungan antara sikap gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif


(27)

7. Apakah ada hubungan antara aktivitas dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

8. Apakah ada hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?

1.4 Tujuan Penelitian 1. 4. 1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan

mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

1. 4. 2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pola makan mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2011.

b. Diketahuinya gambaran uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap

gizi, aktivitas dan tempat tinggal mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(28)

c. Diketahuinya hubungan antara uang saku dengan pola makan mahasiswa

PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan

mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

e. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan pola makan mahasiswa

PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

f. Diketahuinya hubungan sikap gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

g. Diketahuinya hubungan antara aktivitas dengan pola makan mahasiswa

PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

h. Diketahuinya hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan mahasiswa

PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri


(29)

1.5 Manfaat Penelitian

1. 5. 1 Bagi Mahasiswa KESMAS FKIK UIN SYAHID Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang faktor -faktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa KESMAS FKIK. Agar dapat mempengaruhi para mahasiswa memiliki tingkat kesehatan yang baik sehingga memberikan pengaruh terhadap prestasi kuliah dan peningkatan produktivitas.

1. 5. 2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat menjadi tambahan kepustakaan di bidang gizi mengenai pola makan.

1.5. 3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pola makan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan karena masih ada mahasiswa pola makan yang salah seperti kurang konsumsi buah (3-5 porsi/hari), dan sayur (2-3 porsi/hari) dan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan Masyarakat didapatkan bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu 100 % mahasiswa mengkonsumsi fast food. Jumlah sampel sebanyak 125


(30)

mahasiswa, yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 - Maret tahun 2011. Variabel yang diteliti diantaranya variabel pola makan, pengetahuan gizi, uang saku, sikap gizi, jenis kelamin, tempat tinggal dan aktivitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Data Penelitian meliputi data primer dan data sekunder, data primer yang diambil pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat dengan cara menyebarkan kuesioner. Untuk data sekunder berupa daftar mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2008-2010 yang diambil dari akademik Program Studi Kesehatan Masyarakat.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan

Pola makan menurut Sedioetama (2004) merupakan banyak atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyaraka.

Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan pola makan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Harper et al., 2006), sedangkan Guthe dan Mead, (1945) dalam Sayuti.dkk (2004) mendefinisikan pola makan sebagai cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup.

Menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1989), pola makan merupakan sebagai cara individu memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Pola makan seseorang dapat dipengaruhi beberapa hal berikut yaitu pendapatan, pekerjaan, pendidikan, tempat


(32)

tinggal (kota/desa), agama/kepercayaan, pengetahuan gizi dan karakteristik fisiologis yang selanjutnya akan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku makannya.

Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, kepentingan, emosi, motivasi, reaksi dan persepsi.

Pada penelitian Aritonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi, penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola makan dapat mempengaruhi status kesehatan masyarkat. Pola makan sangat erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit. Tubuh sangat membutuhkan zat gizi untuk melakukan aktivitas dan mencegah dari berbagai penyakit.

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Hardinsyah & D.Briawan. 2005).


(33)

2.1.1 Jumlah Bahan Makanan

Pola makan orang dewasa akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk dewasa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya (Baliwati, 2004).

Tiap-tiap jenis makanan mempunyai cita rasa, tekstur, bau, campuran zat gizi dan daya cerna masing-masing. Oleh sebab itu tiap-tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik. Pola makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan zat-zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi seseorang, pola makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu (Suhardjo, 1989).

Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energi dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh (Paath, Rumdasih & Heryati, 2005).


(34)

Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan

Sumber : WNPG VIII ( 2004)

2.1.2 Jenis Bahan Makanan

Apabila pola makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKMUI, 2007).

Bahan makanan pokok dianggap terpenting di dalam susunan hidangan Indonesia. Dikatakan pokok karena merupakan jumlah terbesar yang dikonsumsi di antara bahan makanan lain. Bila susunan hidangan tidak mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan orang sering mengatakan belum makan. Kelompok lakuk-pauk sering digunakan sebagai sumber protein utama. Dikenal protein hewani dan protein nabati. Bahan pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk-pauk, sedangkan bahan nabati yang termasuk lauk-pauk adalah jenis kacang-kacangan, Kelompok Umur Energi (Kkal) Protein (g) Lemak (g) Pria 16-18 19-29 2600 2550 60 65 650 638 Wanita 16-18 19-29 2200 1900 50 50 550 475


(35)

kedelai, dan hasil olahan seperti tahu dan tempe. Bahan makanan sayur dan buah termasuk nabati. Jenis sayuran ada bermacam-macam, seperti sayuran daun, batang, umbi, bunga, juga buahnya yang masih muda. Buah-buahan umumnya yang sudah masak atau tua dikenal sebagai pencuci mulut. Buah dan sayur dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan mineral. Beberapa sayur dan buah menghasilkan energi dalam jumlah cukup seperti pisang, sawo, alpukat, dan durian (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKMUI, 2007).

Pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (Depkes, 2008) pengelompokkan makanan digambarkan dalam piramida menurut sumber zat gizi. Porsi terbanyak (3-8 porsi/hari) yang digambarkan pada dasar piramida adalah makanan pokok (nasi, roti, serealia lain dan umsi-umbian) sebagai sumber karbohidrat dan serat. Pada lapisan kedua dari dasar dengan proporsi lebih sedikit adalah sayuran (2-3 porsi/hari) dan buah-buahan (3-5 porsi/hari), sumber zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Lapisan diatasnya adalah kelompok lauk pauk (2-3 porsi/hari). Sedangkan dipuncak piramida adalah kelompok makana yang secara proporsional hanya sedikit diperlukan yaitu lemak, gula, garam, dan bumbu-bumbu. Kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Anonim, 2007). Semua makanan mengandung zat gizi, tetapi pangan yang berbeda mengandung beragam zat gizi dalam jumlah yang berbeda pula.

a Makanan yang kaya protein adalah semua jenis daging, daging unggas, ikan, buncis, polong-polongan, kacang tanah, keju, susu, dan telur.


(36)

b Makanan yang kaya karbohidrat adalah nasi, jagung, gandum dan jenis-jenis padi-padian lainnya, semua jenis kentang, ubi rambat dan ketela dan gula.

c Makanan yang kaya lemak adalah minyak, beberapa jenis daging dan hasil olahannya, mentega yang terbuat dari susu sapi, mentega yang terbuat dari susu kerbau dan beberapa jenis hasil olahan susu, margarine, berbagai jenis ikan, biji berminyak dan kacang kedelai. d Makanan yang kaya vitamin A adalah sayur-sayuran yang berwarna

hijau tua, wortel, ubi, labu, mangga, pepaya, telur dan hati.

e Makanan yang kaya vitamin B adalah sayur-sayuran yang berwarna hijau tua, kacang tanah, buncis, polong-polongan, gandum, daging, ikan dan telur.

f Makanan yang kaya vitamin C adalah buah-buahan dan sebagian besar sayuran.

g Makanan yang kaya zat besi adalah daging, ikan, kacang tanah, buncis, polong-polongan, sayuran berdaun hijau tua dan buah yang sudah dikeringkan.

h Tubuh membutuhkan bermacam-macam zat gizi - protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral - dan semua ini berasal dari makanan yang kita makan.

i Protein diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan otot, darah, kulit dan tulang, dan jaringan dan organ tubuh lainnya.


(37)

j Karbohidrat dan lemak terutama sebagai penyedia energi, meskipun beberapa jenis lemak juga dibutuhkan untuk pembentuk tubuh dan juga membantu tubuh memanfaatkan vitamin tertentu (A,D,E,K). k Vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit (dari

pada protein, lemak dan karbobidrat), tetapi sangat penting untuk menjaga status gizi. Vitamin dan mineral membantu tubuh bekerja dengan baik dan tetap sehat. Beberapa mineral juga memperbaiki jaringan-jaringan tubuh, sebagai contoh Kalsium (Ca) dan Fluoride (F) banyhak terdapat di dalam tulang dan gigi, serta zat besi (Fe) di dalam darah.

l Serat makanan dan air bersih juga diperlukan untuk keseimbangan pola makan yang baik.

2.2 Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Food Frequency Questionnaire adalah metode untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan food frequency dapat diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatan lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa, 2002). Untuk memperoleh asupan gizi secara relatif atau mutlak, kebanyakan FFQ sering dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan.


(38)

FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan semikuantitatif (semiquantitative food history). Asupan zat gizi secara keseluruhan diperoleh dengan jalan menjumlahkan kandungan zat gizi masing-masing pangan (Arisman, 2007). Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau bulan, atau dalam satu tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman.

A. Beberapa jenis FQ adalah sebagai berikut:

1. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang biasa dikonsumsi sehingga menggunakan standar porsi

2. Semiquantitatif FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong roti, secangkir kopi.

3. Quantitaive FFQ,memberikanpilihan porsi yang biasa dikonsumsi responden, seperti kecil, sedang, atau besar.


(39)

B. Kelebihan metode frekuensi makanan: 1 Relatif murah dan sederhana

2 Dapat dilakukan sendiri oleh responden 3 Tidak membutuhkan latihan khusus

4 Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makanan

C. Kekurangan metode frekuensi makanan:

1 Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari 2 Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data 3 Cukup menjemukan bagi pewawancara

4 Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner


(40)

2.3 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan

Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang saku), tempat tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga, kepercayaan, budaya dan agama), serta faktor pribadi yaitu pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas.

2.3.1 Uang Saku

Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat penting terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi keluarga, hal tersebut dapat diukur melalui uang bulanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, akan memberikan peluang untuk meningkatkan pembelian makanan yang beragam dan bermutu Ritche (1967) dalam Hardinsyah & D.Briawan (2005).

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan, berarti semakin baik kualitas dan kuantitas makanan yang diperoleh, seperti membeli buah, sayuran, dan aneka ragam jenis makanan Berg (1986) dalam Simatupang (2008).

Kondisi kemakmuran ekonomi bertambah maju akan menyebabkan perubahan pola makan seperti pada sebagian besar negara maju mempunyai pola makan yang lebih banyak komponen hewaninya dibandingkan negara miskin (Suhardjo, 1989). Penghasilan keluarga terendah tidak mungkin membeli jumlah makan dan bahan makan yang cukup untuk kesehatan seluruh keluarga (Suhardjo, 1989). Sedangkan


(41)

Apriadji (1986) mengemukakan bahwa keluarga dengan pendapatan terbatas akan cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Jika tingkat pendapatan naik maka jumlah makanan yang dikonsumsi cenderung untuk membaik juga, secara tidak langsung zat gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi dan akan meningkatkan status gizi (Suhardjo, 2003).

Berdasarkan penelitian Mahaffey at all (2009) didapat bahwa perempuan Asia dengan pendapatan yang lebih tinggi memakan lebih banyak ikan. Pada penelitian Amran (2003) juga didapat bahwa uang bulanan mahasiswa memiliki hubungan yang bermakna dengan pola makan. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan dapat mempengaruhi pola makan terutama jumlah makanan yang dikonsumsi. Besarnya uang bulanan bagi mahasiswa membawa dampak terhadap pola makan mahasiswa. Semakin besar uang bulanan maka semakin baik kualitas makanan mahasiswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radhitya (2009) diperoleh hasil bahwa yang paling berpengaruh terhadap pola makan adalah biaya yang dikeluarkan untuk makanan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan pola makan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Suatu studi yang dilakukan di India menunjukkan bahwa 90 % dari 3000 anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dari ukuran normal (Maas, 2003).


(42)

Tetapi sebaliknya apabila uang saku baik belum tentu menjamin seseorang memiliki pola makan yang baik asumsi ini sejalan dengan teori Suhardjo (1989) bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak tidak menjamin lebih beragam pola makannya yang baik dan faktor pribadi dan kesukaanlah yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Bahkan pada pendapat Berg dkk (1986) mengatakan bahwa besarnya uang bulanan yang diterima belum tentu digunakan untuk makanan yang beragam tetapi pada keluarga di daerah Mysore membelanjakan uang yang mereka dapat untuk dibelanjakan pakaian dan barang-barang bukan makanan.

2.3.2 Faktor Sosial Budaya dan Agama

Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi makanan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Supariasa, 2002). Dalam struktur keluarga pedesaan, ayah mempunyai kedudukan tertinggi dalam keluarga. Dalam soal makanan, ayah mendapatkan perhatian utama mendapat makanan lebih banyak dibandingkan anggota keluaraga yang lainnya. Padahal anggota keluarga lainnya itu lebih membutuhkan makanan lebih banyak seperti ibu dan anak Apriadji (1986).

Adat istiadat dan kebiasaan makanan ada hubungannya dengan agama,walaupun dapat berlainan antara agama satu dengan agama yang lainnya.


(43)

Kebanyakan kelompok agama juga mempunyai larangan tertentu atas penggunakan jenis makanan tertentu. Karena menganggap makanan yang dilarang tersebut berbahaya bagi kesehatan (Suhardjo, 1989).

2.3.3 Pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang gizi menjadi lebih baik (Berg, 1986).

Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan, materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Tingkat pendidikan formal membentuk nilai–nilai progresif bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan yang diperoleh. Pendidikan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi (Soekirman, 2000).

2.3.4 Jumlah Aggota Keluarga

Menurut Berg (1986), besar keluarga mempengaruhi terbatasnya bahan makanan yang teredia. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, kemungkinan lima kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang mempunyai anggota rumah tangga sedikit.


(44)

Keluaraga dengan banyak anak dan jarak kehamilan antara anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Kalau pendapatan keluarga hanya pas-pasan sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan didalam keluarga kurang bisa dijamin. Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan demikian penyakitpun akan terus mengintai (Apriaji, 1986).

2.3.5 Tempat Tinggal

Letak tempat tinggal memudahkan dalam memperoleh makanan menentukan banyak sedikitnya makanan yang didapat untuk dikonsumsi (Harper, 2006). Letak tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu. Sebagai contoh, seorang petani yang tinggal di desa dan dekat dengan areal pertanian akan lebih mudah dalam mendapatkan bahan makanan segar dan alami, seperti buah dan sayur. Namun, seseorang yang tinggal di daerah perkotaan akan mengurangi akses untuk mendapatkan bahan makanan segar tersebut, karena di daerah perkotaan lebih banyak tersedia berbagai makanan cepat saji, walaupun tidak menutup kemungkinan, penduduk perkotaan ada yang mengkonsumsi buah dan sayur (Suhardjo, 1989).

Pada penelitian Jago et al (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur. Pendapat Guthrie & Picciano (1995) yang mengatakan bahwa pada orang dewasa terjadi perubahan pola makan, mereka menjadi tidak tergantung pada kebiasaan orang tua dan


(45)

meninggalkan kebiasaan makanan orang tua, tetapi lebih banyak makan dan jajan diluar. Dalam mendukung seseorang dan populasi melakukan pola makan yang sehat maka diperlukan ketersediaan makanan, kecukupan dan dapat diakses semua orang (Harper, 2006). Lain halnya dalam studi di Amerika pada remaja non-Hispanic black dan non-Hispanic white didapatkan bahwa ketersediaan makanan di rumah tangga tidak signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada orang dewasa dan juga berdampak kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah dan sayur pada orang dewasa tersebut (Befort, 2006).

2.3.6 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang di dapat setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan memegang peranan penting dalam hal pembentukan tindakan seseorang (over behavior), jika didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng bila dibandingkan tanpa disadari pengetahuan (Notoatmojo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan manusia baik baik positif mauoun yang negatif didasari oleh salah satu faktor tersebut. Pada mahasiswa pengetahuan yang baik dapat tertutup oleh gejala kejiwaan yang lain seperti keinginan, kehendak, minat, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi.

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga apabila seorang dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan


(46)

perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007). Dengan adanya pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal (Paul, 2001). Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan melalui suatu proses belajar mengajar tentang pola makan, bagaimana tubuh menggunakan zat besi dan bagaimana zat besi tersebut diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Berdasarkan penelitian Nisa (2007) didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi. Pengukuran dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Aspek-aspek dalam pengetahuan gizi yaitu; Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dan memilih bahan makanan yang nilai gizinya tinggi (Moehji, 2003). Namun pada penelitian Nasution (2001) didapat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola konsumsi makan. Sesuai dengan pendapat Harper (2006) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akan menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi. Pendapat Khomsan (2000), yang menyatakan bahwa


(47)

memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

2.3.7 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriajdi,1986). Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000). Hasil penelitian Hanley (2000), di Kanada didapatkan prevalensi overweight 27.7 % pada laki-laki dan 33.7% pada anak perempuan.

Besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang, berbeda menurut jenis kelamin. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein dari pada wanita, karena secara kodrat, pria memang diciptakan tampil lebih aktif dan lebih kuat. Hal ini juga sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan wanita dan pria. Tetapi dalam kebutuhan zat besi, wanita jelas membutuhkannya lebih banyak dari pada pria. Tak lain karena setiap bulan wanita secara langsung teratur mengalami menstruasi, sehingga zat besi diperlukan wanita lebih banyak untuk menyusun kembali unsur darah sebagai pengganti (Apriadji, 1986). Apriadji (1986) juga menyatakan bahwa anak perempuan lebih mementingkan penampilannya, dibandingkan laki-laki jadi perempuan lebih memilih jenis makanan yang baik.

Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama pada usia dewasa. Perbedan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis aktivitasnya. Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi semakin


(48)

tinggi pula terutama energi (Depkes, 2005). Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Survey pola makan di Eropa memperhatikan perbedaan pola makan pria dan wanita. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum pria memiliki asupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Gibney et al, 2005). Penelitian dari hasil penelitian Nasution (2001) memperoleh bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan pola konsumsi pangan.

2.3.8 Sikap Gizi

Sikap merupakan suatu yang masih bersifat abstrak, dapat didasarkan pada keyakinan yang ada pada setiap individu (yang berkaitan dengan kognitif) dan sering kali sikap dipengaruhi oleh perasaan (yang merupakan komponen emosional) sehingga dapat membawa atau menentukan perilaku tertentu (Oppenheim dalam Ancok, 2004)

Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, kepentingan, emosi, motivasi, reaksi dan persepsi.

Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat bergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo, 2007). Kebutuhan akan makan bukan hanya untuk menumbuhkan


(49)

badan secara fisik, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap sanubari, kecerdasan dan kebijaksaan serta naluri. Hasil penelitian Nasution (2001) didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan sikap pemenuhan gizi. Tetapi pendapat Harper (2006) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akan menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi kebutuhan pangan.

2.3.9 Aktivitas

Kesibukan dan rutinitas mempengaruhi konsumsi makan seseorang. Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas cenderung akan memilih jenis makanan yang praktis dan mudah diperoleh Menurut Becke (1982) dalam Kamso (2000). Berdasarkan penelitian Nurul (2006) dalam Indrawagita (2009) diperoleh bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi.

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Sayogo, 2006). Putra (2008) banyak faktor pertumbuhan mahasiswa diiringi dengan meningkatnya aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut. Orang-orang yang aktif memang membutuhkan lebih banyak makanan untuk energi. Maka untuk meningkatkan energi orang yang aktif tidak hanya dapat mengandalkan makanan tinggi kalori, tetapi seharusnya juga memiliki makanan kaya zat gizi seperti sereal, roti, buah sayur dan susu (Sizer, 1988). Pada penelitian Hela (2008) didapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan pola konsumsi sayuran.


(50)

Sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989), pada masyarakat yang menghabiskan waktu dari pagi sampai sore di luar rumah,biasanya akan berkembang kebiasaan makan ditempat kerja dimana makanan disediakan oleh katering yang bekerjasama dengan perusahaan.

Kehidupan mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan (Guthrie & Picciano, 1995). Perubahan kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi pola makan mereka terutama perubahan selera yang akan jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan dan status gizi (Baliwati, 2004)

2.4 Mahasiswa

Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-24 tahun menurut Susanto (2003) dalam Rahmawati (2006). Pada usia dewasa unsur gizi merupakan faktor kualitasa SDM yang pokok, gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasan intelektual bagi manusia Hidayat (1997) dalam Indrawagita (2009).

Menurut Guthrie & Picciano (1995), pada usia dewasa terjadi perubahan pola makan, mereka menjadi tidak tergantung pada pola makan orang tua, lebih banyak makan dan jajan di luar rumah. Mereka sering mencoba makanan baru dan meninggalkan kebiasaan makan orang tua (Ulfa, 1998).

Pola makan pada usia dewasa merupakan permulaan seseorang dalam mengadopsi perilaku pola makan yang cenderung akan menetap pada masa dewasa (Brown, 2005). Remaja saat ini banyak menggemari fast food, sehingga kurang


(51)

mengonsumsi makanan yang mengandung serat. Manifestasinya dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktifitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan apabila jumlah makanan sehari-hari tidak memenuhi kebutuhan, maka energi didapat dari cadangan tubuh Rachmat, dkk (1987) dalam Indrawagita (2009).


(52)

2.5 Kerangka Teori

Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang saku), tempat tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga, kepercayaan, dan agama), pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dapat digambarkan pada bagan 2.1 sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Suhardjo (1989) dan Pelto (1981)

Pola Makan Faktor Ekonomi

Uang saku

Sosial Budaya Pendidikan

Jumlah anggota keluarga Kepercayaan/Agama

Tempat Tinggal

Pengetahuan Gizi Pengetahuan Gizi Sikap Gizi Jenis Kelamin

Aktivitas

Body Image Metabolisme


(53)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori gabungan dari pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang saku), tempat tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga, budaya dan agama), serta faktor pribadi yaitu pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas. Untuk variabel Sosial budaya pendidikan tidak dimasukkan karena semua responden mahasiswa perguruan tinggi. Jumlah anggota keluarga tidak dimasukkan karena rata-rata responden lebih sering berada di kampus dan beberapa diantara mereka merupakan anak kost. Kepercayaan tidak dimasukkan karena semua responden beragama Islam. Variabel yang di teliti terdiri dari uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas dan tempat tinggal. Gambaran variabel yang diteliti dapat di gambarkan pada bagan 3.1.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pola Makan Uang Saku

Pengetahuan Gizi Jenis Kelamin Sikap Gizi Aktivitas


(54)

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Dependen

1 Pola Makan Jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah yang dikonsumsi responden

Wawancara Formulir FFQ

0 = Pola makan tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) 1= Pola makan sesuai PUGS (makanan

pokok 3-8 porsi/hari, lauk- pauk 2-3 porsi/hari, sayuran 2-3 porsi/hari, dan buah 3-5 porsi/hari )

(Depkes, 2008b)

Ordinal

Variabel Independen

1 Uang Saku Jumlah uang yang diterima mahasiswa perbulan yang dihitung dalam rupiah.

Wawancara Kuesioner 0 = Kurang, jika< median 1= Baik, jika > median


(55)

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independen

2 Pengetahuan Gizi

Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai pengatahuan gizi

Wawancara Kuesioner 0 = Kurang, jika< median 1= Baik, jika > median

Ordinal

3 Jenis Kelamin Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan (Depkes, 2008a)

Wawancara Kuesioner 0 = Perempuan 1= Laki-laki

Ordinal

4 Sikap Gizi Respon yang masih tertutup dari responden terhadap pola makan

Wawancara Kuesioner 0 = Negatif, jika< median 1= Positif, jika > median


(56)

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independen

5 Aktivitas Kegiatan harian responden yang dapat mempengaruhi pola makan (Hela, 2008)

Wawancara Kuesioner 0 = Kuliah

1 = Kuliah + organisasi, kuliah + kerja 2 = Kuliah + organisasi + kerja

Ordinal

6 Tempat Tinggal

Gambaran keberadaan responden tinggal selama kuliah

Wawancara Kuesioner 0 = Tidak tinggal bersama orang tua/keluarga

1= Tinggal bersama orang tua/keluarga


(57)

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara uang saku terhadap pola makan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola makan pada

mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

3. Ada hubungan antara jenis kelamin terhadap pola makan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 4. Ada hubungan antara sikap gizi terhadap pola makan pada mahasiswa

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 5. Ada hubungan antara aktivitas terhadap pola makan pada mahasiswa

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 6. Ada hubungan antara tempat tinggal terhadap pola makan pada mahasiswa

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.


(58)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk melihat faktor- faktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang atau cross sectional, dimana data variabel independen diantaranya uang saku, pengetahuan gizi, sikap gizi, jenis kelamin, aktivitas dan tempat tinggal variabel dependen yaitu pola makan yang diambil secara bersamaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 - Maret tahun 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif kuliah di kampus yaitu angkatan tahun 2008-2010. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 125 mahasiswa.


(59)

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2008-2010 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 125 orang. Dalam perhitungan jumlah Sampel mengunakan rumus uji beda 2 proporsi

n = {Z1-α/2√2 P(1 – P) + Z1-β√P1(1 – P1) + P2(1 – P2)}2 (P1– P2)2

n = Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian Z1-α/2 = derajat kemaknaan 5% (two tail) = 1,96

Z1-β = kekuatan uji 90%

P = proporsi rata-rata = (P1 + P2 )/2 = (0,71 + 0,51)/2 = 0,61

P1 = proporsi pola konsumsi lengkap berdasarkan uang bulanan tinggi = 50.7 % (Amran, 2003)

P2 = proporsi pola konsumsi lengkap berdasarkan uang bulanan rendah = 71.1 % (Amran, 2003)

Jumlah sampel yang dihasilkan dari perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 59 sampel yang kemudian dikalikan dua menjadi 118 orang. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out, maka sampel yang diambil keseluruhan adalah 125 mahasiswa.


(60)

4.3.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel kemudian dilakukan secara simple random sampling yang dilakukan pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2008-2010.

n = Jumlah mahasiswa tiap angkatan tahun 2008-2010 x 125 Total mahasiswa angkatan tahun 2008-2010

Angkatan 2010 = 87 x 125 = 47 orang 233

Angkatan 2009 = 82 x 125 = 44 orang 233

Angkatan 2008 = 64 x 125 = 34 orang 233

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menggambarkan variabel independen diantaranya uang saku, pengetahuan gizi, sikap gizi, jenis kelamin, aktivitas, tempat tinggal dan variabel dependen yaitu pola makan yang menggunakan formulir FFQ. Beberapa pertanyaan dalam kuesioner telah digunakan sebelumnya oleh Hela (2008), Nasution (2001) dan Ali Khomsan (2000). Pada uji kuesioner didapatkan hasil bahwa kuesioner pada penelitian ini valid dan reliabel. Kuesioner dikatakan valid jika nilai corrected item > nilai r tabel sedangkan kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alfa crombach > r tabel.


(61)

4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.5.1 Pengumpulan Data

4.5.1.1 Data Primer

Untuk melihat gambaran dan hubungan dari variabel independen dan dependen, peneliti mengumpulkan data-data primer yang meliputi: uang saku, pengetahuan gizi, sikap gizi, aktivitas, tempat tinggal dan pola makan. Data primer didapat dari hasil pengisian sendiri oleh responden berdasarkan kuesioner yang diberikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel independen dan dependen.

4.5.1.2 Data Sekunder

Dalam pengumpulan data untuk melengkapi penelitian juga dibutuhkan data sekunder, yang meliputi : data daftar mahasiswa angkatan tahun 2008-2010 dan profil Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data primer maupun sekunder yang telah dikumpulkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu. Data dicek dan diperiksa untuk memastikan semua variabel sudah diisi lengkap.


(62)

2. Coding

Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode pada setiap variabel yang telah terkumpul untuk memudahkan dalam pengolahan selanjutnya. Coding digunakan untuk mempermudahkan analisis dengan melakukan perubahan data yang berbentuk huruf menjadi angka.

1. Untuk variabel dependen pengkodingan digunakan untuk mengetahui pola makan sesuai PUGS atau tidak pada responden. Coding 0 untuk pola makan tidak sesuai PUGS, Coding 1 untuk pola makan sesuai PUGS (makanan pokok (3-8 porsi/hari), lauk pauk (2-3 porsi/hari), sayur (2-3 porsi) dan buah (3-5 porsi/hari)). 2. Uang saku, dengan 0= kurang, jika pendapatan < nilai median per

bln), 1= baik, jika pendapatan > nilai median per bln). Untuk uang saku responden menjawab 1 pertanyaan dengan kode C untuk mengetahui kemampuan materi dalam membeli makanan yang dikonsumsi.

3. Pengetahuan gizi dengan kode E, koding 0 = kurang, jika < nilai median dari seluruh jawaban benar dan 1= baik, jika > nilai median dari seluruh jawaban benar. Pengetahuan gizi peneliti memberikan skore 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah dalam 10 pertanyaan.

4. Jenis kelamin, 0 = perempuan, 1= laki-laki. Terdapat 1 pertanyaan untuk jenis kelamin dengan kode B.


(63)

5. Sikap gizi, 0 = Negatif, jika< nilai median dan 1= positif, jika> nilai median. Sikap gizi dengan kode G terdiri dari 8 pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor pada responden untuk pernyataan positif penelitian yaitu: SS=4, S=3, TS=2 dan STS=1 demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif. 6. Aktivitas dengan kode F, 0= hanya kuliah, 1= organisasi, 2= kerja, terdapat satu pertanyaan yang dapat di jawab lebih dari satu pilihan. 7. Tempat tinggal dengan kode D, koding 0= tidak tinggal bersama

keluarga/orang tua, dan 1= tinggal bersama keluarga/orang tua. 3. Entry

Memasukkan data dengan menggunakan komputer. Untuk pertanyaan-pertayaan pada questioner yang telah diisi berdasarkan kode-kode yang telah ada oleh responden dimasukkan kedalam software statistik. Data pola makan pada FFQ dilihat satu-persatu kemudian dimasukkan pada software statistik untuk di kategorikan hasil dari formulir FFQ untuk melihat porsi jenis makanan yang dikonsumsi sesuai atau tidak dengan PUGS.

4. Cleaning

Pengecekkan kembali, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data tersebut, baik dalam pengkodean maupun dalam kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian data telah siap dianalisis.


(64)

Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu dengan menggunakan program komputer. Adapun analisis data yang dilakukan adalah :

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen diantaranya uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas, tempat tinggal dan variabel dependen yaitu pola makan.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen (uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas,tempat tinggal) terhadap variabel dependen (pola makan). Analisis bivariat ini menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 5%. Bila P-value < 0,05 maka hasil perhitungan secara statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika P-value > 0,05 maka hasil perhitungan secara statistik tidak menunjukkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Rumus umum uji statistik tersebut adalah :

X2 = ∑{(O-E)2/E} Keterangan : E = nilai harapan O = nilai observasi b = jumlah baris


(1)

Crosstab Sikap dan Pengetahuan

Kategori Sikap * kateg_pengbr Crosstabulation

kateg_pengbr

Total kurang baik

Kategori Sikap negatif Count 20 47 67

% within Kategori Sikap 29.9% 70.1% 100.0%

positif Count 18 40 58

% within Kategori Sikap 31.0% 69.0% 100.0%

Total Count 38 87 125

% within Kategori Sikap 30.4% 69.6% 100.0%

Crosstab Sikap dan Tempat Tinggal

Kategori Sikap * tempat tinggal Crosstabulation

tempat tinggal

Total tdk tinggal

bersama orang tua/keluarga

tinggal bersama orang tua/

keluarga

Kategori Sikap negatif Count 22 45 67

% within Kategori Sikap 32.8% 67.2% 100.0%

positif Count 31 27 58

% within Kategori Sikap 53.4% 46.6% 100.0%

Total Count 53 72 125


(2)

Lampiran 3

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010

N O

Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

1. Makanan Pokok

Nasi 10 8 103 82.4 - - - 11 8.8 - -

Nasi goreng 24 19.2 7 5.6 - - - - 34 27.2 13 10.

4

- -

Nasi uduk 23 18.4 - - - 31 24.8 - - - -

Bubur 14 11.2 1 8 - - - - 53 42.4 2 1.6 - -

Roti 36 28.8 10 8 4 3.2 - - 41 32.8 7 5.6 - -

Singkong - - - 36 28.8 - - - -

Ubi - - - 15 12 - - - -

Bihun - - - 28 22.4 7 5.6 - -

Gandum - - - 12 9.6 - - - -

Jagung - - - 38 30.4 13 10.

4

- -

N

O Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

3 Lauk Nabati

Tahu 20 16 60 48 2 1.6 - - 6 4.8 21 16.8 - -

Tempe 17 13.6 71 56.8 1 8 - - 6 4.8 21 16.8 - -

Oncom - - - 32 25.6 2 1.6 5 4


(3)

N

O Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

2 Lauk Hewani

Ikan Mujair goreng 18 14.4 7 5.6 - - - - 21 16.8 9 7.2 - -

Ikan Mas 19 15.2 - - - 28 22.4 6 4.8 - -

Ikan Teri 9 7.2 19 15.2 - - - - 31 24.8 14 11.2 - -

Ikan Kembung - - 4 3.2 - - - - 32 25.6 20 16 - -

Ikan Asin 4 3.2 - - - 43 34.4 7 5.6 - -

Ikan Lele 18 14.4 2 1.6 - - - - 36 28.8 - - - -

Telur 46 36.8 12 9.6 - - - - 43 34.4 14 11.2 - -

Ayam 47 37.6 8 6.4 1 8 - - 35 28 18 14.4 - -

Hati ayam 1 8 - - - 29 23.2 7 5.6 - -

Daging Sapi 10 8 1 8 - - - - 28 22.4 7 5.6 - -

Udang - - - 36 28.8 7 5.6 - -

Cumi - - - 31 24.8 7 5.6 - -

Baso - - - 57 45.6 11 8.8 - -

Rawon 6 4.8 - - - 29 23.2 8 6.4 - -

Kerang 3 2.4 - - - 18 14.4 - - - -


(4)

N

O Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

4 Sayur-sayuran

Bayam 13 10.4 20 16 - - - - 25 20 18 14.4 - -

Sawi/Cesin 7 5.6 1 8 - - - - 47 37.6 3 2.4 - -

Sayur Soup 24 19.2 2 1.6 7 5.6 - - 56 44.8 6 4.8 - -

Daun singkong 16 12.8 - - - 49 36 1 8 - -

Kangkung 11 8.8 1 8 - - - - 45 36 1 8 - -

Sayur Asem 7 5.6 8 6.4 - - - - 44 35.2 10 8 - -

Kacang Panjang 3 2.4 - - - 35 28 - - - -

Brokoli 2 1.6 - - - 26 20.8 6 4.8 - -

Buncis 3 2.4 - - - 38 30.4 - - - -

Toge 1 8 - - - 36 28.8 - - - -

Terung 3 2.4 - - - 32 25.6 - - - -

Pare - - - 31 24.8 - - - -

Kemangi - - - 40 2 - - - -

Labu 4 3.2 - - - 26 20.8 - - - -

Capcay 16 12.8 9 7.2 - - - - 23 18.4 - - - -

Kentang 3 2.4 - - - 30 24 - - - -

Gado-gado 7 5.6 - - - 23 18.4 6 4.8 - -

Ketoprak 2 1.6 - - - 38 30.4 - - - -

Tumis Jagung sayur

2 1.6 - - - 43 34.4 - - - -

Mentimun - - - 33 26.4 - - - -

Gudeg - - - 21 16.8 - - - -

Soto bandung - - - 13 10.4 - - - -

Soto banjar - - - 13 10.4 - - - -

Soto betawi - - - 14 11.2 - - - -

Soto kudus - - - 20 16 - - - -


(5)

N

O Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

5 Buah-buahan

Jeruk 44 35.2 19 15.2 - - - - 19 15.2 15 12 - -

Pepaya 26 20.8 6 4.8 - - - - 9 7.2 6 4.8 7 5.6

Melon 25 20 1 8 - - - - 46 36.8 6 4.8 - -

Semangka 14 11.2 4 3.2 - - - - 45 36 6 4.8 - -

Pisang 15 12 8 6.4 - - - - 37 29.6 7 5.6 - -

Apel 5 4 1 8 - - - - 31 24.8 7 5.6 - -

Alpukat 2.4 - - - 41 32.8 8 6.4 - -

Nanas 4 3.2 - - - 22 17.6 - - - -

Jambu air 7 5.6 - - - 37 29.6 - - - -

Jambu biji - - - 24 19.2 - - - -

Mangga - - - 49 39.2 - - - -

Belimbing 1 8 - - - 23 18.4 - - - -

Pear - - - 23 18.4 - - - -

Salak - - - 20 16 - - - -

Bengkuang 1 8 - - - 21 16.8 - - - -

Kedondong - - - 20 16 - - - -

Strawberi 1 8 1 8 - - - - 21 16.8 - - - -

Wortel 8 6.4 6 4.8 - - - - 22 17.6 - - - -

Rujak 12 9.6 - - - 39 31.2 2 1.6 - -

N

O Jenis Makanan

Frekuensi Makanan

Per hari Per minggu

<1x 2-3x 4-5x >6x < 1x 2-5x >6x

N % N % N % N % N % N % N %

FastFood

Burger 12 9.4 - - - 51 39.8 1 8 - -

Spageti 2 1.6 - - - 22 17.2 1 8 - -

Kebab 6 4.7 - - - 30 23.4 - - - -

Pizza 25 19.5 - - - 4 3.1 - -

Fried chicken 31 24.2 - - - 22 17.2 - - - -

Crepes - - - 22 17.2 - - - -

Sandwich - - - 17 13.3 - - - -

Tahu bulat - - - - 2 1.6 - - 26 20.3 9 7 - -

Gorengan 27 21.1 12 9.4 4 3.1 - - 30 23.4 14 10.9 - -

Mie instan 36 28.1 - - - 47 36.7 18 14.1 - -


(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 20 174

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

9 134 137

Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

3 48 115

Upaya perpustakaan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam negeri (fkik-UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat

0 5 104

Respon Pengunjung Terhadap Layanan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

0 5 72

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Analisis Kualitatif Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Berhenti Merokok

6 23 129

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

1 11 185