Data Penelitian Metode Penelitian

29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Data Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan data rekaman broadband seismograf dari jaringan seismik global. Data ini didownload dari database IRIS Incorporated Research Institution for Seismology Data Management System DMS dari website : http:www.iris.washington.edudmswilber.htm.Gambar 3.1 menunjukkan lokasi stasiun seismik global yang digunakan dalam penelitian skripsi ini. Gambar 3.1. peta sebaran stasiun Global Seismograph Network IRIS-DMC 30 Data yang digunakan adalah 1 sample-per-second rekaman komponen vertikal chanel LHZ untuk jarak stasiun sekitar 90 di ambil dari database dalam jaringannetwork tersebut yaitu II IRISIDA, IUIRISUSGS, GE GEOPHONE, G GEOSCOPE. Contoh seismogram gempa bumi Mentawai 25 oktober 2010, dapat dilihat pada gambar 3.2. Sumbu y adalah kecepatan ms dan sumbu x menunjukkan waktu s. Gambar 3.2. contoh seismogram velocity record msec gempa Mentawai

3.2. Metode Penelitian

Data seismogram hasil download dari database IRIS-DMC dalam format MiniSeed, yang mana merupakan raw-data asli dari rekaman broadband seismograf long periode komponen vertikal. Dalam format ini, data harus di convert dengan Rdseed kedalam bentuk data SAC Seismic Analysis Code dengan menggunakan peranti lunak 31 Linux. Setelah terconvert seluruh data , dilakukan proses deconvolusi data. Data seismogram hasil download merupakan gabungan dari parameter sumber seismik, struktur bagian dalam bumi dan impuls instrument respons seismometer. Proses deconvolusi ini berguna untuk memisahkan seismogram dari faktor instrument respons, sehingga data akhir yang dihasilkan, diharapkan adalah data murni dari sumber seismik. Dari data murni ini, kemudian dilakukan retrieve W-phase dan inversi W-phase. Sebelum proses retrieve dilakukan, sebagai catatan bahwa data sinyal gempa merupakan catatan sinyal velocity dalam bentuk time series. Sedangkan retrieve W-phase dilakukan pada catatan sinyal displacement dalam time domain. Proses mengubah sinyal velocity time series kedalam displacement time domain ini cukup rumit. Sebelumnya, sinyal catatan velocity dilakukan integrasi didapatkan displacement time series. Digunakan time deconvolusi sehingga didapatkan accelerasionpercepatan time series. Kemudian accelerasi time series dilakukan band pass filtering dalam time domain dilanjutkan dengan dua kali integrasi, akhirnya didapatkan displacement dalam time domain. Selanjutnya dilakukan retrieve dan inversi W-phase. Proses inversi dilakukan dengan convolusi Green function dengan data observasi. Proses ini secara sederhana adalah mencari RMS terkecil hasil matching antara sinyal observasi di stasiun pencatat dengan sintetis waveform Green’s function. Hasil inversi ini menghasilkan moment tensor, besar magnitude serta focal mechanism. Secara singkat diagram alir penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : 32 Dalam penelitian ini, digunakan 1 sample-per-second data rekaman seismograf komponen vertikal komponen LHZ yang diambil dari da tabase IRIS, dengan durasi 15∆ derajat detik setelah waktu tiba gelombang P. jarak stasiun yang digunakan dengan No Yes DATA seed Extract to SAC Deconvolusi Retrieve W-phase Green’s function Out put: Seismic moment, Magnitude moment Mw, focal mechanism Inversi Filtering RMS 3.0, 1.3, 0.9 END START Parameter patahan deformasi dasar latut Simulasi Tsunami Waktu tiba dan tinggi gelombang tsunami 33 radius ∆ ≤ 90 dari pusat gempa dengan diberikan bandpass filter dari 0,001 - 0,005 Hz dari 200s-1000s. Kemudian dihitung sebuah unit sumber sintetis untuk setiap stasiun menggunakan Green’s function. Kanamori dan Rivera 2008 telah membuat database Green’s function ini untuk tiga komponen displacement untuk jarak 90 , dengan interval dari 2 , 1 , dan kedalaman antara 0-760 km. Interval kedalaman bervariasi seiring meningkatnya kedalaman dari 2 km hingga 10 km. Database Green function yang telah di buat Kanamori dan Rivera untuk spheriodal mode sebanyak 103.000, toroidal mode sebanyak 63.000, dan radial mode sebanyal 152, lengkap untuk periode 12 s. Kanamori and Rivera, 2008, Source Inversion of W phase: Speeding up Seismic Tsunami Warning,Geophysics J. Intl Gambar 3.3 menunjukkan contoh hasil retrieve Wphase setelah inversi untuk tiap stasiun. Tanda bintang merah dalam lingkaran gambar sebelah kiri adalah lokasi gempa bumi, dan titik merah dalam lingkaran adalah stasiun. Titik merah pada waveform gambar sebelah kanan merupakan W-phase yang diambil dari stasiun tersebut. 34 Gambar 3.3. W-phase gempa bumi Mentawai 25 oktober 2010 Dari hasil inversi W-phase, kemudian dilanjutkan persiapan untuk membuat simulasi tsunami dengan program TUNAMI-N2. Data seismic moment hasil inversi digunakan untuk menghitung parameter patahan dan deformasi dasar laut berupa slip, dip, rake, panjang patahan, lebar patahan, sebagai masukan awal simulasi tsunami. Persiapan selanjutnya setelah didapatkan hasil parameter patahan dan juga deformasi dasar laut, selanjutnya membuat model patahan akibat gempa bumi dalam program TUNAMI-N2. Selain itu, untuk mendapatkan hasil rekaman tinggi gelombang dan juga waktu tibanya, kita tempatkan tide gauge model pada titik-titik di dekat pantai sebagai titik pencatat tinggi gelombang tsunami. Dalam penelitian ini, ditempatkan 8 titik 35 tide gauge yang tersebar di berbagai pulau. Letak 8 tide gauge tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.4. Gambar 3.4. posisi tide gauge pencatat tinggi gelombang 36

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN