Keterbatasan Penelitian Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta

65 Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden merespon baik terhadap daya tarik iklan. Untuk hal yang membuat iklan pasta gigi tersebut menarik 20 responden menjawab karena isi pesan iklan yang terkandung didalamnya dan gambar atau visual dari iklan. Pada penelitian Durianto dan Liana 2004 menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap merek dipengaruhi secara langsung oleh kreatifitas pesan iklan yang diterima oleh konsumen, juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh iklan melalui pengenalan merek terlebih dahulu, dimana melalui pengenalan merek ini membuat konsumen cukup mengenal kriteria merek dan membantu konsumen untuk membangun sikap pada merek. Daya tarik sebuah iklan tidak hanya secara atribut atau keunggulan produk yang diiklankan tetapi juga melalui bentuk kemasan tampilan iklan. Unsur daya tarik iklan yaitu pesan iklan yang terdapat dalam iklan yang mendapat respon positif dari sasaran merupakan indikator keberhasilan iklan, dimana alasan dibuatnya iklan tersebut salah satunya karena alasan sosial, yaitu iklan tersebut mengusik sisi ketidakpekaan insensitivity sasaran untuk sadar akan kenyataan bahwa pentingnya menjaga kesehatan gigi. Pesan iklan menjadi faktor variabel yang memiliki pengaruh yang cukup besar dari sampel responden, dimana variabel ini menjadi pusat perhatian karena pesan yang disampaikan oleh pemasar. Jadi Pesan iklan yang disampaikan selain dengan menyampaikan keistimewaan produk, diharapkan juga dapat mengandung pesan edukasi bagi pemirsa sehingga dapat meningkatkan kualitas pesan iklan. 66 Begitu juga dengan unsur daya tarik iklan lainnya, cukup mendapat respon yang positif yaitu jingle atau musik dari iklan pasta gigi close up yang mereka lihat dengan memilih musik yang sedang trend saat ini sehingga membuat iklan tersebut menjadi menarik bagi responden. Daya tarik iklan berdampakpada respon responden, iklan yang menarik tentumudah mendapatkan perhatian Simamora, 2003. Seperti yang di ungkapkan Adi, 2007. Daya tarik iklan digunakan untuk mendapatkan perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan terhadap produk atau jasa yang mereka tawarkan. Daya tarik tersebut diubah menjadi pesan iklan untuk dipresentasikan kepada pemirsa maupun konsumen sasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Margono, 2008 mengenai Respon Konsumen Terhadap Unsur-Unsur Iklan Obat Batuk Woods menunjukkan bahwa iklan yang ditayangkan dipahami oleh sebagain besar responden. Pemahaman responden yang diteliti terhadap iklan dipengaruhi oleh cara penyampaian pesan yang menarik, visualisasi yang bagus, penggunaan model yang tepat sehingga sasaran mempercayai anjuran iklan. Pesan kreatif harus menemukan gaya, nada, kata-kata dan format yang cocok untuk menyampaikan pesan dengan pemilihan daya tarik Saliman, 2010. Hasil penelitian pun membuktikan bahwa semakin tinggi kreatifitas iklan maka semakin tinggi daya tarik iklan. Pemahaman terhadap pesan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan responden dalam mempresepsikan pesan iklan secara benar. Kuesioner pemahaman terhadap iklan terdapat pada pertanyaan nomor 20, 21 dan 24 yaitu responden dapat menceritakan iklan pasta gigi yang mereka suka, 67 responden dapat mengerti tentang iklan tersebut dan responden dapat men jelaskan pesan apa saja dalam iklan pasta gigi yang mereka suka. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memahami pesan iklan. Responden dapat menerima, mengerti dan menjelaskan kembali pesan-pesan yang terdapat pada iklan pasta gigi dengan baik sesuai dengan tujuan pesan-pesan tersebut, yaitu memberikan informasi tentang cara menjaga kesehatan gigi, menggosok gigi yang baik adalah pada waktu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur, menganjurkan pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali agar tidak terjadinya karies pada gigi. Menurut Suyanto 2007, iklan memiliki beberapa tujuan yang berkaitan dengan sasarannya, salah satunya adalah bertujuan informatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dapat memahami iklan tersebut yaitu iklan-iklan tersebut menceritakan fungsi yang baik dari pasta gigi, sebagian responden menyatakan iklan tersebut mengajarkan cara menggosok gigi yang baik dan benar serta mengajak untuk menjaga kesehatan gigi, menginformasikan untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur karena kuman berkembang biak pada waktu malam hari. Tingkat penerimaan terhadap pesan iklan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan responden terhadap pesan iklan tersebut, apakah responden setuju atau dapat menerima semua pesan dan adegan yang tergambar dalam iklan tersebut. Kuesioner tingkat pemahaman terhadap pesan iklan terdapat pada pertanyaan nomor 25, 26 dan 27 yaitu setuju atau 68 tidaknya responden terhadap pesan iklan, setuju atau tidaknya responden bahwa iklan tersebut memberikan informasi kesehatan dan setuju atau tidak yang dilakukan diiklan tersebut perlu ditiru. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden dapat menerima pesan iklan. Nilai merupakan penuntun manusia dalam pengambilan keputusan atau memberikan makna dalam kehidupan manusia. Bila manusia kehilangan nilai, maka manusia tidak akan tahu tujuan hidup yang sebenarnya. Pada penelitian ini mayoritas responden menyatakan setuju bahwa mereka mendapatkan nilai positif tentang informasi kesehatan gigi dari iklan-iklan pasta gigi. Kebutuhan responden akan nilai kesehatan akan menimbulkan respon positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup responden dalam kehidupan sehari-hari. Melihat iklan kesehatan tidak sekedar melihat informasi kesehatan tapi juga memanfaatkan informasi tersebut Wahyuni, 2007. Adapun respon yang tampak dalam usaha melihat atau menonton untuk menerapkan informasi kesehatan misalnya menggosok gigi dua kali sehari, informasi bahwa kuman berkembang biak pada waktu malam hari, agar tidak mengkonsumsi makanan manis berlebih, pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Namun keberhasilan yang diharapkan bila menggunakan media massa untuk promosi kesehatan harus realistis. Ewles dan Simnet 2004 menerangkan bahwa kekuatan persuasi langsung media massa sangat terbatas sehingga mengharapkan media massa saja dapat mengubah sikap kesehatan jangka panjang merupakan hal yang mustahil. Menurut UNICEF 69 2002 sedikitnya ada lima hal yang menyebabkan pesan kesehatan tidak selalu mencapai hasil yang diharapkan dan pada kelompok siswa, pesan kesehatan tidak dipraktekkan karena berbagai alasan misalnya masalah kepraktisan, dan keengganan. Keterlibatan individu dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi responden terhadap iklan, bahwa iklan tersebut ditujukan untuk mereka. Kuesioner keterlibatan individu terdapat pada pertanyaan nomor 29 yaitu ketika pertama kali menonton atau melihat iklan, menurut responden iklan tersebut ditu jukan untuk siapa. Hasil penelitian ini menunjukkan 28 responden merasa iklan tersebut ditujukan untuk diri mereka masing-masing. Daya persuasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan pesan iklan untuk dapat menggugah responden untuk melakukan atau memancing keinginan untuk berperan sesuai dengan dalam iklan tersebut. Kuesioner daya persuasi pesan terdapat pada pertanyaan nomor 28, 30 dan 31 yaitu apakan setelah menonton iklan responden berkeinginan melakukan sesuai yang dian jurkan iklan dan apakah iklan tersebut mempengaruhi sikap dalam menjaga kesehatan gigi. Berdasarkan daya persuasi iklan walaupun ini relatif sulit diukur, hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden menyatakan setelah melihat iklan mempunyai keinginan untuk melakukan yang di informasikan di iklan tersebut cukup besar yaitu sebanyak 40 responden. Ini menunjukkan bahwa daya persuasi cukup berhasil. Ini sesuai dengan Kelman dalam Mc Quail 2008 yang menyebutkan ada tiga proses pengaruh dari media. Pertama, keputusan yang mengacu pada penerimaan 70 pengaru dengan harapan memperoleh imbalan tertentu atau menghindari hukuman tertentu. Kedua, identifikasi yang terjadi apabila seseorang ingin lebih menyerupai sumber dan meniru atau menyesaikan perilakunya serupa. Kemudia ketiga, internalisasi yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh kebutuhan dan pandangan hidup penerima sendiri yang telah ada sebelumnya. Respon terbentuk dari hasil pengamatan dan proses belajar responden terhadap iklan pasta gigi di media massa. Sesuai dengan teori Albert Bandura yaitu Teori Belajar Sosial, yang menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di media, melalui suatu proses observational learning pembelajaran hasil pengamatan. Bandura 2007 juga menambahkan bahwa orang belajar dari apa yang mereka baca, dengar dan lihat dari media. Jika dilihat berdasarkan menjaga kesehatan gigi karena melihat iklan, memperlihatkan pengaruh iklan pasta gigi lebih merupakan efek proses pengaruh yang bersifat internalisasi. Sebab, para responden menyatakan bahwa sebenarnya sebagian dari mereka sudah melakukan seperti yang dianjurkan dalam iklan dari sejak mereka kecil. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa iklan hanya bersifat memotivasi karena nilai-nilai yang ada dalam iklan sebenarnya adalah nilai-nilai yang telah ada sebelumnya, kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Rakhmat 2008 tentang salah satu dari lima prinsip umum hasil yang komperhensif dari efek media massa dalam pembentukan sikap. Yaitu, 71 komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah agent of change. Iklan mampu memotivasi responden untuk melakukan hal tertentu menimbulkan keinginan untuk melakukan yang seperti dicontohkan pada iklan merupakan indikator bahwa proses komunikasi telah menghasilkan dampak atau efek tertentu pada sasaran. Dalam hal ini dampak yang timbul dapat diklarifikasikan sebagai dampak afektif, karena dari dampak yang ditimbulkan dari iklan pasta gigi terlihat bahwa iklan mampu menggerakkan hati sasaran dan menimbulkan perasaan tertentu Arifin, 2012. Cukup tingginya proporsi siswa yang merspon positif terhadap iklan merupakan salah satu indikator bahwa iklan cukup berhasil, walaupun sebatas membangkitkan sebuah “kesadaran” dari para siswa agar memperhatikan kesehatan giginya. Iklan-iklan tersebut yang mensosialisasikan sebuah nilai tentang tindakan positif yang perlu dilakukan untuk kesehatan giginya seperti menggosok gigi dua kali sehari waktu yang tepat yaitu pagi hari setelah makan dan malam sebelum tidur, pemberian informasi tentang cara perkembang biakan kuman di mulut, informasi mengenai jenis-jenis pasta gigi dan sikat gigi yang sesuai kegunaannya. Keberhasilan iklan menimbulkan dampak yang positif pada sasaran merupakan indikator bahwa iklan ini dapat diterima oleh masyarakat. Besarnya siswa yang merespon positif iklan pasta gigi menunjukkan bahwa proses komunikasi iklan cukup efektif walaupun 72 dampak yang terlihat hanya bersifak afektif. Sesuai dengan UNESCO, 2008 yang menyatakan bahwa proses komunikasi dikatakan efektif apabila mampu memunculkan perubahan pada penerimanya, sesuai yang diharapkan oleh sumber, walaupun perubahan yang diharapkan hanya sebatas perubahan sikap dari sasaran.Adanya respon yang positif terhadap iklan pasta gigi menunjukkan bahwa proses komunikasi berjalan dengan baik karena adanya respon tersebut Anwar, 2011 Dapat disimpulkan dari hasil pembahasan diatas bahwa hampir seluruh responden mempunyai respon yang positif terhadap iklan pasta gigi di media massa. Tetapi melihat masih adanya siswa yang merespon negatif, walaupun relatif sedikit merupakan hal yang patut dipertimbangkan dari pembuat program, yaitu kemungkinan adanya efek dari iklan yang menimbulkan mispersepsi dari para responden. Ini terlihat dengan adanya siswa yang mempresepsikan iklan tersebut ditujukan untuk orang lain sebanyak 26 repsonden. Serta ada beberapa siswa yang memang tidak mengerti iklan tersebut ditujukan untuk siapa sehingga tidak bisa menjawab beberapa dari komponen-komponen respon yang diajukan sebanyak 11 responden. 73

6.3 Gambaran Karakteristik Siswa SMP Global Islamic School Jakarta

6.3.1 Gambaran Variabel Jenis Kelamin Siswa SMP Global Islamic School

Jakarta Penelitian ini mengambil sampel usia remaja awal. Usia responden didominasi oleh usia 13-14 tahun. Sehingga seluruh responden secara tahap perkembangan abik fisik, kognitif maupun psikososialnya berada pada level yang sama. Perkembangan fisik meliputi perubahan hormon yang ditandai dengan ciri primer dan sekunder. Individu pada usia ini sudah mulai bisa berfikir secara abstrak dan mandiri Wong, 2003. Pada saat penelitian siswa kelas 9 tidak dimasukan sebagai anggota populasi dikarenakan oleh jadwal yang tidak memungkinkan untuk pengambilan data. Pada penelitian ini responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 siswa sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 responden.

6.3.2 Gambaran Variabel Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Siswa

SMP Global Islamic School Jakarta Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya respon 74 seseorang. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan beliefs, takhayul superstitions dan penerangan-penerangan yang keliru missinformation Soekanto, 2006. Dimana pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut merupakan segala pemahaman remaja mengenai kesehatan gigi dan mulut, seperti mengetahui cara menggosok gigi yang baik dan benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden dengan pengetahuan kesehatan gigi tinggi sebanyak 42 respondensedangkan yang berpengetahuan rendah 23 responden.Perawatan gigi dan mulut pada masa remaja sangat menentukan kesehatan gigi dan mulut pada tingkat usia selanjutnya. Gigi adalah organ penting yang harus senantiasa diperhatikan kesehatannya. Beberapa penyakit gigi dan mulut dapat dialami bila tidak dilakukan perawatan dengan baik. Pengetahuan tentang kesehatan gigi merupakan suatu proses yang bermanfaat yang dapat mempengaruhi tingkah laku kesehatan seseorang. Maka pengetahuan tentang kesehatan gigi sangat diperlukan sebagai sarana pencegahan bagi masalah gigi pada remaja. Masih adanya proporsi siswa dengan pengetahuan rendah padahal mereka sudah terpapar iklan, menunjukkan bahwa efek pesan media masih kurang memberikan hal-hal bersifat pendidikan praktis tentang kesehatan gigi. Menurut Suryanto 2009 iklan memiliki beberapa tujuan yang berkaitan dengan sasarannya. Salah satunya adalah bertujuan informatif. Masih adanya pengetahuan masyarakat yang rendah tentang kesehatan gigi, 75 merupakan faktor tak langsung yang mempengaruhi angka kejadian karies di Indonesia. Dari beberapa kasus masalah kesehatan gigi yang terjadi, faktor ketidaktahuan, persepsi yang salah serta kurangnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan gigi merupakan faktor utama. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik, memungkinkan untuk berpersepsi lebih baik tentang kesehatan gigi sehingga menyebabkan seseorang mampu mengatasi permasalahan kesehatan giginya Ilyas, 2009. Kondisi ketidaktahuan sebenarnya adalah kondisi yang memerlukan perhatian dari semua pihak bahwa pada setiap program kesehatan maka unsur informasi yang sesuai dengan kebutuhan harus diperhatikan.

6.4 Gambaran Respon dilihat dari Jenis Kelamin Siswa SMP Global

Islamic School Jakarta Jenis kelamin merupakan salah satu variabel demografis yang mempengaruhi respon seseorang Hariyani, 2009. Sehingga variabel ini akan mempengaruhi respon individu dan perlu untuk dilihat. Secara tahap perkembangan remaja memiliki perkembangan fisik yang membedakan secara jenis kelamin. Yaitu perkembangan biologis fisik yang ditandai dengan ciri primer dan sekunder. Hasil penelitian Quezonita 2008 tentang hubungan karakteristik remaja dengan respon terhadap iklan sabun lifebuoy, menunjukkan bahwa laki-laki berpeluang 1,4 kali merespon negatif dibandingkan dengan perempuan.